Romdonah Kimbar

Guru SD yang suka membaca, sedang belajar menulis, ingin menularkan virus membaca dan menulis kepada anak sendiri dan anak didik ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Dika Belajar Menulis Cerpen

Dika Belajar Menulis Cerpen

Belajar instan, entah seperti apa hasilnya. Tentu saja belum seperti yang diinginkan. Inilah karya siswa, Dika Ade Wardana. Menulis cerpen untuk lomba. Yang penting nulis. Tidak sesuai tema, ya nggak masalah. Sudah punya ide dan bisa mengembangkan sudah alhamdulillah. Mau nunggu sempurna? Nggak jadi nulis, saya percaya itu. Semua berproses.

Elang dan Babon Jaman Now

Karya Dika Ade Wardana

Di sebuah hutan hiduplah Elang bersahabat dengan Babon, si induk ayam. Elang hidup sebatang kara. Sarangnya di atas pohon maja. Ibu dan ayah Elang meninggal saat dia masih kecil.

Babon tinggal di semak dekat pohon maja. Rumah tinggalnya berupa daun-daun dan ranting kering. Meskipun sederhana tetapi Babon hidup nyaman. Babon tinggal bersama ke-enam anaknya yang masih kecil.

Elang bersahabat dengan Babon dan keluarganya. Suatu ketika Babon pergi untuk suatu urusan. Elang menemanianak-anak Babon. Mereka bermain bersama.

Elang tidak malas. Bahkan ia rajin bertanam. Hasilnya untuk dijual. Ia menanam jagung di ladang. Ladangnya tidak jauh dari pohon maja.

Elang adalah burung yang baik hati. Persahabatannya dengan Babon sangat erat. Sesekali hasil panen jagungnya diberikan kepada Babon.

Suatu ketika Babon ada urusan.

“Saya mau ke pasar, tolong jaga anak-anak saya ya,” pinta Babon kepada Elang

“Okey, dengan senang hati,” Elang menjawab sambil mengepakkan sayapnya.

Pergilah Babon ke pasar dengan hati nyaman. Setelah sampai di pasar, Babon membeli keperluan sehari-hari. Ia membeli jajan untuk anak-anak nya. Tidak lupa Elang pun mendapat jatah.

Suatu ketika Elang pergi keluar kota. Ia menjual sebagian hasil panen jagungnya. Hasilnya akan digunakan untuk membeli bahan makanan. Persediaan di rumah hampir habis. Iapun pamit kepada Babon. Kota yang dituju jauh.Elang pamit kepada Babon.

“Temanku, Babon. Aku akan ke kota untuk 3 hari. Tetapi aku tidak bisa mengajak kalian. Tolong jaga ladang jagungku ya,” pesan Elang sebelum pergi.

“Siap, 86!” Kata Babon sambil menggerakkan badannya merapat ke badan Elang. Lalu mereka berpelukan.

Tinggalah Babon bersama anaknya. Karena tidak ada Elang, Babon tidak bisa mencari makan jauh-jauh. Anak-anaknya kelaparan, Babon pun bingung.

“Bagaimana ini, aku tidak bisa mencari makanan. Anak-anak pasti kelaparan. Aku tidak mungkin membawa kalian jauh dari sini. Sekarang masih musim hujan. Aku takut kalian masuk angin,”kata Babon dalam hati. Ia tidak mungkin mengatakan kepada anaknya.

Hati Babon terasa teriris melihat anak-anaknya kelihatan lesu. Wajahnya terlihat pucat. Bahkan mereka tidak berdaya. Mereka sampai tidak kuat berdiri.

Akhirnya Babon memutuskan untuk memetik jagung milik si Elang. Meskipun disadari itu perbuatan tidak baik. Perbuatan itu sama saja dengan mencuri. Tapi apa boleh buat! Demi anak-anaknya ia rela melakukan itu. Babon akan bilang setelah Elang pulang.

Anak ayampun menjadi sehat kembali karena sudah terisi perutnya. Babon merasa gembira melihat anak-anaknya. Tetapi Babon berubah pikiran. Babon merasa malu karena tidak bisa menjaga pesan Elang. Babon dan anak-anaknya pindah ke tempat lain. Namun tetap ada niat dihatinya. Ia akan mengganti jagung yang sudah dimakan bersama anaknya.

Saat Elang kembali ke rumahnya, terasa sunyi. Tak didengarnya suara anak ayam sahabatnya. Sepi terasa tanpa mereka. Dicarinya ke mana-mana di sekitar pohon maja. Tetapi tidak diketemukan.

“Di mana mereka, ya?” Elang bertanya pada dirinya sendiri

“Masa aku di tinggal sendiri di sini?” pertanyaan demi pertanyaan ada dalam hatinya. Lalu Elang kepikiran dengan ladang jagungnya. Barangkali mereka sedang bermain di sana. Pergilah Elang ke kebun setelah merapikan belanjaannya.

Tercenganglah Elang sesampainya di kebun jagung. Sisa panen yang belum dipetiknya ternyata habis tak bersisa. Timbul prasangka buruknya.

“Pasti, Babon dan anak-anaknya yang memakan. Tidak mungkin yang lain. Masa iya sih, harimau makan jagung. Apalagi anjing hutan. Tidak mungkin!” gerutu Elang tidak habis pikir.

Elang merasa dihianati. Elang akhirnya meninggalkan ladangnya. Ia terbang berkeliling di atas hutan tempat tinggalnya.

“Aku akan mencarimu, Babon’’ kata Elang dalam hati dengan rasa marah.

Elang mencari babon kesana-kemari. Hari pun menjelang malam. Elang pulang dengan tangan hampa. Elang sangat lelah.tetapi Elang tak bisa tidur.matanya menerawang menatap kelangit.

‘’Dimana babon dan anak-anaknya ya’’ kata Elang dalam hati. Meski agak marah tapi Elang tetap menghawatirkan mereka. Karena kelelahan akhirnya Elang terlelap.

Keesokan harinya, Elang terbangun sebelum matahari terbit. Seperti biasa elang tidak lupa berdoa. Ia mensyukuri masih diberi umur panjang. Tidak lupa berdoa agar dipertemukan kembali dengan sahaabatnya.

Elang mencari sahabatnya selama hampir satu bulan. Tetapi belum juga ketemu. Suatu ketika Elang terbang berputar-putar di atas hutan. Ia berharap dari ketinggian bisa melihat sahabatnya. Walau ada rasa marah, tetapi sebetulnya Elang merasa rindu. Rindu bersama mereka. Rindu bermain bersama. Rindu bernyanyi bersama.

Tiba-tiba Elang mendengar kotek si Babon.

“Petok ...petok ...petok ...,” teriak Babon.

“Tolong, tolong, tolooooong!” Babon meminta tolong karena ada musang.

Musang terlihat seperti sangat kelaparan. Wajah musang sangat garang. Membuat Babon ketakutan. Babon semakin ketakutan.Tidak satupun hewan di hutan yang datang. Bukan karena tidak mau membantu. Hewan di hutan itu juga takut kepada Musang.

Mendengar teriakan itu, Elang terbang merendah. Ia mendekati arah datangnya suara. Dan ternyata itu suara Babon, sahabatnya. Sejenak terlupakan apa yang sudah terjadi. Mereka berdua berpelukan. Anak-anak Babon juga memeluk Elang. Mereka melepas kerinduan, Mereka telah lama berpisah.

“Hei, kawan. Ada apa ini?” tanya Elang.

“Aku mencarimu ke mana-mana. Tapi tidak ketemu,” Elang melanjutkan bercerita.

Sementara itu Musang melihat Elang datang. Ia tidak ingin bertengkar dengan Elang. Ia mengurungkan niatnya untuk menerkan anak-anak si Babon. Pergilah ia ke dalam hutan.

Akhirnya, Babon terselamatkan dari ancaman Musang. Babon berterima kasih kepada Elang.

“Terima kasih, Elang. Kau adalah sahabat sejati. Kau telah banyak membantuku.” Kata Babon kepada Elang sambil menyembunyikan rasa malu.

“Aku minta maaf. Aku tidak bisa menjaga amanatmu. Aku tidak bisa menjaga pesanmu. Seharusnya tanaman jagungmu masih ada. Tapi kami malah memakannya.”

“Sesungguhnya, aku malu mengatakan ini padamu. Aku terpaksa petik jagungmu karena aku tidak bisa pergi jauh-jauh. Anakku masih kecil-kecil. Aku pergi ingin mencari bibit jagung. Agar kamu bisa menanamnya kembali. Tetapi aku malah dihadang Musang.”

Elang mendengar cerita Babon dengan penuh haru. Hilanglah kemarahankepada sahabatnya ini.

“Sudahlah. Yang sudah terjadi biarlah. Kita sekarang kembali saja ke rumah. Kita bersama lagi di sana. Kita menanam lagi jagung dan tanaman lainnya.” Kata Elang tak kuasa menahan air matanya.

Akhirnya mereka kembali ke rumah masing-masing. Hidup seperti kemarin. Tetap bahagia bersama. Mereka sudah saling memaafkan. Keesokan harinya mereka pergi ke ladang Elang. Mereka menanam jagung bersama. Mereka berdoa semoga tanaman mereka subur dan berbuah lebat. Mereka tetap menikmati dan mensyukuri setiap karunia Tuhan dengan terus saling menyayangi.

Kamis, 22 Maret 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terharu Indahnya persahabatan

22 Mar
Balas

Ya, Bu Tuti. Kapan bisa main lagi ya?

22 Mar

Mohon dikomentari, terima kasih

22 Mar
Balas

bagus ceritanya Bu, sepertinya perlu penyempurnaan tanda baca misalkan "Dimana Babon dan anak- anaknya ya" disitu belum ada tanda tanyanya...barangkali itu antara lain kritikan saya Bu....salam literasi!

22 Mar
Balas

Terima kasih, Bu Latifah, masukannya

23 Mar

Persahabatan itu memang sangat indah ... Dan lebih indah jika persahabatan itu karena Allah SWT ... Jadi bener2 indah karena tidak menuntut apa lagi mengharap persyaratan apa2 ...

22 Mar
Balas

Ya Bu Mugi Priatin, Persahabatan yang mulia, semua hanya karena Allah

22 Mar

cerita yang syarat pesan agar kita tidak mengingat ingat keaalahan orang lain. bgt ya bund?

22 Mar
Balas

ya, Bu Eti...begitulah

23 Mar

Mantap

22 Mar
Balas

iya bu, makasih

23 Mar



search

New Post