PAULA AGUSTA
PAULA AGUSTA
Hampir 5 tahun yang lalu nama itu sangat akrab ditelingaku, sampai saat ini, sering saya ceritakan pada siswa-siswa saya setiap perkenalan di awal tahu ajaran baru, karena cerita “Paula Agusta” adalah cerita siswa yang sangat mengesankan di sepanjang perjalan profesiku sebagai guru yang setiap hari bergaul dengan para siswa di sekolah.
Paula Agusta adalah nama seorang siswa baru yang waktu itu daftar di kelas RSBI KK.Akuntansi, entah kenapa tiba-tiba namanya muncul di kelas RSBI X Pemasaran, namun orangtua yang lugu tidak pernah protes, hanya dia bilang, “ Titip anak saya ya Bu, saya tahu di RSBI bayarannya mahal berbeda dengan kelas reguler, tapi saya ingin memberikan yang terbaik buat Paula, dan dia ingin masuk kelas RSBI “!. Saya hanya tersenyum, menganggukkan kepala dan memasukan data-data siswa ke database.
Sejak pertama masuk, anak tersebut memang pendiam jarang ngobrol atau bercanda dengan teman-temannya, tapi kalau ada diskusi atau presentasi selalu paling aktif berargumentasi, kata-katanya luar biasa bahkan logikanya sangat tepat, apa yang diajarkan guru selalu diperhatikannya sehingga tak heran selain rajin, tekun juga pintar, dan semua teman-temannya tahu bahwa Paula tak pernah sedikitpun menyontek pada saat ulangan baik itu ulangan harian, ulangan mids semester maupun ulangan akhir semester, dan hasilnya luar biasa nyaris sempurna, tidak pernah dibawah nilai 80.
Paula Agusta, memang nama yang sangat unik dan selalu menjadi bahan perbincangan guru karena kecerdasannya, ternyata dia berasal dari keturunan flores ayahnya dan ibunya jawa timur.
Teman-temannya sangat sayang pada Paula karena selain rajin dan pintar dia juga gemar menolong teman-temannya yang kesulitan belajar, dia selalu berusaha mencari solusi bila menghadapi masalah baik masalahnya sendiri maupun masalah yang dihadapi teman-temannya.
Kenaikan kelas telah tiba saat itu wali kelas tengah merekap semua nilai dari siswa-siswanya, kejutan muncul di kelas X PM 1 RSBI, tiga nama muncul berusaha keras untuk mencapai nilai yang terbaik hingga mereka bercerita bagaimana belajar yang tidak mengenal waktu untuk mencapai hasil yang terbaik.
Saya mulai masuk kelas dan bersiap membagikan raport, anak hening tak ada suara, saya mulai memberikan penjelasan tentang nilai yang diperoleh dan mengucapkan selamat bahwa dikelas ini semua naik kelas dengan nilai yang sangat memuaskan, semua siswa bertepuk yangan gembira karena keberhasilannya.
Tiba saatnya mengumumkan siswa berprestasi atau bintang kelas, “ Anak-anakku yang ibu cintai, ibu bahagia di kelas ini ada 3 orang yang nilainya sama dan layak mendapatkan peringkat pertama, namun ibu ingin kejujuran dari kalian dan silahkan ibu beri waktu 5 menit untuk mengingat kembali dan merenungkan apa yang telah kalian lakukan selama mengikuti beberapa kali evaluasi hingga kalian berhak dan layak mendapatkan hasil yang terbaik”?
“Peringkat pertama dengan nilai tertinggi adalah 1. Paula Agusta, 2. Rani harahap, dan 3. Hikmatul zannah”! Semua bertepuk tangan dan bergemuruhlah ramailah kelas XPM1 RSBI.
Beberapa saat saya berhenti, kemudian melanjutkan pengarahan, “ Bagaimana apakah ketiga orang tersebut layak atau menurut kalian bertiga sudah pantas menyandang ‘Juara kelas” ? suasana kelas hening sejenak, tiba-tiba Rani mengacungkan tangannya, “ Bu, maafkan saya, saya merasa belum layak bu”, teriak Rani sambil terisak, semua siswa menoleh ke belakang dan memandang Rani, “ Yah, ada pa Rani, kenapa kau berkata begitu “? Tanyaku pada Rani.
“. Saya merasa tidak berhak karena saya pernah menyontek bu, bahkan tugas saya sebagian yang mengerjakan Paula Bu, “ jadi biarlah saya mundur dari peringkat pertama,” Jawab Rani sambil berurai air mata. “ Bu..Bu..Bu Saya juga sama Bu, saya tidak layak, saya pernah menyontek, maafkan saya bu”! Teriak Himatul Zannah sambil menutup mukanya dan menangis tersedu-sedu, suasana kelas menjadi tegang, semua siswa kebingungan dengan kejadian ini, ada yang berbisik-bisik, ada yang ikut menangis ada yang juga yang kesana-kemari menanyakan bagaimana ini semua bisa terjadi.
“Baiklah anak-anakku yang sangat Ibu banggakan, mohon untuk diam dan perhatikan, menurut Ibu kedua teman kalian Rani dan Himatul sudah berkata jujur dan ini lebih membanggakan daripada mendapat nilai tinggi dengan cara yang curang, ibu sangat bangga sekali, “ dan mengucapkan selamat kepada Paula Agusta yang telah berusaha mendapatkan nilai terbaik dengan jujur, Ayoo kalian bertiga ke depan”! semua siswa bertepuk tangan dan ketiga siswa tersebut saling berpelukan dan semua mengucapkan selamat kepada Paula Agusta yang telah berhasil menjadi juara kelas.
Hari demi hari berlalu, seperti biasa pembelajaran berjalan dengan baik dari pagi hingga sore, sudah hampir 1 minggu ini Paula Agusta tidak masuk dan dikabarkan sakit, “ Anak-anakku apakah kalian ada yang tahu rumahnya Paula Agusta, sudah ditengok sakit apakah dia”? tanyaku setelah selesai KBM di siang hari, “ Belum Bu, belum sempat menengok, kita banyak tugas ... semuanya harus presentasi bu,.” ! Jawaban siswa sangat kompak. “ oke, ada yang punya No HP nya ? tanyaku, berharap. “ Saya ada bu ‘! Jawab Rani sambil maju kedepan dan memperlihatkan nomor Paula Agusta.
Mentari sangat cerah pagi itu, setelah menelpon Paula Agusta, ibunya berjanji akan datang kesekolah untuk memberikan penjelasan kondisi Paula.
Dari kejauhan aku melihat sosok seorang ibusa-gesa yang berjalan tergesa-gesa menuju ruang lobby dan meminta ijin kepada piket untuk menemui wali kelas X PM 1 RSBI, akhirnya saya menemui Ibu Paula.
“ Bagaimana ibu keadaan Paula setelah hampir 2 minggu tidak masuk ?” tanyaku mulai membuka percakapan. “ Bu, saya ingin bercerita yang sebenarnya terjadi, tapi saya mohon Ibu tidak menceritakannya lagi kepada siapapun”. Jawab Ibu Paula, terlihat sangat cemas.
“ Baiklah, saya akan mendengarkan”! jawabku, “ Begini, Bu sebernarnya Paula tidak sakit, dia shock dan bingung, karena suami saya pekerjaannya ‘Sopir taxi” sudah hampir 2 minggu yang lalu menambrak orang sampai meninggal dan sekarang menjadi tahanan polisi, kami bingung tidak punya uang untuk biaya hidup, termasuk ongkos buat Paula kesekolah, dan saya mohon maaf tunggakan anak saya juga sangat besar sejak pertama masuk belum pernah banyar karena memang kami tak punya uang, Paula sangat sedih dia tidak tega melihat ke 5 adiknya ga bisa makan, apalagi saya sekarang sedang hamil bu 5 bulan, Paula sangat sedih dan marah waktu saya bilang bahwa 2 orang adiknya akan saya berikan kepada saudara, dia bingung, kemiskinan dan cobaan berat menghimpit keluarga kami, sehingga Paula putus asa dan berusaha untuk bunuh diri, “! Ibu Paula menagis pilu dan berusaha untuk tegar.
Bagaikan petir di siang bolong, Paula Agusta anak yang sangat pintar dan cerda itu putus asa dan berusaha untuk bunuh diri, “ Ya Allaahh !!!! tak terasa airmatakupun menetes, dan membayangkan beratnya beban hidup Paula Agusta.
Sudah bu, saya memahami ... saya coba pikirkan bagaimana cara menolong keluarga Ibu terutama Paula jangan sampai dia putus sekolah’! Jawabku sendu.
“ Bu andaikan ibu bersedia paula mau bekerja jadi pembantu di rumah ibu, atau mengerjakan apa saja bu, saya mohon supaya anak saya tidak putus asa”! kata Ibu Paula memohon, Saya hanya diam membisu, dan akhirnya kukatakan, “ Yah begini saja besok Paula suruh masuk ya Bu”. Nanti akan saya coba carikan jalan keluarnya, ibu bisa dagang kan ? Ini di saya ada beberapa potong baju dan sepre yang bisa dijual hasilnya buat makan anak-anak ya bu”. Jawab ku sambil ku kepalkan uang untuk dibawanya pulang, Ibu Paula terlihat mulai tenang, dia berpamitan pulan dan berjanji akan mendorong Paula sekolah kembali besok pagi.
Pagi itu suasana kelas sangat tenang, anak-anak sedang asyik mengerjakan tugasnya sambil berdiskusi dan mengajak ngobrol pada Paula.
“ Perhatian sebentar, siswa kelas XPM 1 RSBI yang ibu banggakan, ada beberapa hal yang harus kalian perhatikan, mulai minggu ini ada praktek pemasaran ‘Direct Selling” bekerjasama dengan sosro gruop, nanti kalian boleh mengambil beberapa dus teh sosro dengan berbagai macam harga yang bisa kalian tawarkan kepada warung-warung terdekat atau siapa saja yang bisa dijadikan pelanggan, keuntungannya 20% untuk kalian dan yang berhasil menjual terbnyak dari seluruh kelas akan mendapatkan beasiswa pendidikan untuk melunasi tunggakan pembayaran sekolah, bagaimana ..jelas “ ??? Jelas buuu !!! jawab para siswa kompak dan terlihat gembira penuh semangat untuk mengikuti praktek pemasaran ‘Direct selling”
Paula telah melalui hari-hari beratnya dengan tabah dan kuat, dibantu oleh teman-teman sekelas yang menyayanginya sehingga dia berhasil melewati masa sulitnya dengan tenang hingga ahirnya tak terasa telah sampai pada kelas XII dimana semua siswa mulai sibuk menghadapi berbagaimacam evaluasi baik itu ujian praktek, ujian sekolah maupun ujian nasional.
Ujian nasional telah selesai, semua siswa kelas XII tinggal menunggu hasil sambil mencari informasi bekerja atau melanjutkan pemdidikan ke Perguruan tinggi.
‘Tok ...tok ...tok..., suara pintu di ketok persis di depan ruanganku, “ Iya masuk” ! teriakku sedikit menyuruh orang yang mengetuk pintu, dan pintupun terbuka 5 orang siswa datang menemuiku, “Bu maaf saya ingin informasi BIDIK MISI dan SNPTN bu,” kata anak-anak serempak. “ Oh iya, sebentar isi dulu buku konsultasinya ya, ini siapa aja sih ?” tanyaku penasaran, “Saya lori kls XII TKJ 1 RSBI, saya Afifah Kls XII AK1 RSBI, Saya Abdullah Kls XII PM1 RSBI, jawab mereka bergantian.
“ Baik, kalian isi data dulu nanti akan kita ajukan, jangan lupa yang BIDIK MISI datanya harus lengkap mulai dari data keluarga, penghasilan orang tua dan foto keluarga, “ Wach banyak banget bu, emang itu benar-benar disurvey Bu ?” Iya disurvey, jadi kalian harus jujur memberikan data ya!
“Bu, saya mewakili teman-teman di kelas XIIPM1, kami ingin mengajukan Paula Agusta ikut BIDIK MISI, sayang bu nilainya bagus-bagus dan dia baik serta rajin membantu teman-teman yang kesulitan belajar. “. Kata Abdullah dengan bersemangat.
“ Kalau Paula Agusta mau, kenapa tidak yaa boleh diajukan aja dengan mengisi dulu data-data dibawah ini:. Jawabku dengan tenang.
Pengumuman yang ditunggu siswa telah tiba, kelulusan ujian nasional, dan pengumuman BIDIK MISI dan SNPTN, hari itu begitu cerah dan banyak anak-anak yang gembira menerima pengumuman kelulusan serta pengumuman yang lainnya, dan ketika saya melewati kelas banyak anak-anak yang menyalami bahkan beberapa siswa yang pernah berkonsultasi sempat menyampaikan kegembiraannya di terima SNPTN dan BIDIK MISI.
“ Bu ..ibu, sebantar bu saya mau kasih tahu, seorng anak memanggilku sambil berlari tergesa-gesa.” Oh iya ada apa ? tanyaku kaget. “ Bu Paula Agusta keterima BIDIK MISI di UI Prodi B.inggris : Kata Hikmatul sahabatnya Paula, “ Oh ya, syukurlah alhamdulilah” ! Kataku ikut gembira, dalam fikiranku saya sangat bersyukur anak itu dapat melanjutkan pendidikan sekolah karena dia memang layak dan memiliki kemampuan yang luar biasa,semoga dia dapat membangtu keluarganya kelak keluar dari segala macam kesulitan dan kemiskinan yang selalu menghimpitnya.
Dua hari telah berlalu setelah pengumuman itu semua terlihat biasa saja, tiba-tiba dari resepsionis ada yang menyampaikan bahwa ada tamu yang marah-marah ingin bertemu saya, saya sangat penasaran siapakah tamu tersebut ?1
“ Permisi Bu, maaf apa ibu yang bernama Ibu Yasmin ? Iya saya pak Ibu Yasmin, ada apa ya pak ?1 Tanyaku heran, kenapa bapak ini seperti membenci saya dan marah sekali bertemu dengan saya.
“ Maaf ya bu, saya peringatkan Ibu untuk tidak ikut campur urusan keluarga saya, saya menyekolahkan anak saya ke SMK untuk cepat bekerja dan bantu orang tua bukan untuk ikutan daftar kuliah, Ibu tahukan saya baru keluar dari penjara, saya harus mencari kerja untuk menghidupi keluarga saya, saya menginginkan Paula Agusta bekerja, Jelas BU “ ! katanya sambil melotot dan membentak saya.
“ Oh iya Pak, saya paham apa yang dikatakan Bapak, tapi dengarkan dulu penjelasan saya, Paula agusta adalah mutiara sebagai anugrah dari Yang Maha Kuasa, dia anak yang sangat cerdas, bahkan kecerdasannya melebihi semua teman-temannya, teman-temanyapun sangat sayang karena itu mereka mendaftarkan Paula utnuk ikut BIDIK MISI, dan seharusnya Bapak bersyukur dia diterima, dia anak yang hebat bisa mengalahkan ratusan peserta yang lain dari seluruh Indonesia, Bapak kahawatir tidak bisa membiayainya ? ga usah takut pak, program ini dari pemerintah bahkan instruksi langsung dari Mendikbud, kusus anak-anak istiwa namun kurang berutung secara ekonomi, saya jamin pak, Paula dapat kuliah dengan baik, dan jika Bapak ragu, saya bertanggung jawab untuk membiayai kuliah Paula Agusta” ! jawabku tegas dan setengah kesal.
Setelah panjang lebar saya memberikanpengertian tentang BIDIK MISI dan keberuntungan Paula Agusta diterima kepada Bapaknya Paula, akhirnya dia menerima dan berpamitan pulang.
Hari begitu terik, saya masih tetap memikirkan kelancaran paula Agusta berkuliah, saya punya keyakinan dia pasti berhasil bersama sahabat-sahabatnya yang juga telah berhasil diterima di beberpa pereguruan tinggi negeri lainnya.
Malam itu saya membuka medsos untuk sekedar melihat-lihat siswa siswa saya yang sudah lulus dan ingin tahu bagaimana selanjutnya, bekerjakah di perusahaan, kuliahkah atau berumah tanggakah...semua belum kutemukan jawabannya, tiba-tiba saya melihat foto seorang mahasisi cantik tengah tersenyum menggunakan zaket almamater kuning dan di situ tertulis, Paula Agusta Prodi Bahasa Inggri Universitas Indonesia, “Subhanallaah, kau cantik sekali dan sudah jadi mahasiswi nak, semoga cita-citamu berhasil, amiin “! Gumanku sambil menutup medsos dan mulai men-shut down laptopku, klik.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Menarik sekali cerpennya bu. Usul saya adalah konsisten menggunakan kata 'saya' atau 'aku'
Oh, iya, terima kasih masukannya pak
good.....
Iseng search nama sendiri, ternyata jadi tokoh di cerpen ibu, seru bacanya bu hehe jadi nostalgia makasih lho bu rodiyah masih inget aku, kangen sama ibu di bandung ga sempet mampir terus ke cimahi