#tagur2021-408

#tagur2022-224

Mungkin hampir semua orang pernah ‘ngopi’ alias minum kopi, terutama kaum laki-laki. Ngopi bisa dilakukan di sembarang waktu, baik pagi, siang atau malam. Bagi orang tertentu, ngopi sudah menjadi kebutuhan, sehingga terasa ada yang kurang kalau belum ngopi. Ngopi juga dapat dilakukan ketika sedang sendiri atau ramai-ramai bersama teman.

Dalam falsafah Jawa, ‘ngopi’ itu mengandung makna yang dalam.

· Ngopi artinya ‘ngolah pikir’, makanya kopi itu berasa pahit. Namun sepahit-pahitnya kopi, masih bisa dibuat manis (legi).

· Legi mengandung arti ‘legowo ning ati’ atau hatinya berlapang dada. Untuk menjadi manis, maka perlu ditambah gulo.

· Gulo artinya ‘gulangane roso’ yaitu mengelola perasaan baik. Gulo itu berasa dari tebu.

· Tebu artinya ‘anteb ning kalbu’ yaitu mantab hatinya. Biasanya kopi itu disajikan dalam cangkir.

· Cangkir artinya ‘nyancangne pikir’ (menguatkan pikiran). Setelah itu diseduh dengan air panas atau wedang.

· Wedang itu artinya ‘wejangan sing marahi padang’. Artinya nasehat yang dapat menentramkan hati. Tidak lupa diaduk atau diudheg.

· Udheg adalah ‘usahane ojo gganti mandeg’ atau berusaha jangan sampai berhenti. Untuk mengaduk kopi itu, menggunakan sendok.

· Sendok itu ‘sendhekno marang sing nduwe kautaman’ yaitu pasrahkan pada Yang Maha Kuasa. Setelah diaduk, ditunggu sebentar biar panasnya berkurang atau rodo adem.

· Adem artinya ‘Ati digowo Lerem’ yaitu hati menjadi tenang. Kalau panasnya sudah berkurang, tinggal di-seruput.

· Seruput, yaitu ‘sedoyo rubedo bakal luput’. Maksudnya semua godaan akan terhindar.

Itulah makna “ngopi” menurut falsafah Jawa. Monggo, dipersilakan ngopi, semoga hari ini membawa kebahagiaan dan keberkahan. Aamiin…..