#tagur-109

Jika mendengar nama Linggarjati, kita akan teringat dengan tempat bersejarah hasil perjuangan diplomatik yang dilakukan oleh para pendiri bangsa Indonesia. Bangunan yang semula merupakan hotel ini menjadi saksi sejarah perjuangan diplomatik Sutan Sjahrir dan kawan-kawan, yang berada di Desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan.

Menurut pemandu wisata museum tersebut, bangunan museum ini memiliki sejarah kepemilikan dan pemanfaatan yang begitu panjang oleh pihak Belanda. Pada awalnya yaitu tahun 1918, museum ini merupakan sebuah gubuk milik ibu Jasitem yang kemudian dirombak menjadi rumah semi permanen oleh seorang bangsa Belanda bernama Tersana pada tahun 1921. Rumah tersebut dibeli oleh keluarga Van Ost Dome yang merupakan bangsa Belanda pada tahun 1930-1935 dan dirombak lagi menjadi rumah tinggal seperti sekarang. Tahun 1935-1946, oleh seorang bangsa Belanda lain yaitu Heiker rumah tersebut disewa untuk dijadikan Hotel bernama Rus Toord.

Dalam perundingan tersebut, perwakilan dari pemerintah Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sjahrir bersama beberapa anggota, yaitu: Mr. Moh. Roem, Mr. Amir Sjarifoeddin, Mr. Soesanto Tirtoprodjo, Dr. A.K. Gani dan Mr. Ali Boediardjo. Sedangkan perwakilan dari Belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn bersama para anggotanya, yaitu Max Van Poll, F. de Boer dan H.J. Van Mook. Pertemuan tersebut merupakan salah satu upaya diplomatik untuk memperjuangkan wilayah persatuan Indonesia dari penjajahan.

Pertemuan antara kedua pihak menghasilkan suatu Naskah Linggarjati sehingga gedung ini pun disebut sebagai Gedung Perundingann Linggarjati. Hingga saat ini kondisi gedungnya masih kokoh berdiri dengan foto-foto dan meja kursi yang menggambarkan suasana Perundingan Linggarjati.