Rochadi Arif Purnawan

Lahir di Banyumas, 1965. Setamat SMA, melanjutkan kuliah di IKIP Jakarta. Pendidikan S2 di selesaikan di Universitas Indonesia, program studi Ilmu Biologi Medis...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jenang-Ketan

Jenang-Ketan

Oleh-oleh Dodol Gorontalo yang dibawa istri, mengingatkan penulis pada makan khas yang hanya ada pada saat acara hajatan di kampung. Salah satu makanan khas yang selalu ada dalam acara hajatan di kampung saya adalah Jenang atau Dodol dan Ketan atau Uli. Makanan ini bukan sekedar pelengkap, namun juga memiliki filosofi dan makna yang mendalam. Dalam tradisi Jawa, Jenang Ketan menjadi kue penting dalam acara pernikahan. Dari teksturnya yang lembut dan lengket, mengandung filosofi agar pernikahan yang sudah dilakukan awet bertahan hingga ke jenjang pernikahan dan seterusnya hingga maut memisahkan.

Selain itu, proses pembuatannya yang memerlukan waktu berjam-jam, mengandung filosofi yaitu menghadapi kehidupan rumah tangga itu tidak mudah dan tak boleh berputus asa. Kue ini juga dibuat secara gotong royong, yang menandakan bahwa dalam rumah tangga harus ada kerjasama. Sudah menjadi tradisi ketika ada warga yang menggelar pesta pernikahan atau sunatan, para tetangga bergotong royong membantu tuan rumah untuk memasak dan menyiapkan makanan.

Pada masa lalu, pembuatan jenang diawali dengan proses menumbuk beras hingga menjadi tepung, kemudian dibuat adonan. Pekerjaan ini dilakukan oleh kaum perempuan, sejak pagi waktu subuh. Proses selanjutnya adalah memasukkan adonan ke dalam kuali besar berisi santan kelapa yang sudah mendidih lalu diaduk dan ditambahkan gula merah atau gula aren. Untuk proses pengadukan ini, biasa dilakukan oleh kamu laki-laki, karena memerlukan tenaga yang kuat dan waktu hingga berjam-jam sampai matang.

Namun masyarakat di kampung saya mulai meninggalkan tradisi unik dan sarat filosofi ini dengan alasan kurang praktis. Dari beberapa kali pengamatan saat pulang kampung menghadiri acara hajatan, makanan ini sudah tidak kami temukan lagi. Beberapa keluarga memang masih ada yang menyediakan Jenang dan Ketan, namun itu pun bukan dibuat sendiri, malainkan dibeli dari orang yang memiliki usaha sebagai pembuat jenang. Banyaknya masyarakat perantau di kota, setidaknya sangat berpengaruh pada perubahan nilai-nilai budaya di masyarakat pedesaan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul, Pak. Skrg pengennya yg praktis2. Makasih ulasannya, Pak

12 Feb
Balas

Tks Bu Erna

17 Feb

Setiap daerah memiliki budaya yang khas. Itulah hebatnya Nusantara. Salam sehat dan sukses selalu. Terima kasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk SKSS dan berbagi kebaikan.

12 Feb
Balas

Betul Pak Sri, tks

12 Feb

Bikin ngiler aja

11 Feb
Balas

Hehe...

12 Feb

Makanan tradisional yang semakin terpinggirkan ya Pak

11 Feb
Balas

Betul Pak

12 Feb

Duh kuenya mengugah selera P Arif

11 Feb
Balas

hehe... makanan jadul yang penuh kenangan

11 Feb

Yang putih rasanya asin, makannya dicampur dodol ternyata lebih nikmat, ada manis, lemak dan asin dalam goyangan lidah. Duuuh jadi pengen, skr jarang sekali orang nikahan yg bikin.

12 Feb
Balas

Cocok. tks Bu Rina

12 Feb

Waduhhh...jd pengiinnn nih, Pak Rochadi.

11 Feb
Balas

Hehe... makanan jadul yg ngangeni

12 Feb

Saya suka sekali dodol Pak. Di Jakarta daerah Jagakarsa ada dodol enak di sana. Salam sehat dan sukses selalu ..Pak.

11 Feb
Balas

Waw... boleh tuh

12 Feb

Saya suka sekali dodol Pak. Di Jakarta daerah Jagakarsa ada dodol enak di sana. Salam sehat dan sukses selalu ..Pak.

11 Feb
Balas

Wah ..nikmat itu...bersanding sg dodol Garut, Pak ...he he...sehat selalu Pak...

11 Feb
Balas

Betu Bu

12 Feb

Nah ini kesukaan saya,Bapak. Di desa saya masih banyak dijumpai. Wajik, jenang, jadah, madumangsa. Eh, jadi pengen. Salam sukses.

11 Feb
Balas

Iya Bu Cicik, sayang di daerah saya mulai langka

11 Feb

Wuih..saya suka sekali makanan ini manis dan lembut...di tempat kami namanya gelamai Pak Arif. Tulisan yang menggugah selera, salam sukses Pak.

11 Feb
Balas

Tks Bu Musdawati

11 Feb

Maknyus. Jadi ngiler lihat dodolnya. Semoga sehat dan sukses selalu Pak.

11 Feb
Balas

Hehe.... tks Bu Nanik

12 Feb



search

New Post