#lomba-november 22

#tulisan ke-503

Ketika masih sekolah, penulis menganggap bahwa guru hebat adalah guru yang mampu bercerita, menerangkan materi dengan jelas dan mudah dipahami siswa, serta mampu mendemonstrasikan setiap materi yang diajarkan. Walaupun tidak sepenuhnya salah, namun kriteria tersebut tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur untuk menilai kehebatan seorang guru. Karena kemampuan untuk bercerita, menjelaskan, dan mendemonstrasikan suatu materi dapat tergantikan dengan media pembelajaran yang canggih.

Guru hebat adalah guru yang bisa menginspirasi, baik bagi anak didik, rekan kerja, atau masyarakat secara luas. Kemampuan inilah yang tidak akan bisa digantikan oleh mesin canggih bahkan dengan robot cerdas sekalipun. Untuk bisa memberikan inspirasi tentu tidak dapat dilakukan seketika, melainkan melalui proses mengamati, melihat, mendengar, hingga muncul keinginan untuk meniru dan mencotoh.

Karakter guru yang inspiratif adalah sejalan dengan sistem pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara. Bahwa seorang guru harus memiliki sifat Among atau ngemong yaitu:

· Ing ngarsa sung tulada, yaitu menjadi contoh atau teladan yang baik bagi anak didik atau masyarakat pada umumnya.

· Ing madya mangun karsa, adalah kemampuan untuk membangun spirit, memotivasi dan menjadi inspirasi bagi anak didik untuk meraih sukses.

· Tut wuri handayani, yaitu mampu memberikan dorongan semangat kepada anak didik.

Seperti apakah profil guru di mata peserta didik ?

Saat perayaan Hari Guru tahun lalu, penulis melakukan wawancara dengan beberapa peserta didik tentang profil guru di mata mereka. Berdasarkan penilaian peserta didik terhadap gurunya mereka membaginya menjadi 4 tipe antara lain:

1. Guru yang benci, yaitu tipe guru yang memiliki karakter cepat emosi, terlihat malas, dan seenaknya ketika mengajar di kelas.

2. Guru yang ditakuti, label ini ditujukan kepada guru yang galak, yang menerapkan disiplin secara berlebihan dan tidak mempunyai toleransi.

3. Guru yang disenangi, adalah sosok guru yang humoris, dan dekat dengan peserta didik. Peserta didik merasa senang di kelas ketika guru tersebut mengajar.

4. Guru yang disegani, adalah guru yang tegas, dan memiliki pengetahuan yang luas. Selalu penuh semangat dan totalitas dalam mengajar di kelas, penuh canda tapi dalam batas kewajaran.

Tentu saja penilaian peserta didik tentang profil guru itu sangat subyektif, namun kriteria terakhir adalah paling mendekati sosok guru hebat. Guru yang hebat tidak hanya pandai mengajar, tapi juga mampu menggerakkan hati peserta didik untuk mau melakukan perubahan diri ke arah yang lebih baik secara sadar.

Untuk mewujudkan hal tersebut, seorang guru harus memiliki karakter sebagai berikut:

1. Guru harus mampu menyatukan hati dan pikiran dirinya dengan peserta didiknya secara total, sehingga peserta didik akan merasa nyaman dengan kehadiran dirinya.

2. Seorang guru harus mampu bersikap lembut. Smart, pola komunikasinya hangat dan bersahabat, sehingga akan memberikan efek positif dan memotivasi belajar peserta didik.

3. Guru harus memiliki kompetensi menjelaskan mata pelajaran dengan jelas, dapat memberikan analogi realistik sehingga peserta didik dapat menyelesaikan persoalan akademik yang dihadapi.

4. Guru harus mampu memadukan warna pakaian yang dikenakan, memilih bahasa yang digunakan, menanggapi pertanyaan peserta didik dengan respek dan menyelesaikan masalah pengajaran dengan bijak.

5. Seorang guru harus mampu mengevaluasi peserta didiknya dengan cermat. Tidak mudah mengambil kesimpulan tentang kondisi kelas yang belum mencapai target; capaian pembelajaran di bawah standar maupun sikap peserta didik yang kurang baik. Harus memahami proses pembelajaran yang kurang optimal, memperbaikinya dan meningkatkannya.

6. Guru mampu memberikan kesan baik bagi peserta didiknya. Dengan demikian peserta didik memiliki dapat menceritakan kembali hasil belajarnya, karena kontekstualitas pembelajaran yang didapat sangat erat dalam kehidupannya.

Memotivasi peserta didik untuk menulis

#####

Biodata Penulis

Drs. Rochadi Arif Purnawan, M. Biomed guru SMAN 40 Jakarta, lahir di Banyumas, 15 September 1965, Menamatkan S1 di IKIP Jakarta 1991, S2 Biomedik Universitas Indonesia 2013. Sekarang sebagai guru Biologi di SMAN 40 Jakarta.

Penulis aktif dalam kegiatan Media Guru Indonesia, dan sudah menghasilkan 1 novel “Serpihan Cinta Melati”, 1 buku ilmiah “Bayam Duri Sebagai Obat Malaria” dan beberapa buku antologi hasil lomba menulis Media Guru Indonesia. Penulis dapat di hubungi lewat email [email protected] dan WA 08129673248. No anggota, 20200503-00325