SUGESTI

Oleh: Ruby

Bermain-main di pelataran diksi, ternyata mampu memikat keping hati ini hingga terperangkap dalam pusaran imaji. Tidak perlu mengelak dari kenyataan, jika pada akhirnya setangkup demi setangkup peristiwa ingin dituangkannya dalam bejana-bejana prosa.

Tak hanya dalam menu ilusi, deskripsi atau melodi saja. Namun, terbersit pula untuk menghidangkan sajian puisi beraroma iluminasi. Ya, walau hanya sekadar bertagar petuah diri.

Menampilkan goresan-goresan yang indah di gerai kebahasaan tentunya perlu keterampilan dalam menata abjad dan tanda-tanda penulisan. Demikian pula dengan tawaran menu yang menggoda selera. Olahan vokal dan konsonan dengan bumbu-bumbu kias penuh pesona, setidaknya menjadi bahan renungan sebelum benar-benar menyuguhkannya kepada para penikmat setia.

Tidak segan-segan memanfaatkan waktu luang untuk mencari bahan-bahan referensi akan menambah rasa percaya diri. Kemudian, tidak menutup atau menampik beragam masukan demi perbaikan juga layak dilakukan.

Banyak mencerna asupan nukilan dari ramuan tangan-tangan berpengalaman, sungguh menyulut keinginan untuk terus mengulik rasa keindahan. Menangkap pesan di balik kiasan yang ditorehkan memang tak semudah mengunyah suguhan aneka kudapan. Perlu kejelian dan ketenangan dalam memaknai setiap kata yang menjadi pilihan.

Tak elok rasanya ketika lisan mengecap sulit sebelum menemui kesulitan itu sendiri. Mengurai sepatah kata menjadi larik-larik yang mengasyikkan, sudah barang tentu memerlukan keterampilan dan kekhasan dalam proses peracikannya. Jadi tidak lantas mengemuka begitu saja. Bim salabim abra kadabra.

Adakah rasa bosan dan malas untuk menyuratkannya? Semua tergantung pada pribadi yang memiliki hasrat kuat dalam menempa diri. Meski demikian, adanya partner yang sealur dan sepemikiran tetap dibutuhkan untuk menghadirkan sugesti.

Bilik Senyap, 23-03-2022