Canda Diksi
CANDA DIKSI
Oleh: Ruby
Bumantara kelam mendekati dini. Sementara tagihan yang harus kuselesaikan masih berderet menunggu antrean dan kelopak mata terasa hampir memejam. Segera saja kumainkan barisan aksara untuk menyapa si dia yang jauh di sana.
Eits...ternyata gayung bersambut. Lantas kulayangkan seuntai pesan. Intinya ringan saja. Sekadar ingin mengusir rasa kantuk yang mulai menerpa.
Dari satu pesan ke pesan berikutnya, mengalir begitu saja bak air hujan yang menderas siang tadi. Sahut kata disertai emoticon tertawa membuat kami jadi terhibur bersama. Di satu sisi jemari merangkai kata dan di sisi lain berseling menekan angka-angka yang harus tertera pada kolom yang telah tersedia.
Alhasil, tuts di keybord laptop pun kadang tertekan salah sasaran. Akhirnya, ya hanya tertawa sendiri saja. Apalagi saat kuberitahukan kepadanya, dia malah sengaja mengajakku bercanda dengan diksi penyulut gelora. Untung saja, aku langsung bisa menangkap maksudnya. Maka dari itu, tak segan-segan kubalas juga candanya dengan diksi yang sedikit menggoda.
Entah sehati atau apalah namanya, yang jelas ketika kulontarkan diksi-diksi yang tak biasa justru dibalas pula dengan diksi yang lebih membuatku terpana. Canda kami memang canda maya. Namun, sisipan diksi yang diterbangkan bergantian terasa sekali mewakili bentuk kerekatan sesama penyuka sastra.
Tanpa terasa, senyap semakin merayap. Sementara, kantuk yang semula melemahkan daya justru berlari entah ke mana. Apa lagi luncuran kata yang saling memenjara seolah tak ada hentinya. Akhirnya kami pun saling menggugat.
Di penghujung cakap, kuajak dia untuk maju ke pengadilan rasa. Ia menuntut agar aku mengembalikan rasa kantuknya. Nah, aku pun mengajukan pembelaan agar dia mau mengakui kalau salah pencetku pada satu angka tersebab lawakan darinya.
Oalaaah...tak ada hakim yang mengetukkan palunya. Ya, sudahlah aku pun jadi ketuk jidat saja. Pada akhirnya diksi hadir menengahinya. Kemudian aku dan dia bersepakat agar esok tak ada kata sengketa. Selanjutnya, kuterbangkan seuntai sanggahan. Lalu, disahutnya dengan saran agar keybord yang kuajak berselimut untuk segera didekap erat. Begitu katanya. Hahaha...aku pun menurut saja dengan melontarkan harap semoga esok tetap masih dapat bersua.
Makasih sahabat merpati (Yent Kejora Indah) yang telah membersamai diamku dalam pikir dan liukan tangan hingga tak terasa gigil senyapku tertukar aura hangat.
Bilik Senyap, 16-03-2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Canda diksi penulis keren..hebat. Salut Bunda. Sukses terus
Ulasannya keren seperti puisi dengan diksi indah Bunda Robingah, salam kenal dan ijin follow
Jika berkenan mohon folback ya Bun, terimakasih
Wauw...keren bgt. Panj & anak cantikku Yenti sama2 hebat. Sukses sllu say...
Mantap semangat
hehe... Mantul persahabatan
hehe... Mantul persahabatan
hehe... Mantul persahabatan
hehe... Mantul persahabatan
Ambyaar... Rintihan malamku makin terasa bahagia... Salam semangat ibu kepsek baik, ramah, bijak dan hebat.
Diksinya mantap
Krenn ulasannya bunda Salam suksesIjin follow ya jika berkenan follow back ya
Menemani malam
Bagus diksinya
Keren diksinya. Salam sehat dan sukses selalu Bunda.