Rizkha N. Latifah

Pebelajar, tertarik pada hal penuh kebermanfaatan (seperti menulis di gurusiana ini :) ) ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kisah Hikmah Ramadan Barakah

Kisah Hikmah Ramadan Barakah

Tantangan Menulis Hari ke-52

Ahad, 28 Juni 2020

#TantanganGurusiana

"Pak beras kita habis."

"Kita pangkas uang beli susu anak kita Buk."

"Besok pagi Rafa aku buatin air tajin, Sore dan malam aja susunya Pak"

Tidak hanya Pak Salman dan Bu Emi yang keluarganya memutar otak dan raga demi ganjalan perut esok pagi. Tagihan dan angsuran sudah tidak menjadi alasan. Yang utama di benaknya Rafa, anak yang lama dinanti selama delapan tahun tak boleh kena dampak.

Besok hari pertama puasa, aku harus segera membuat adonan donat untuk takjil lalu aku jual di sekitar dusun. Tentu tak sampai lupa memakai masker dan jauhi keramaian. Hhfhh .. Bapak mulai puasa waktu kerja jadi dibagi dua shift. Tentu nggak bisa aku mintai terus-menerus.

Secercah harapan datang dari ide sekejap Bu Emi. Sesekali ia merapikan hijabnya di hadapan cermin kamar kontrakan kecilnya. Dia tersenyum dan berkata dalam hati. Aku pasti bisa.

Pak Salman termasuk salah satu yang beruntung. Teman-teman yang satu pabrik tak telah banyak yang dirumahkan dan diputus hak kerjanya(PHK). Dia bukan malah bahagia tetapi tetap selalu berdoa semoga tetap dapat bertahan dan membayar sewa kontrakan. Meski keadaannya sang pemilik kontrakan telah memberikan tenggang waktu untuk menangguhkan biaya sewa. Tapi, wajah gimbul nan lucu Rafa selalu terbayang dalam benanknya.

Dia kebagian waktu malam sepekan dan waktu pagi sepekan. Di kota metropolitan Jawa Timur sebenarnya bukan tempat yang nyaman untuk keluarganya. Dia harus membiarkan Rafa dan istrinya tidur di kasur tanpa dipan. Itupun hasil arisan yang belum lunas tagihannya.

Selama dua pekan. Pak Salman isi dengan kegiatan berbagi di dekat kontrakannya. Dia bergabung paguyuban masyarakat meski bukan asli Surabaya. Pak Salman sudah menghabiskan masa mudanya di daerah sini sebelum menikah.

Selama Pandemi dan Ramadan tentu tak menjadi penghalang. Sesekali dia usap air asin dari tubuhnya yang melewati kedua matanya. Tetap menggunakan masker kain buatan ibunya. Dia harus kuat melakukan puasa. Pak Salman terus menaik-turunkan kuas pagar depan masjid. Tak mengharapkan imbalan. Nyatanya sekarung beras 15kg telah menantinya. Ketua Takmir Masjid Dharmawangsa juga teman paguyuban tahu kondisinya. Pak Salman tak mau diupahi tentu sebagai pengurus masjid dia tahu betul apa yang harus diberikan pada Pak Salman.

***

Bu Emi mengeluarkan recehan dan uang kertas campuran dari bawah kotak kue donatnya. Pukul 16.45 dagangannya telah habis. Dia bersyukur dagangan hari ini tak perlu memutari empat gang dusunnya. Hanya memerlukan dua gang. Bu Emi tadi sempat menghubungi Mbak Nia, tetangga yang selama puasa dia titipi Rafa. Beruntung Rafa tidak sampai rewel dan sudah biasa minum susu formula berseling air minum rebusan sendiri.

"Alhamdulillah, Pak kita selama dua bulan terlewat masih bisa bertahan"

"Iya Buk, Alhamdulillah"

(Diam)

"Buk, Bapak minta maaf ya!"

(Suaranya trenyuh)

"Sama Pak...udah nggakapa-apa kita bisa ngejalanin dan semoga dijauhkan virus mematikan ini ya, Pak"

"Bapak merasa tidak bertanggung jawab Buk, membiarkan Ibuk berjualan jalan kaki dekat rumah kontarakan. Rafa dibiarkan bersama tetangga. Maafkan Bapak, Buk! "

(Tak kuasa menahan tetesan)

"Nggak ada yang membiarkan setiap kejadian di bumi ini terlewat tanpa izin Tuhan. Pak, begitupun kita semua udah dijamin Alloh"

(Diam)

"Bapak masih puasa kan?"Suara Bu Emi nyaring seperti mencairkan suasana, mengalihkan rasa bersalah suaminya.

"Masih"

"Ada acar kuning kesukaan bapak, sayurnya bening asem Pak. Aku tunggu Pak, Love You"

"Tut…"

Panggilan melalui WhatsApp selama Pandemi dan Bulan Ramadan ini sangat membantu. Tak hanya aku dan istriku yang merasakan. Aku perlu banyak bersyukur. Meski tak perlu melapor ke kelurahan buat dapatkan bantuan pemerintah (BLT). Ada saja jalan Tuhan membagikan setiap rezeki pada makhluk-Nya. Seperti seekor burung yang keluar dari sarangnya di pagi hari pasti pulang petang bawa segenap makanan. Pak Salman tersenyum.

Allah itu Maha Penggerak. Dzat yang Tiada Pernah Ingkar Janji dan Pencukup Rezeki. Yakin saja. Apalagi selama Ramadan Janji Allah telah difirmankan dalam Kitabullah. Ramadan bulan penuh berkah tak ada satu kisah kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Pak Salman menengadahkan kedua tangannya dan berlafadz semoga Pandemi ini segera berakhir. Dia berkidung dalam lantunan doa. Bahwa setiap kisah tak luput dari izinNya. Ada kisah dari setiap hikmah bagi yang berpikir tentu bukan musibah bila dibandingkan dengan zaman para pejuang jalan Allah.

Malang, 20 Mei 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, cerita yang sangat menggugah Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

28 Jun
Balas

Amiin Ibu Terima Kasih Semoga Ada hikmahnya Bu.

29 Jun

Mantap Bu.

29 Jun
Balas

Terima Kasih Ibu

29 Jun

Mudah mudahan doa pak Salman terkabulkan dan pandemi sgr berajhir

29 Jun
Balas

Aamiin2 Ya Mujibbasailin. Terimakasih Bu Apresiasinya

29 Jun

Menginspirasi banget

29 Jun
Balas

Aamiin2 Ya Mujibbasailin Maturnuwun Ibun.. Semoga saged nyusul panjenengan

29 Jun



search

New Post