Balada Operator Sekolah
Nayra mengayunkan langkah kakinya dengan gontai. Sejak memarkirkan motornya di parkiran sekolah, ia tak henti-hentinya menguap.
Entah sudah berapa kali telapak tangannya digunakan untuk menutup mulut ketika rasa kantuk mulai menyergap.
Matanya kali ini benar-benar digelayuti rasa kantuk yang hebat. Wajahnya terlihat sayu, menyiratkan bahwa ia tidak tidur semalaman suntuk.
"Ah, semester ini aku benar-benar sudah bekerja keras," gumamnya dalam hati.
Nayra adalah guru SD di salah satu sekolah dasar di Cikarang. Selain menjabat sebagai wali kelas, ia juga diberikan tugas tambahan sebagai operator sekolah. Meski statusnya bukan sebagai pegawai negri sipil, namun beban kerjanya melebihi guru-guru di sekolahnya.
Pagi ini Nayra berangkat lebih awal, sebelum menuju ke ruang kelas, ia membelokkan langkahnya ke arah dapur sekolah. Ia membuka tas, dan mengeluarkan sachetan kopi favoritnya. Setidaknya ini bisa menjadi senjata untuk mengusir rasa kantuknya.
Nayra menuangkan air hangat ke dalam cangkir yang sudah terisi serbuk kopi, perlahan mengaduk hingga aromanya tercium semerbak wangi, kemudian diseruputnya kopi hangat itu dengan hati-hati.
"Pahit. Aaaah, tapi tak sepahit nasibku di sekolah ini," ucapnya lirih.
Entah seminggu belakangan ini Nayra jadi sering uring-uringan. Dia kerap sekali mengeluhkan tugas sebagai operator sekolah. Tubuhnya lelah, tapi sejujurnya psikisnya lah yang jauh lebih lelah.
Sejak kepala sekolah menugaskan Nayra merangkap jabatan sebagai wali kelas sekaligus operator sekolah, sejak saat itu juga ia harus rela jika beban kerjanya bertambah. Jam kerjanya kini tak hanya 7 jam dalam sehari, namun berubah jadi sepanjang hari.
Muda dan bisa mengoperasikan komputer itu menjadi alasan mengapa kepala sekolah menyerahkan tugas ini kepada Nayra.
Awalnya Nayra berpikir bahwa tugas tambahan ini adalah kesempatannya untuk belajar dan memperluas wawasan. Namun seiring berjalannya waktu, pekerjaan ini justru menjadi beban mental baginya.
Pahit getir kisah sebagai operator sekolah sudah banyak ia rasakan. Menggadaikan waktu tidurnya demi proses input data sudah menjadi hal yang biasa. Terkadang begadang menjadi solusi untuk mencari celah ke server pusat agar tidak gagal waktu sinkronisasi. Dan proses itu pun seringkali memakan waktu berhari-hari.
Berkutat dengan aplikasi Dapodikdas, Padamu Negri, pengisian data SKP dan pelaporan dana BOS online sudah menjadi rutinitas yang biasa.
Mendadak meninggalkan kelas untuk memenuhi panggilan Dinas, selalu menjadi konflik dalam hati. Ketika profesionalisme seorang guru dipertaruhkan demi mengemban tanggungjawab rangkap sebagai operator sekolah, kadang menimbulkan tanya dalam diri Nayra, "bagaimana bisa maksimal mengupayakan peningkatan kualitas peserta didik, ketika hari-hari kami juga disibukkan dengan masalah administrasi?"
Kadangkala demi menyeimbangkan peran, Nayra kerap kali menukar hari liburnya untuk merapel semua pekerjaannya seminggu ke depan. Merancang RPP, membuat media pembelajaran, sampai menyiapkan evaluasi selalu menjadi aktivitasnya di akhir pekan.
Entah sudah berapakali Nayra memohon ijin untuk meletakkan tugasnya sebagai operator sekolah, dan fokus untuk menjadi guru saja. Namun berpuluh kali juga kepala sekolah selalu mematahkan permintaannya dengan sederet jawaban yang sama, "cuma kamu yang saya percaya untuk menghadle ini, Nay."
Dan beban itu kini semakin berat ditanggung Nayra. Bukan hanya beban pekerjaan, tapi beban kepercayaan.
"Jika hanya soal materi, tentu aku sudah mundur dari dulu-dulu. Entahlah, mungkin aku bertahan hanya karena dedikasi." Bisik Nayra sambil meneguk sisa kopi.
Dalam renungan panjang Nayra kembali mempertanyakan pada hati, sejauh mana keikhlasan masih tetap ada, ketika kinerjanya hanya dihargai karena urusan sertifikasi? Selebihnya ia menanggung banyak beban kerja sendiri.
Tiba-tiba relung hati Nayra kembali merasakan nyeri. Nyatanya benturan kecil kemarin masih meninggalkan sedikit sakit di hati. Ketika ia harus menjadi sasaran emosi rekan kerjanya hanya karena urusan sertifikasi. Ketika kinerjanya dikritisi habis-habisan, hingga membuat semangatnya patah.
Dari jauh Nayra melihat satu per satu muridnya memasuki gerbang sekolah. Senyum Nayra kini mengembang,
"Ya, merekalah alasan kenapa aku begitu mencintai dunia yang kutapaki saat ini"
"Oke Nay, lupakan sedihmu, dan sambutlah mereka dengan ceriamu," bisik Nayra, yang kini merasakan semua beban yang menggelayuti hatinya mulai terasa ringan.
Ya.... Anak-anak itu lebih membutuhkanku sebagai guru, bukan sebagai operator sekolah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Yg sabar ya bu Nayra...nyakinlah semua akan indah pada waktunya