Sate dan Lontong
Kendaraan berlalu-lalang beriringan dengan angin malam yang berhembus menembus kulit. Sebenarnya tidak terlalu kencang. Tapi tetap saja terasa dingin. Perutku juga sudah mulai meronta-ronta. Mungkin karena aroma sate ayam yang terbungkus rapi tepat di depanku. Sekarang aku memang berada di warung penjual sate. Aku menunggu kakakku membeli minuman di Andara.
Beberapa hari ini nafsu makanku agak berantakan. Padahal menu di pondok lagi enak-enaknya. Siang tadi ada pecel. Malamnya ada sup ayam. Biasanya aku suka dengan menu-menu itu. Mungkin karena sedikit bosan dengan menu yang itu-itu saja. Sekali-kali ingin yang berbeda. Sudah lama juga tidak membeli makanan ini. Tadinya mau pesan melalui kurir. Tapi jam segini kurirnya sudah istirahat. Akhirnya kita keluar saja. Demi sate dan lontong.
Beberapa kali aku menoleh ke kiri dan kanan, yang ditunggu belum muncul juga. Aku memutuskan untuk duduk kembali di dalam warung. Kuambil ponsel di saku kiri, lalu kubuka aplikasi Samsung Notes. Aku mencoba meluangkan waktu untuk menulis.
Hari adalah hari kedelapan tantangan menulis di gurusiana. Sebenarnya di aplikasinya belum terbaca sebagai tantangan menulis. Karena masih ada beberapa persyaratan yang belum dipenuhi. Tapi aku tetap setia mengirim tulisan. Aku hanya ingin menantang diri sendiri.
Akhirnya yang ditunggu datang juga. Aku bergegas membawa sate dan lontong yang sedari tadi menunggu untuk disantap. Tidak cukup lima menit, kami sudah sampai. Jaraknya memang sangat dekat. Aku langsung menuju ke kamarku di lantai tiga. Hal pertama yang kucari adalah air. Aku paling tidak bisa makan tanpa cuci tangan dulu. Ternyata air di lantai tiga tidak mengalir. Mungkin saklarnya rusak lagi. Tapi untunglah masih ada sedikit air yang tersisa di ember. Jadi tak perlu turun ke lantai satu lagi.
Dengan ucapan bismillah, langsung kusantap satenya. Sate ayam berbalur saus kacang. Sungguh menggiurkan. Rasanya seperti biasa. Selalu enak dan pas. Hanya lontongnya agak berbeda dari biasanya. Terlalu lembek. Jadi aku tak menghabiskan semuanya. Kebiasaan burukku yang masih belum hilang sampai sekarang, selalu menyisakan makanan. Padahal baru beberapa hari yang lalu Ustadz Pengasuh memberi nasehat agar kebiasaan seperti itu dihilangkan. Karena setiap butir nasi mengandung keberkahan. Akan kuupayakan untuk tak melakukannya lagi.
#TantanganMenulis30Hari
#TantanganMenulisHariKe-8
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap, lanjutkan...
Semangat ki' juga. Lanjutkan menulis.