Risdawati Hasan

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MEMELUK LUKA (EPISODE 8)
Foto by gengborak.com

MEMELUK LUKA (EPISODE 8)

MEMELUK LUKA

Keringat mengucur deras di dahiku, rasa sakit yang melilit diperutku sudah tak tertahan lagi. Pandangan mataku buram. Sayup-sayup ku dengar suara ibu dan bapak mertuaku, sementara Mas Anto tetap berusaha menenangkan ku, membisikkan kalimat Asma Allah di telingaku. Aku mencoba terus beristigfar. "Ya Allah... Kumohon berikan yang terbaik bagiku dan bayi dalam kandunganku.

Tiba-tiba rasa sakit itu datang lagi, lebih melilit dan ngilu di sekitaran pinggangku.

"Bu.... Mira mengeluarkan darah" sekilas aku mendengar suara Mas Anto. Setelah itu duniaku gelap, aku tak ingat apa-apa lagi. Yang aku tahu tubuhku hanya bergetar kedinginan lalu membeku.

***

Aroma khas rumah sakit, pelan-pelan memasuki Indra penciumanku. Aku seperti melihat ribuan sinar yang samar aneka warna. Samar-samar suara orang yang membaca Alquran menyusup telingaku. Aku mencoba membuka mata, namun terasa berat. Aku coba lagi..

"Ma, ibu... Mata Mira terbuka. Mira sudah sadar." Suara Mas Anto memancing kesadaran ku yang masih lemah.

"Mira nak, bangun nak... Sadar ini ada Mama, Papa, Ibu dan Bapak... Ayo nak bangun." Aku mencoba kembali membuka mata, semua bayangan tampak bergoyang.

"Mira di mana Mas?"

"Dik Mira di rumah sakit."

"Kok? Ya Allah Mas... Bagaimana anak kita? Mana anak kita?" Tiba-tiba aku teringat kejadian saat perutku benar-bemar sakit dan teriakan Mas Anto tentang darah itu.

"Sudahlah... Dik Mira istirahat dulu, nanti kalau sudah baikan Mas ceritakan." Suara Mas Anto terdengar parau

"Ngga Mas... Mira harus tahu sekarang. Ayo Mas sekarang."

"Sabar Mira, kita semua sedang diuji terutama Mira dan Anto." Suara Papa mencoba menenangkan ku

"Mana bayiku Pa?" Aku menangis tersedu-sedu.

"Mira sayang.... Allah sudah terlebih dahulu mengambilnya. Mira keguguran Nak... Ikhlaskan ya Nak. Biar Mira cepat sembuh. Kasihan dengan Anto kalau Mira juga sakit." Mama mencoba memberikan penjelasan. Aku hanya bisa menjerit dan menangis. Ada rasa berat menerima cobaan ini setelah lebih kurang setahun setengah menunggu kehadirannya. Ternyata Allah hanya menitipkannya selama 4 bulan saja dirahimku. Pupus sudah harapanku untuk segera menimang buah hatiku. Aku menangis, Mas Anto memelukku, mencoba memberi kekuatan agar kami bisa melalui cobaan ini bersama-sama.

Bersambung

#Tagur hari ke 282

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post