MEMELUK LUKA (EPISODE 15)
MEMELUK LUKA
Seperti pantai yang tenang, indah dan menyejukkan mata, begitulah keadaanku sekarang tanpa ada yang mengerti gejolak semacam apa yang tersembunyi di balik keindahan pantai yang tenang itu.
Seperti pantai juga aku harus melepaskan riak dan gelombang dalam ombak yang menepi. Hingga nanti tak ada hempasan yang menerpa.
Begitulah aku, hari ini harus mulai memberanikan diri menyelesaikan satu persatu masalahku, aku berharap keberanian ku ini bisa mencegah ledakan masalah yang lebih besar.
"Mas, aku mau bicara masalah Tuti. Mungkin ini tidak menyenangkan tapi kita harus membicarakannya." Kulihat wajah Mas Anto sedikit memucat, ia hanya diam saja menatapku.
'Aku tahu Mas, sudah pernah menemui dan berbicara dengan Tuti. Lalu bagaimana sesungguhnya perasaan Mas terhadap Tuti." Mas Anto menggeser dudukny mendekatiku.
"Haruskah Mas menjelaskannya Dik?"
"Harus Mas." Aku menegaskan jawabanku. Mas Anto menarik nafas panjang
"Tuti adalah seorang gadis yang dijodohkan ibu kepada Mas. Mas tidak memiliki perasaan apa-apa apalagi cinta. Karena dalam hidup Mas hanya ada satu wanita yang Mas cintai dan itu adalah kamu.' aku menunggu kelanjutan ucapan Mas Anto.
"Jadi Mas menemuinya hanya untuk menekankan bahwa dalam pernikahan Mas dengan dia nantinya, dia ngga bisa menuntut lebih. Dan posisinya hanya sebagai istri kedua yang hadir bukan karena Mas menghendakinya." Gemetar tubuhku mendengar ucapan Mas Anto, serbuan rasa yang bercampur aduk menerpa ku. Ada bahagia karena menjadi perempuan yang sangat dicintai, ada luka karena suamiku ternyata menyetujui untuk menikahi perempuan lain dan ada terhina karena suamiku begitu rendah memandang posisi seorang perempuan. Aku menangis.
"Mengapa kamu menangis Dik? Adakah yang salah dalam ucapan Mas?"
"Tidak Mas, tidak ada yang salah. Nisa cuma sedih membayangkan nasib Tuti. Seorang perempuan yang akan dinikahi namun dibawah tekanan tidak bisa mendapatkan haknya sebagai istri seutuhnya."
"Jadi maunya Dik Mira seperti apa ?"
"Maunya Mira sebenarnya pernikahan itu tak perlu terjadi kalau untuk menyakiti. Tapi jika memang harus terjadi perlakukan istri Mas dengan baik. Dan jika nanti dari Tuti, Mas memiliki keturunan, Mira ikhlas mundur demi kebahagian Tuti dan anak nya." Mas Anto memelukku, dia menangis.
"Mas tidak mau kehilanganmu apapun itu alasannya kecuali kematian. Tolong mengerti Mas dan beri kesempatan Mas untuk berbakti pada orang tua Mas." Aku mengigit bibirku.
"Beri aku kesempatan untuk berpikir lagi." Aku tidak bisa lagi meneruskan pembicaraan ini, aku tak bisa terus berpura-pura kuat, sementara luka semakin menganga, aku terjebak dalam dilema antara perasaan cinta, keegoisan dan rasa kemanusiaan ku. Aku lelah.
Bersambung
#Tagur hari ke 291
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar