Siang ini kurasakan hampa hidupku. Rumah ini terasa sepi tanpanya. Tiba-tiba sosoknya yang selalu dapat menghadirkan rasa bahagia dalam diriku terbayang nyata. Tiap sudut rumah yang pernah kau singgahi tiba-tiba menjadi momen indah. Pesonamu sungguh telah membiusku.

Kuingat betul pagi itu entah mengapa tiba-tiba aku membencimu. Sosok yang lucu dan penuh pesona tiba-tiba hilang dalam benakku. Terkadang aku sadar bahwa aku tak adil padanya. Memgapa hanya karena sedikit kesalahan telah melunturkan rasa sayangku padanya. Setitik nila membutakan rasa empati padanya. Sungguh aku menyesal telah keterlaluan membencimu dan berujung kau pergi tanpa pamit dari rumah ini.

Pada klimaksnya, aku merasa menjadi pribadi yang tak berharga. Semangatku menguap entah ke mana. Hingga berhari-hari hanya mampu termenung tanpa berbuat apapun. Saat rasa putus asa tak mampu kutebus lagi, sayup-sayup kudengar sosok yang kusayang menghampiriku. "Meeooww, meeeooow," bunyi lirih dari kucingku Bobo menghampiriku. Aku terperanjat. "Maafkan aku Bobo, telah kasar kepadamu,"ujarku memohon maaf pada Bobo sambil mengelus kepalanya. Sikap kasarku reflek kulakukan saat kutahu Bobo pipis sembarangan di pojok ruang tamu. Tak butuh waktu lama, Bobo telah menggelendot manja di pangkuaku.