Malam ini badan Anya hangat, ia tak berselera untuk makan. Bunda melihat Anya sangat lesu, wajahnya pucat dan hidungnya kemerah-merahan. Bunda mencoba mendekati Anya dan meraba kening Anya. Ternyata kondisi Anya sedang dalam keadaan tidak baik. Bunda mencoba merayu dengan menyuapi makan sup wortel, telur puyuh, makaroni dan tofu kesukaan Anya. Anya memaksakan diri untuk makan hingga suapan terakhir. Bunda lalu menyuruh Anya untuk berbaring di kasur. 

Anya segera merebahkan badan. "Haachi, haachi," tiba-tiba Anya bersin-bersin. "Uhuk-uhuk," suara batuk Anya susul menyusul. Oo ternyata Anya terkena batuk pilek. Bunda mengoleskan krim pelega tenggorokan di dada Anya. Bunda juga memberi Anya sirup batuk pilek dan penurun panas. Setelah meminum obat, Anya tertidur. Tubuhnya berkeringat karena reaksi obat. Esok hari kondisi Anya sudah lebih baik, tidak lagi demam meskipun hidung masih meler dan batuk-batuk. 

"Bunda, bagaimana aku bisa terkena batuk pilek?," tanya Anya sambil merebahkan tubuhnya di pangkuan Bunda. Bunda mengelus-elus tubuh Anya. "Virus batuk pilek masuk ke tubuh kita melalui kontak kulit misalnya berjabat tangan, atau kita memegang permukaan yang terkontaminasi oleh virus tersebut. Maka Anya akan mengalami demam, menggigil, nyeri otot, batuk pilek, sakit kepala, dan kelelahan," jawab Bunda. "Lalu apa yang harus Anya lakukan agar Anya cepat sembuh Bunda?," tanya Anya lagi. "Pertanyaan yang bagus Anya, Anya harus istirahat yang cukup, banyak minum air, makan makanan bergizi, serta minum obat," tambah Bunda. "Anya mau cepat sembuh Bunda, tak enak sakit" tambah Anya. "Semoga anak Bunda cepat sembuh," kata Bunda sambil menengadahkan tangan mendoakan kesembuhan Anya.