Oleh: Rini W.

Hari yang melelahkan di kantor membuatku jengah. Pekerjaan yang menumpuk, serta tuntutan atasan yang tinggi membuatku makin terpuruk. Ingin rasanya berteriak menumpahkan kekalutan, apalah daya malu masih menguatkan.

Dengan langkah gontai kumasuki rumah. Tampak kedua putraku yang masih anak-anak berlarian kesana kemari. Mainan berserakan dimana-mana. Begitu juga dengan meja makan, yang tidak beraturan. Nasi berserakan dan air tumpah. Apa saja yang dikerjakan istriku seharian ini. 'Dasar perempuan tak berguna' kutukku dalam hati.

Kulangkahkan kaki menuju kamar. Tampak istriku tidur dengan nyenyaknya tampa beban. Emosiku memuncak, bukannya mengurus rumah, mengurus anak, menyediakan makanan dan menyambut suami pulang malah enak-enaknya tidur. Tanpa basa basi, dengan suara lantang kuucapkan talak pada istriku. Ini merupakan talak ke tiga untuknya. Aku takkan menyesal seperti sebelum-belumnya, karena jika sudah pemalas tak ada lagi gunanya sebagai istri. Dengan mata berair dia berusaha bangun dari tempat tidur sambil memegang kepala. "Maafkan aku mas, aku demam, badanku panas dan kepalaku serasa mau pecah. Seharian aku menghabiskan waktu disini, karena tidak kuat untuk berjalan" jelas mantan istriku yang membuat penyesalan menjalari tubuhku.

.

(Rimbo Bujang, 23012021)

#TagurHariKe-335