Oleh: Rini W.

Hidupku terasa sempurna. Memiliki suami mapan dan penyayang. Meski hidup berkecukupan, tidak membuatku hanya duduk manis di rumah. Aku juga bekerja disebuah perusahaan yang bonafit dengan jabatan mumpuni. Sehingga penghasilanku bisa membiayai ibu dan adikku Dita. Semenjak ayah meninggal enam tahun silam, biaya hidup ibu dan Dita seluruhnya aku yang menanggung.

Sekarang Dita sudah mulai kuliah. Untuk memudahkan aksesnya ke kampus, dia tinggal bersamaku. Ibu tidak masalah tinggal sendiri di kampung karena masih banyak sanak saudara. Kehadiran Dita menambah keceriaan di rumahku. Biasanya kami hanya bercanda bedua, sekarang jadi bertiga. Selama tujuh tahun menikah, kami belum dikarunia putra.

Dua tahun berlalu. Kebahagiaan rumah tanggaku akan bertambah dengan adanya garis dua di test pack. Niat hati ingin memberi surprise ke mas Farhan sepulang menginap dari rumah Ibu. Tapi malah diriku yang mendapatkan surprise melihat hubungan terlarang mas Farhan dengan Dita. Sungguh teganya mereka mengkhianatiku. Apalagi Dita yang sudah kuanggap seperti adik kandung sendiri tapi tega menusuk dari belakang. "Ternyata buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, setelah Ibumu merebut Ayahku, sekarang dirimu pula yang merenggut suamiku, dasar keturunan pelakor tak tahu diri...!" Teriakku penuh emosi yang membuat Dita tertunduk malu. Tanpa kusadari teriakanku telah mendatangkan tetangga sekitar rumah, yang akhirnya menggelandang mereka masih berbalut handuk ke pos satpam.

.

(Rimbo Bujang, 27122020)

#TagurHariKe-308