Rini P Gusti

Guru Biologi SMAN 1 Padang Panjang. Sumbar. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Philodendron  yang terbuang

Philodendron yang terbuang

Aku masih ingat ucapan Bibiku belasan tahun yang lalu beliau mau pindah di bawa anaknya ke Surabaya. " Ambillah bunga yang kamu suka tapi dirawat ya. Aku sangat sanang, karena dari kecil aku sudah jadi pecinta bunga. Ibukulah yang mengajarkan. Ada beberapa bunga yang aku pilih waktu itu.Tapi aku sangat suka dengan yang seperti keladi tetapi tangkai daunnya keras. Berwarna merah hati kehitaman daun mudanya.Dan agak menghijau daun tuanya. Daunnya lebar seperti hati dengan tulang daun menyirip, mengkilat bagian atasnya dan lebih menghitam sebelah bawahnya. Batangnya bulat juga berwarna merah kehitaman dan diantara ruas tangkai daun batang terdapat akar napas.

Bertahun tahun bunga itu ku rawat. Batangnya makin panjang dan menjalar. Aku pindahkan ke halaman depan rumahku.Tetapi tepat di dinding belakang rumah kakak sepupu suamiku. Aku sudah dapat izin menanam bunga dan buat taman di bawah cucuran ataspnya.Tetapi lama kelamaan, bunga itu tumbuh menjalar dan melekatkan akar napas ya ke tembok rumah kakak tersebut. Dan aku mulai risih .Takut keberadaan bunga tersebut merusak cat dinding tetangga. Maka bunga itu ku potong dari pangkal. Panjang batangnya hampir 2 meter. Potongannya ku buang ke tempat pembuangan sampah organik bekas kolam samping rumah.

Dan kini saatnya semua orang lagi mabuk bunga, mulai dari Aglaonema, Caladium, Maranta sampai Monstera janda bolong yang mahal tak terkira.Akupun sama. Maka aku rajin browsing bunga di dunia maya. Tak sengaja mataku terpaku pada bunga yang dijual di Tokopedia. Harganya boleh juga meskipun tak semahal Monstera varigata. Hanya beberapa daun dan ratusan ribu harganya.

Aku terkesima dan berlari ke halaman depan. Masih ada satu bunga yang tersisa . Tunas dari bekas tanaman yang masih tersisa. Akupun pergi ke tempat pembuangan sampah samping rumah. Alhamdulillah potongan batang panjang 2 meter masih ada.Tidak membusuk malah bertugas ria.Aku.menarik dan membawanya. Akhirnya kupotong potong dan kutanami pada media tanam yang sudah tersedia. Tunas yang besar ku tanam pada pot bunga putih dan kuletakkan di teras rumah dengan perasaan puas dan bahagia.

Namun ada sedikit rasa berdosa hampir dia mati sia sia dan tak berguna. Itulah sifat umum manusia, kadang lupa dengan nikmat yang ada di depan mata, karena sudah sangat terbiasa dan sering lupa kalau itu sangat berharga. Ketika orang lain mengidolakannya baru kita sadar betapa berharganya milik kita. Itulah pesan dari cerita "Philodendron Blackcanva" yang aku punya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Makasih Pak Sukadi. Iya keren " Ini Pandemi Bunga".

06 Oct
Balas

Luar biasa bu Rini...

03 Oct
Balas

Ah .Saya jadi malu. Belum seandainya Mam Rev merangkai kata. Terima kasih pujian ya.Semoga ini membuat semangat membara.

06 Oct

Mantab ulasannya bu..semua orang pandemi bunga bu..dimana-mana. sukses selalu..salam

03 Oct
Balas



search

New Post