Suatu hari di bulan ramadhan lalu kakak sepupu suamiku yang bertetangga denganku datang ke rumah. Dia menawarkan jagung yang baru dipetik milik temannya. Kebetulan ingin buat bubur jagung pikirku. Maka aku pesan 10 buah. Kemudian yang menjual datang ke rumah mengantarkan nya. Iseng ku tanya ada bibit wortel nggak . Beliau mengatakan ada dan berjanji mengantarkannya sore. Aku sangat gembira karena sudah lama ingin menanam wortel sebab wortel adalah tanaman pegunungan sementara aku lahir dan besar di daerah pantai. Jadi tidak mengenal tanaman wortel.kecuali sering memasak umbinya.

Setelah mendapatkan bijinya aku dengan semangat mencangkul membuat bedengnya, dan menyemai bibit tersebut .Setelah agak besar benihnya aku pindahkan ke bedengan yang sudah gembur lalu merawat ya tiap hari.

Setelah cukup umur. Aku siap panen.Aku membayangkan akan dapat wortel segar yang besar dan panjang seperti wortel yang dijual orang di pasar. Karena daunnya lebar banyak dan subur.Tapi setelah dicabut apa yang terjadi? Wortelku isinya cuma 3 cm dan bercabang. Ada yang cabang dua bahkan tiga dan empat. Apa yang terjadi? Tanahnyakah yang keras sulit ditembus ujung akar? Atau karena dipindahkan lalu ujung akar ya bagian meristemnya putus kRena dicabut dan dipindahkan ? Bisa jadi..

Akhirnya batang wotel dan isinya aku bawa ke rumah mertua. Untuk makanan kelinci yang dipelihara di sana. Kutinggalkan satu dua batang.dan kini sudah berbuka mekar. Biarku nikmati indah bunganya. Ternyata untuk praktek mesti mantap teori dulu. Namun kadang kita perlu trial and eror. Setiap kesalahan adalah sebuah pembelajaran.