Ratapan Sibuah Hati
Ratapan Sibuah Hati
Hari ini Aku pergi kesekolah lebih lambat dari biasanya. Aku terlambat karena sakit ibuku kambuh lagi. Aku sebagai anak yang tertua sudah menjadi kewajibanku untuk merawat ibuku...
Ibuku memanggil-manggil aku, Rani...nak...Rani ..kesini...dengan suara yang terbatah- batah ibu terus memanggil-manggil namaku. Aku sedang berada di belakang rumah untuk memetik sayur singkong atau bahasa kami dikampung,"daun ubi,"karena tidak ada sambal yang akan di makan untuk Aku ,Ayahku, Adik-adik ku ,dan juga temasuk ibuku. Aku berlari dalam rumahku untuk menemui ibuku, sambil aku berpikir dalam hatiku" ada apa dengan ibu, apakah ibuku terjatuh atau terjadi sesuatu pada ibu. Sesampainya ihadapan ibu aku langsung lega ternyata tiak terjadi apa-apa pada ibuku. Ibuku bertanya kepadaku tentang adik-adikku. Langsung aku menenangkan ibu kalua adik-adik baik-baik saja . Adik yang nomor 2 dan nomor 3 sudah pergi sekolah dengan jalan kaki karena jarak sekolah dengan rumah kami tidak terlalu jauh. Sedangkan adik-adikku yang nomor 4 dan 5 masih tidur. Mendengar hal itu hati ibuku mulai lega,kemudian ibuku bertanya kepadaku, “Rani kok kamu belum pergi sekolah?”Aku menjawab “ ya bu, bentar lagi aku mau sekolah kok, aku masak sayur dulu setelah itu akulangsung pergi sekolah kok bu.Ibu minta maaf kepadamu ya nak...gara-gara ibu sakit kamu Jadi terlambat kesekolah.
Ayahku sudah dari tadi pergi kesawah majikannya, untuk bekerja disana agar bisa membiayai kami sekolah dan memenuhi semua kebutuhan keluarga. Aku 5 orang bersaudara, Aku anak yang pertama sekarang aku duduk di kelas 5 SD, adiku yang nomor 2 kelas 3 SD , adikku yang nomor 3 kelas 1 SD, dan adiku yang nomor 4 masih belum sekolah, umurnya 4 tahun, sedangkan adiku yang nomor 5 berumur 2 tahun. Sejak melahirkan anak ke -5, ibuku sering sakit-sakitan. Setelah dicek di Rumah Sakit ternyata ibuku menderita Kanker payudara. Karena kekurangan biaya kami hanya mengobati ibu dengan obat tradisional. Tetapi Tidak ada hasilnya, bahkan penyakit ibuku semakin parah. Terpaksa kami harus tetap membawa ibu kerumah sakit walaupun kami tidak punya biaya. Kami meminjam kepada saudara. Kata dokter” ibu harus segra dioperasi” kalau tidak dioperasi maka akan sangat perpengaruh terhadapa keselamat nyawa ibuku.
Akhirnya, dengan meminjam kepada saudara –saudara ibu bisa di operasi. Sealng beberapa bulan setelah dioperasi ibu kembali jatuh sakit, dan harus dibawah kembali kerumah sakit. Setelah diperiksa oleh dokter “ ibu harus dioperasi kembali “ karena sudah menyerang kepayudara ibu yang satu lagi, maka dengan terpaksa kedua payudara ibu harus di operasi. Saya dan ayah saya sangat kwatir dengan keadaan ibu yang semakin hari semakin kurus.Dengan terpaksa kami harus minjam-minjam lagi kepada saudarah dan tetangga untuk operasi ibu. Alhamdulilah kami dapat pinjaman uang . Ibupun sudah selesai di operasi. Kami merasa lega. Kami berdoa agar ibu akan sehat selalu dan tidak ada lagi sakit yang ibu derita.
Belum selesai ujian kami sampai disana. Selang berapa bulan kemudian sekitar 3 bulan kemudian, kami dikejutkan lagi kalau ibu jatuh dan pingsan( tidak sadarkan diri). Aku dan ayahku kembali harus terpaksa membawa ibu kerumah sakit , walaupun kami tidak punya uang. Aku dan ayah menangis melihat keadaan ibu. Aku dan ayahku hampir putus asa melihat keadaan ibu. Aku juga hampir kecewa kenapa takdir seperti ini (kataku dalam hati) dengan keluarga kami, apa salah dan dosa keluarga kami, kok kami diberikan ujian seperti ini. Aku kasian dengan adik-adikku yang masih kecil-kecil dia harus ditinggal –tinggal ketika kami sibuk menggurus ibu dirumah sakit. Hanya 1 hari dirumah sakit, ibu sudah menghembuskan nafasnya. Dokter berkat kepada Aku dan Ayahku bahwa” Ibuku tidak bisa ditolong atau diselamtkan lagi” karena kankernya sudah menyebar keseluruh tubuhnya, sehingga merenggut nyawa Ibumu. Aku menanggis histeris, sambil berkata, Ibu...ibu..ibu..jangan tinggalkan kami , tidak kasiankah ibu dengan Aku dan adik-adik yang masih sangat kecil...teriakku, tanpa mempedulikan orang disekitarku. Ayahku tanpak sabar, memang didepanku ayahku tak menanggis tapi di belangku ayahku menanggis, dan akupun tau saat dihadapku ayahku ditahannya untuk menanggis, padahal hatinya didalam merintih dan menanggis , aku tau itu .
Akhirnya Jenazah ibu dibawah pulang kerumahku. Dirumah adik-adiku histeris menanggis karena kami datang dengan Ambulance, Jadi adik-adikku sudah mengira kalau ibu sudah tiada. Sesampainya jenazah ibu di atas rumah , Aku dan Adik-adikku kembali histeris menanggis,Serasa mau pecah rumah kami karena tanggisan Aku dan 4 orang adik-adikku. Disisi lain aku tetap sabar dan kuat demi adik-adikku yang masih kecil. Aku menghibur adik-adikku, dan berkata kepada adik-adikku bahwa “Allah sangat sayang ibu, Alllah ngak mau lagi ibu harus menderita karena sakit” . Dan sekarang ibu sudah tenang dan tidak merasakan sakit lagi kataku kepada adik-adikku. Dan akupun berusaha untuk mengikhlaskan kepergian ibuku.
Sejak kepergian ibu, kami hidup dengan ayah. Ayahlah menjadi ibu sekalian ayah bagi kami. Ketika ayah bekerja kami sering ditinggalkan . Karena ayah harus banting tulang menghidupi ke-5 orang anaknya. Karena bekerja terlalu keras ayahpun da muulai sakit-sakitan. Dan akulah sebagai anak yang pertama yang menolong ayahku mencari nafkah untuk membiayai sekolah adik-adikku dan kebutuhan hidup kami. Dengan kegigihan ayahku dan aku,akhirnya aku bisa juga tamat SMA. Aku tidak mau melanjutkan keperguran tinggi, karena aku harus mencari pekerja untuk membiayai adik-adikku. Aku bertekad biarlah aku tidak sekolah sampai perguruan tinggi,tapi adik-adikku harus sampai keperguruan tinggi. Alhamdulillah berkat kerja keras aku dan ayahku semua adik-adikku sekolah sampai keperguruan tinggi.Aku sangat bahagia karena dengan jerih payah aku dan ayahku adik-adikku dapat memperoleh sarjana.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar