Rintik hujan mendalamkan lamunanku

Tentang pisah yang berakhir dengan serapah

Tentang cinta tak pernah memihak kita

Pun tentang rindu yang hanya berakhir sendu

Kau bersorak tentang kemenangan

Yang berhasil meluluh lantakkan pertahananku

Aku bersorak tentang kekalahan

Yang harus terima pertahannya dipatahkan

Bisakah kau menoleh walau paruh waktu?

Berkenan melihatku yang luluh lantak sebab kepergianmu

Yang senantiasa memagut lutut sembari mengenangmu

Sampai akhirnya terlelap sebab letih merintih

Jika boleh kuputar ulang waktu

Akan kuabadikan setiap detik bersamamu

Sebab, denganmu waktu terasa lebih lama

Sebab, denganmu dunia terasa lebih berwarna

Seandainya aku bisa mengulang seperti dahulu

Ingatkah kau tentang senja bersamaku?

Atau tentang rintik hujan yang membasahi kita?

Kala itu, kau dan aku tertawa tanpa lebam

Tak ada lagi menatap matamu yang teduh

Yang ada hanya menatap langit yang sendu

Tak ada pula bisikan manis darimu

Yang ada tinggal kenangan manis yang tak usang

Aku berusaha mengembalikanmu

Merindukanmu tak mampu menarikmu pulang

Hanya lagu kenangan yang kudengar kala petang

Merindukanmu dengan milyaran kenangan yang menghujam

Kini, aku hanya bisa mendengar isak tangis hujan sendirian

Menantikanmu pulang dengan asa yang tertinggal

Meski naluri sadar kau takkan pulang

Tapi hati bersekiras menanti ketidakpastian

Aksara ini kutulis untuk mengenangmu yang telah layu

Yang hilang bersama bunga-bunga yang gugur

Dariku, yang merindukanmu terkatung-katung

Rintik hujan ini sungguh membuatku menggigil