Mendidik anak dengan motivasi bukan komparasi
Mendidik anak dengan MOTIVASI bukan KOMPARASI
Oleh : R. Sania Saputra
‘’Biar saja dia mati pak, saya sudah pusing dengan kelakuannya.’’ Demikian kata-kata yang sering terucap manakala orangtua siswa mendapati anaknya membuat ulah di sekolah. Terlalu ekstrem dan teramat ekstrem ucapan tersebut. Kecil kemungkinan kalimat itu terucap dari seorang bapak atau ibu orangtua siswa. Namun bukan berarti itu tidak mungkin. Kekecewaan yang mengkristal hingga membentuk puncak kekesalanlah yang membuat kata-kata itu terlontarkan.
Disharmonisasi yang tercipta antara orangtua dan anaknya adalah masalah yang harus dicari jalan keluarnya. Penuntasan masalah harus dilihat dari dua sisi. Sisi yang pertama adalah kekecewaan yang mengkristal akibat ulah anaknya hingga menimbulkan puncak kekesalan orangtua. Sisi yang kedua namun jadi yang paling utama adalah ‘’mengapa sang anak membuat ulah?’’ Hukum sebab akibat bisa digunakan pada masalah ini, tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Anak membuat ulah adalah AKIBAT, maka tinggal mencari SEBAB yang menjadi pelecut ulah sang anak.
Berdasarkan survey yang dilakukan dengan cara memanggil orangtua dan siswa yang bermasalah, didapati beberapa kesimpulan kenapa anak membuat ulah, sebagai berikut :
1. Kurangnya perhatian
Perhatian menjadi barang berharga di jaman now, tidak bisa dibayar berapapun tidak bisa tergantikan dengan apapun. Bentuk perhatian bisa macam-macam. Bisa dengan memberi hadiah atau dengan pergi bersama. Atau yang murah meriah dalam bentuk kata-kata. Namun perhatian dalam bentuk kata-kata ini yang harus diperhatikan dengan seksama. Karena tidak semua kata-kata dapat diterima oleh sang buah hati. Hal-hal tabu yang tidak boleh dilontarkan ke anak adalah kalimat yang berbau intervensi. Lontarkan yang santai-santai saja, seperti:
- Kemarin tanding futsal siapa yang menang?
- Siaran langsung sepakbola nanti malam siapa yang main?
- Nonton bareng papah yah?
- Besok ayah mau berangkat, ada yang mau nitip oleh-oleh ga?
Jangan lontarkan kalimat yang mendakwa, seperti:
- Tim futsal kamu kalah ya?
- Nanti malam ada siaran langsung sepakbola, tidur ya jangan begadang!
- Kemarin pergi nonton dengan siapa?
- Besok ayah mau berangkat, belajar ya jangan banyak main!
2. Tidak betah di rumah apalagi di sekolah.
Rumahku Syurgaku, baiti jannati adalah dambaan semua keluarga di Indonesia. Rumahku syurgaku harus diciptakan bersama anggota keluarga. Bukan tanggung jawab perorangan seperti bapak ataupun ibu, tapi semua elemen yang ada dalam keluarga. Ciptakan harmonisasi dalam keluarga. Untuk menjadi tegas, ayah tidak harus berbicara keras apalagi sampai nge gass. Agar semua anggota keluarga menjadi penurut, ibu tidak harus ribut-ribut tapi harus tetap lemah lembut. Kenyamanan didalam rumah harus dirajut dan dirangkai bersama-sama. Ayah harus mendukung penuh hobby dan kegemaran anak-anaknya pada batas-batas norma dan agama. Ibu harus tahu makanan dan minuman favorit anak-anaknya juga pada batas-batas norma dan agama. Jangan sungkan untuk bertanya dan membuka diri untuk kemauan dan keinginan anak-anaknya. Kalau semuanya sudah bisa terlaksana, inshaa Alloh rumahku syurgaku bukan impian belaka, kalau sudah nyaman di rumah tidak ada alasan anak untuk lebih lama dan lebih betah diluar rumah.
Bagaimana di sekolah? Sekolah adalah rumah kedua buat anak. Sekolah adalah tempat membina dan menjaga peradaban, akhlaq dan etika yang sudah didapat di rumah. Oleh karena itu, bapak dan ibu guru harus bisa memberikan rasa aman dan nyaman. Mau mendengar dan memberi solusi tanpa mendikte dan mensomasi.
3. Mencari teman untuk curhat.
Untuk membuat anak berbagi cerita dan berterus terang di jaman now agak sulit. Tidak semua anak mau berbagi cerita. Oleh karena itu bapak dan ibu harus memulai terlebih dahulu. Mintakan pendapat dan saran kepada semua anak, laki-laki maupun perempuan. Anak sulung maupun anak bungsu. Dengan begitu, mereka akan merasa dihargai dan diperhitungkan.
Anak yang sedang mempunyai masalah bisaanya lebih senang berbagi cerita/curhat kepada temannya, kenapa? Karena mereka merasa dihargai dan diperhitungkan. Namun harus diingat bahwa tidak semua teman yang mereka ajak curhat adalah teman yang baik, kadang ada yang malah menjerumuskan kedalam masalah yang lebih besar lagi, seperti: Miras, narkoba dan sejenisnya, na’udzubillah…
Dalam alqur’an surat at-Tin ayat 4, laqod kholaqnal insana fii ahsani taqwiimi yang terjemahannya adalah sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Jadi manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Ini adalah modal yang diberikan sang Kholiq buat umat manusia. Tidak ada manusia yang diciptakan dalam keadaan tidak baik/buruk. Tinggal kembali kepada manusianya, bisa tidak menjaga modal yang diberikan Alloh Subhanahu wa ta’alla sampai akhir hayat di kandung badan.
Bersandar pada firman Alloh tersebut maka kaitannya dengan mendidik anak adalah bahwa semua manusia dilahirkan atau diciptakan sama baiknya. Redaksi dari firman Alloh tersebut adalah kalimat motivasi bukan propokasi apa lagi komparasi. Kalimat komparasi hanya akan membuat anak menjadi rendah diri, tidak percaya diri hingga mencari pelampiasan di jalan yang salah dan merusak diri sendiri.
TENTANG PENULIS
Rijan Sania Saputra, ST, dilahirkan sebagai putra Bekasi asli pada tanggal 05 Desember 1970, menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Bekasi Timur 1 pada tahun 1984, menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama pada STN (Sekolah Teknik Negeri) Bekasi tahun 1987 dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas pada STM Negeri Bekasi (sekarang SMKN 1 Kota Bekasi) tahun 1990.
Penulis menyelesaikan jenjang strata satu (S1) dengan gelar Sarjana Teknik (ST) pada Sekolah Tinggi Teknologi Duta Bangsa Bekasi tahun 2013. Pada tahun 2014 mendapatkan sertifikat Pendidik Profesional melalui PLPG (Pendidikan Latihan Profesi Guru) Saat ini bekerja sebagai Pendidik di SMK Al-Muhadjirin Kota Bekasi pada bidang Teknik Pemesinan dengan tugas tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum.
Pengalaman menulis dimulai pada tahun 1999 dengan mengikuti lomba cerpen yang diadakan oleh Komunitas Sastra Kaliurang Jogjakarta dengan judul cerpen “Bunga merah di hamparan sajadah”, pernah menulis opini di harian olahraga TOP SKOR tentang sepakbola Indonesia dengan judul “TimNas Indonesia Ke Pentas Dunia” tahun 2007, saat ini masih konsisten menyusun bahan ajar berupa modul Teknik Pemesinan untuk kelas 10, 11 dan 12.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Maro kita berupaya. Ok...pak !!
Ini yang disebut tinggi ipteknya juga dalam imtaqnya. Luar biasa pak guru. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
Sangat menginspirasi sekali
Betul Pak Rijan kita sebagai orang tua memang harus memberikan perhatian.yang menyejukkan kepada anak. Super sekali
Paparan yg luar biass, sukses selalu dan barakallah
amiinn, Alhamdulillah.
Syukron katsiro,ibu kartini.
Inspiratif , keep spirit
Wah perpaduan yg luar biasa.. Sarjana teknik yg paham psikologi Super Hebat Bapa yg satu ini