Beberapa waktu yang lalu saya dang teman-teman mengikuti kegiatan seleksi bakal calon kepala sekolah yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Tahap pertama adalah seleksi administrasi dengan mengumpulkan portofolio berkas yang telah ditentukan. Antara lain berkas kepegawaian, persyaratan kesehatan, daftar riwayat hidup dan pekerjaan (bukti fisik disertakan) serta rekomendasi baik dari Kepala Sekolah maupun pengawas sekolah.

Syukurlah, saya dan beberapa teman lolos seleksi administrasi. Kemudian kami diundang mengikuti tes tahap berikutnya yaitu tes substansi/tes akademik atau Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK). Menurut pengalaman teman yang sudah pernah mengikuti, tes substansi ini adalah yang paling krusial karena yang menentukan layak tidaknya seorang peserta lolos seleksi bakal calon kepala sekolah. Meskipun setelah tes substansi ini masih ada tahap berikutnya yaitu mengikuti diklat calon kepala sekolah. Jika peserta lolos diklat, ia berhak memperoleh Nomor Unik Kepala Sekolah (NUKS) yaitu nomor khusus yang dikeluarkan dan dicatat dalam database nasional oleh LPPKS. NUKS ini sebagai salah satu syarat yang bersangkutan diangkat menjadi kepala sekolah.

Terus terang saya sama sekali tidak mengetahui seperti apa tes substansi yang akan dilaksanakan itu. Banyak yang berpesan kami harus menguasai delapan standar nasional pendidikan, berbagai peraturan terkait kepala sekolah, dan isu-isu terbaru tentang dunia pendidikan. Berdasarkan pengalaman teman kepala sekolah yang sudah pernah mengikuti, tes substansi berupa studi kasus-studi kasus. Sebelumnya kami mengira berupa tes pilihan ganda.

Di dalam surat edaran, kami juga diminta menyiapkan visi misi jika menjadi seorang kepala sekolah dalam bentuk PPt maupun hard copy. Kami pun menyiapkannya. Berarti selain mengerjakan soal-soal studi kasus, wawancara, kami juga harus presentasi.

Dari berbagai sumber materi yang kami peroleh, kami akhirnya memperoleh gambaran bagaimana PPK yang akan kami kerjakan. Fokus penilaiannya adalah kemampuan calon dalam membuat keputusan dengan alasan yang logis, merujuk pada rubrik serta memberi umpan bail pada calon sebagai dasar pengembangan diri. Meski demikian kami tetap merasa khawatir apakah nanti kami bisa menjawab setiap kasus yang diberikan dengan jawaban yang tepat.

Pada saat tes berlangsung, saya sedikit merasa lega karena sebelum mengerjakan soal, peserta diberi penjelasan oleh penguji /asesor dan diberikan contoh soal analoginya. Di situ kami menangkap bahwa apapun jawaban kami terhadap kasus yang ada, yang dipentingkan/diutamakan di dalam menentukan tindakan adalah pembelajaran dan keselamatan.

Ada empat jenis instrumen penilaian yang diberikan secara bertahap. Instrumen ini terdiri atas respon situasional, kreatifitas dan pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan beradasarkan bukti.

Respon situasional untuk mengukur kemampuan menganalisis para calon KS dalam menghadapi situasi bermasalah yang harus segera diselesaikan. Analisis tersebut dimulai dari identifikasi masalah yang terdapat di skenario situasi, samapai pada pembuatan rencana tindak lanjut yang harus dilaksanakan dalam waktu singkat.

Ada dua instrumen penilaian respon situasional yaitu:

1. Respon situasional 1a. untuk memperoleh gambaran kemampuan menganalisis dan mengatasi situasi bermasalah secara taktis dalam waktu singkat.

2. respon situasional 1b untuk memperoleh gambaran kemampuan berpikir taktis dan kritis dalam menganalisis, menelaah, dan mengatasi situasi bermasalah

Respon Kreativitas dan pemecahan masalah

Dilakukan untuk mengukur daya kreativitas para calon KS dalam mencermati sejumlah masalah yang terdapat dalam skenario kasus, melakukan identifikasi kasusu yang memayungi keseluruhan permalasahan, menjelaskan alasan dari pengambilan kesimpulan. Menjabarkan dalam 3 rencana tindak sebagai solusi dan memilih salah satu yang dianggap paling baik.

Respon pengambilan keputusan berdasarkan bukti

Dilakukan untuk mengukur kulaitas keputusan yang diambil oleh para calon KS dengan menelaah sejumlah dokumen/data/informasi, mengidentifikasi masalah utama berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, menjelaskan alasan dari kesimplan yang diambil dengan menggunakan bukti dokumen/data/informasi , menyebutkan informasi pendukung, merancang sebuah rencana tindak lanjut serta alasan merancang rencana tersebut.

Empat buah instrumen penilaian tersebut diberikan secara bertahap, berurutan, dari instrumen respon situasional 1a, 1b, instrumen kreativitas dan pemecahan masalah, dan yang terakhir instrumen pengembilan keputusan . Setelah instrumen pertama selesai dikerjakan, baru diberikan instrumen kedua, begitu seterusnya hingga instrumen yang keempat.

Durasi mengerjakan setiap instrumen penilaian berbeda-beda. Instrumen respon situasional 1a dikerjakan dalam waktu 30 menit. Instrumen respon situasional 1b dikerjakan 45 menit, Instrumen kreativitas dan pemecahan masalah dikerjakan 60 menit, dan soal instrumen pengambilan keputusan dikerjakan sekitar 80 menit. Rubrik instrumen penilaian untuk jenjang SMA, SMK, serta PKLK berbeda-beda.

Kami mengerjakan tes substansi dimulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 13.00. Semua jawaban ditulis tangan dan tidak semua alat komunikasi dimatikan. Setelah itu dilanjutkan dengan presentasi visi dan misi dengan penguji yang berbeda. Kami tampil satu persatu dengan diberi jatah waktu selama 7 menit.

Keesokan harinya kami mengikuti wawancara untuk mengonfirmasi hasil tes substansi yang kami kerjakan. Ada dua orang asesor yang mewawancara kami.

Bagaimana bentuk soal substansi dan seperti apa pelaksanaan wawancara tersebut? Silakan disimak artikel berikutnya ya. Salam