BU Guru Mau Naik Pangkat (Bagian 4)
Berada dalam Dilema
Bu Fitri staf Tata Usaha keluar dari ruangan Kepala Sekolah setelah memintakan legalisir berkas guru-guru yang akan naik pangkat. Kemudian ia bergegas ke ruang guru mencari Bu Mamik, Bu Novi, Pak Rizal, dan Pak Dito untuk menyerahkan berkas yang sudah dilegalisir. Selain itu tadi Bapak Kepala Sekolah berpesan agar mereka berempat menemui beliau di ruang kepala sekolah.
“Iya Mbak Fitri sebentar lagi, ya. Kami nunggu Pak Dito dan Pak rizal yang masih foto copy di depan,” jawab Bu Mamik setelah Bu Fitri menyampaikan pesan kepala sekolah. Diterimanya berkas dari Bu Fitri dan diletakkan di atas mejanya. Bu Novi segera memilah berkas itu dan mengambil berkas miliknya.
Bu Fitri pamit akan kembali ke ruang Tata Usaha. Bu Mamik dan Bu Novi serempak mengiyakan. Setelah itu mereka kembali sibuk menata berkas.
“Kenapa harus diberi pembatas berkasnya, Bu?” Tanya Bu Novi keheranan ketika ia melihat Bu Mamik memasang pembatas di bendel laporan pengembangan diri.
“Ya..agar tim penilai mudah menilai berkas kita, Bu. Mungkin mereka akan mencocokkan antara laporan dan sertifikat serta surat tugas, jadi kalau diberi pembatas mudah mencarinya,” jawab Bu Mamik kalem.
Bu Novi mengangguk-angguk,”Kalau begitu saya juga, Bu. Boleh saya meminta pembatasnya, Bu. Kalau masih ada siih…,” ucapnya seraya tersenyum malu-malu.
“Silakan Bu Novi, pembatas saya masih banyak, kok,” jawab Bu mamik seraya mengangsurkan pembatas dengan warna lain ke Bu Novi.
Sementara itu di foto copy-an Pak Rizal dan Pak Dito terlibat pembicaraan serius.
“Gimana, Pak, keputusannya? Kita jadi ikut teman-teman dari sekolah lain minta tolong petugas atau tidak?” tanya Pak Dito sedikit resah.
Pak Rizal melihat sekilas kea rah temannya itu tapi segera menggelengkan kepala.
“Waduh, la kenapa, Pak? Memang Pak Rizal punya jalan lain?” sergah Pak Dito semakin gusar.
Pak Rizal tersenyum penuh arti.
“Saya sudah dapat info dari teman-teman sekolah lain bahwa petugas tidak mau dan mengatakan bahwa hal seperti itu tidak bisa dilakukan,” jelasnya seraya menerima berkas yang sudah di fotocopy. Tiba-tiba ada panggilan masuk di HP-nya. Bu Novi.
“Kita diminta menghadap Bapak,” ucap Pak Rizal kepada Pak Dito yang tengah memperhatikan percakapannya dengan bu Novi.
Bergegas mereka meninggalkan fotocopy-an dan menuju ke ruang guru. Bu Mamik dan Bu Novi telah berdiri di lorong menuju ke ruang kepala sekolah. Dengan sedikit berlari Pak Rizal dan Pak Dito menghampiri mereka. Setelah itu mereka berjalan beriringan menuju ruang kepala sekolah.
Terlihat pintu ruangan sedikit terbuka. Meski begitu Bu Mamik tetap mengetuk pintu serta mengucapkan salam. Terdengar suara Pak Cholili sang Kepala Sekolah dari dalam mempersilakan mereka segera masuk.
“Bagaimana, apakah berkasnya sudah siap semua?” Tanya Pak Cholili seraya menghampiri Bu Mamik dan teman-temannya. Senyumnya mengembang bersahaja.
“Alhamdulillah, tinggal merapikan, Pak,” jawab Bu Novi.
“Kalau saya masih ada yang harus dilegalisir, Bapak,” sahut Pak Rizal seraya menunjukkan berkas yang tadi di fotocopy.
“Saya juga, Pak,” Pak Dito ikut-ikutan menunjukkan berkasnya.
“Alhamdulillah, saya sama dengan Bu Novi, Pak. Saya tinggal merapikan dan mengecek,” giliran Bu Mamik menjawab.
Pak Cholili mengangguk-anggukkan kepalanya,“Yaa…, namanya mau naik pangkat ya memang agak repot, itu wajar. Makanya harus disiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Hanya saja pesan saya, lakukan semuanya dengan jujur dan sesuai prosedur. Jangan sampai ada pikiran menempuh jalan pintas lewat oknum yang tidak bertangung jawab,” nasehat Pak Cholili seraya menatap satu persatu wajah keempat anak buahnya.
Pak Rizal dan Pak Dito semakin menundukkan kepalanya. Lebih-lebih Pak Dito yang kini badannya berkeringat.
“Sementara ini saya hanya menanda tangani saja berkas-berkas yang harus dilegalisasi. Karena saya kepala sekolah baru, saya tidak mengecek lebih jauh berkas yang Bapak-Ibu miliki. Selain itu waktunya juga sudah sangat mepet, kalau nanti Bapak-Ibu mengganti ya membutuhkan waktu lagi.” Papar Pak Cholili selanjutnya.
“Terus terang saya sebenarnya tahu, apakah berkas itu dibuat sendiri atau tidak. Sesuai aturan atau tidak. Demikian pula model-model sertifikat yang hanya diganti namanya, saya juga tahu. Dulu di sekolah lama, ada guru mengusulkan kenaikan pangkat tapi tanda tangan saya dipalsu. Guru ini sengaja tidak melapor ke saya kalau akan mengurus kenaikan pangkat. Ia takut berkasnya dicek dan ketahuan kalau bukan karyanya sendiri. Saya tahunya ya dari yang bersangkutan sendiri. Kebetulan tidak lolos dan akhirnya ia meminta maaf.” Sambil berkata begitu Pak Cholili senyum-senyum. Pandangannya bergantian menatap ke arah Bu Mamik, Bu Novi, Pak Rizal, dan Pak Dito.
Jantung Pak Dito berdegup kencang begitu pula Pak Rizal. Pak Dito merasa kalau PTK-nya hasil jahitan. Sedangkan Pak Rizal mengusulkan dua buah sertifikat yang sebenarnya ia tidak pernah mengikuti kegiatan itu. Ia hanya pinjam miliknya Bu Novi dan mengganti namanya.
“Silakan diminum,” suara Pak Cholili memecah keresahan Pak Dito dan Pak Rizal yang tanpa menunggu lama mereka segera mengambil air mineral yang sudah ada di meja dan menyeruputnya hingga habis.
“Ke depan saya akan membuat program tentang pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk guru-guru. Jadi nanti kita pastikan guru-guru akan membuat karyanya sendiri dengan melalui pelatihan dan bimbingan yang intensif. Selain itu nanti ketika membuat target kerja di SKP harus dipastikan di akhir tahun target kerja itu tersedia bukti fisiknya. Jadi tidak asal-asalan dibuat,” lanjut Pak Cholili panjang lebar.
Bu Mamik dan ketiga temannya mendengarkan dengan penuh perhatian. Dalam hati Bu Mamik sangat setuju dengan rencana tersebut. Dengan begitu ia dan teman-teman akan termotivasi membuat karya sendiri untuk memenuhi kinerjanya.
“Baik, saya kira cukup. Bapak-Ibu bisa meneruskan menata berkasnya. Semoga lancar dan lulus semuanya, ya. Aamiin.” Pak Cholili mengakhiri pembinaannya.
Meski kata-kata itu diucapkan dengan sangat ramah tapi di telinga Pak Dito tidak demikian. Itu seperti sebuah tamparan keras di wajahnya. Kembali ingatannya ke dua buah PTK yang ia jahitkan. Pak Rizal tak kalah baper-nya. Ia juga terbayang dengan sertifikat palsunya. Kalau seperti itu, harapan usulannya lolos menjadi sirna. Kini ada keragu-raguan di hati mereka untuk melanjutkan mengurus kenaikan pangkatnya. Namun, juga sayang jika tidak diteruskan, mengingat apa yang sudah mereka lakukan beberapa bulan terakhir ini.
Apakah Pak Rizal dan Pak Dito meneruskan usulan kenaikan pangkatnya atau malah membatalkan? (Bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Jujur mujur, barakallah Aamiin
Keren KK.... ditunggu lanjutannya
Cerita dg muatan edukatif & motivatif yang bagus, Bunda. Salam literasi, smg sehat dan selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin.
Wow, kisah yang menarik diangkat Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik
SErtifikat palsu. Ternyata ada juga ya? Keren... Makasih sharing ilmunya yg berbalut tulisan menawan. Salam sukses, Kak
Cerita berbalut kedinasan. Sangat keren Bun. Sambil menyampaikan proses kenaikan pangkat, sambil menggambarkan bagaimana karakter dan jalan tempuh yang dilakukan sebagian orang dalam melakukan kenaikan pangkat.
Kenyataan memang ada kan mbak, cerpen yang keren sukses mbak salam literasi ditunggu kelanjutannya
Apakah Pak Rizal dan Pak Dito melanjutkan proposal promosinya atau malah membatalkannya? (Lanjutan).Keren Bun
Cerita yang keren, Bun. Ditunggu kelanjutannya.. .
Wah ulasan yang kerrn bunda riful
Batalkan saja pak
Beraaat terasa berat....klo blom terbiasa...Semoga bisa mamacu kita lebih baik...
masalah rumit pula bun ya tentang kenaikan pangkat ini...Super keren bunda.salam sukses
Kerennn, ditunggu kelanjutannya
Kerennn, ditunggu kelanjutannya
Kerennn, ditunggu kelanjutannya
Tim yg solit. Sukses selalu Bun..
Jalan berliku memburu pangkat yang dituju. Semangat berliterasi, lancar dalam beraktivitas dan semoga sukses selalu. Amin.
Luar biasa Cerpennyo. Salam Literasi dan salam sukses selalu. Ditunggu episode berikutnya....
Ada saja orang yang melakukan segala cara untuk mencapai tujuan. Sangat inspiratif bu
Wsh...berdebar debar jsntung Pak Fito dsn Pak Rizal ya...Keren Bunda
Keren bu cerpennya...menyentil yang mau cepat dengan jalan pintas ya...salam sukses ya bu..
kejadian kejadian yang umum terjadi meskipun hati kecilnya paham kalau itu tak baik, tapi karena dorongan syahwatnya lebih kuat maka nuraninya jadi redup. Keren banget bu Riful.
Faksi yang keren Bunda Riful. Kapan ya saya bisa bersilaturahmi ke Bunda..?
Mosok mundur alon-alon... Pak Rizal dan pak Dito sedang totalan. Cerpen yang bagus. Nunggu episode berikutnya