Ridha Albiy

Kepala MTsS Darul Makmur Sungai Cubadak kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera Barat. Bidang studi yang dia ampu adalah Bahasa Arab. Pernah mengajar...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sebuah Cerita dari Meja Makan Pusdiklat #Tantangan menulis hari ke 23
Meja makan punya cerita

Sebuah Cerita dari Meja Makan Pusdiklat #Tantangan menulis hari ke 23

Sebelum berangkat diklat ke Jakarta, aku mendapatkan cerita dari teman yang juga yang sudah pernah mengkiti diklat di tempat yang sama. Beliau menceritakan bahwa kondisi makanan yang ada di Pusdiklat tersebut tidak enak. Bahkan dengan sangat meyakinkan beliau mengatakan bahwa sangat tidak enak sekali. Kalau dibandingka dengan Balai diklat kita yang ada di Propinsi, mungkin lebih enak masakan yang ada Balai Diklat Propinsi.

Saking tidak enaknya masakan yang ada di Pusdiklat tersebut , selama mengkuti diklat, beliau lebih sering unuk mencari makanan di luar, seperti bakso, mie ayam dan sebagainya, bahkan di kamar menstok pop mie, kue kering dan makan lainnya, apabila diwaktu malam nanti rasa lapar mendera. Temanku itu selama mengikuti kegiatan diklat selama 10 hari mengalami penurunan berat badan. Dan untuk melampiaskan selera yang selama 10 hari tertahan, selepas mendarat di BIM, beliau langsung menyambangi rumah makan terdekat dan makan sepuasnya, dan mengatakan inilah rasanya baru makan setelah 10 hari.

Hal tersebut menjadi pemikiran bagiku. Masa, sekelas Pusdiklat Kemenag RI yang pesertanya datang dari seluruh Indonesia, mempunyai masakan yang tidak enak. Apakah seperti itu?. Dan itu aku mendengar bukan hanya dari satu orang saja, tapi beberapa teman yang mengikuti diklat yang sama juga mengatakan hal tersebut.

Tapi aku justru tidak mengkhawatirkannya. Justru aku bersyukur dengan hal tersebut. Sebab aku masih dalam tahap proses, proses penjagaan berat badan hehehe. Sebab selama ini kegiatan diklat identik dengan perbaikan gizi. Kita makan 3 kali sehari secara teratur, dilengkapi dengan menu yang sehat, bergizi dan seimbang. Nanti di waktu jam istikrahat ada coffe break plus snack yang enak-enak juga. Sudah pasti sewaktu pulang disamping bawa ilmu, sertifikat, cucin, segudang rindu dan juga pipi yang tembem hahaha. Namun jikalau itu tidak di temui di Pusdiklat Kemenag RI aku bersyukur sekali, sedak-tidaknya program ku tidak terganggu.

Kami berangkat naik pesawat dai BIM pukul 6 pagi, sampai di Bandara Soekarno Hatta jam 8 Wib. Dengan menggunkan jasa transportasi umun Grab, kami menuju Pusdiklat dan sampai disana pukul 11.00 wib. Kami melanjutkan dengan kegiatan registrasi, dan beristirahat dikamar. Makan siang pertama kami nanti setelah shalat zuhur. Sepanjang perjalanan kami membicarakan hal tersebut. Sebab temen-temen yang sama berangkat denganku juga pernah mendengar hal yang sama.

Setelah shalat zuhur kami turun ke ruang makan. Disana sudah tersedia menu makan siang. Ada ayam kecap, tahu goreng, ikan balado asam manis, sayur lodeh dan sambal terasi, plus kerupuk. Dalam hati aku membathin ini menunya aku banget nih... sudah kebayang bagiku rasanya.

Aku ambil nasi sedikit, bahkan sedikit sekali sampai temen-temen heran, badan segede gini kok makannya dikit banget. Semua lauk aku ambil, wow kayaknya rakus banget ya.. tapi emang sudah dijatah sih, makanya nasinya sedikit banget aja. Terus sambal terasi dan kerupuk. Temen-temenku juga melakukan hal yang sama, namun nasinya porsi biasa.

Kami mencari tempat duduk yang strategis, karna masih banyak pihan kursi disana. Kami duduk ber 5 menikmati makan siang perdana kami. Suapan pertamaku langsung mengingatkan ku pada masa 20 tahun silam. Rasa manis, guruh dan enak, serta sayur lodeh asli bikinan jawa membuat fikiranku kembali kemasa aku kuliah dulu di Jogyakarta. Menu yang serba manis dan gurih. Lama sekali aku tidak merasakan masakan seenak ini. aku begitu menikmatinya. Bahkan aku ,aku larut dalam rasaku sendiri.

Kulihat temena-teman di depanku yang satu propinsi dengan ku mulai mengeluh. Mereka mengomentaris semua menu yang ada pada hari ini. Ada yang mengatakan masakannya manis semua, sehingga tidak sesuai dengen selesar mereka bahkan menyimpulkan kalau masakan itu tidak enak. Dan ini memang betul, masyarakat minang kabau yang terkenal dengan masakannya yang pesas dan gurih akan tidak suka sekali dengan masakan yang manis-manis. Karna bertolak belakang dengan lidah mereka.

Namun seorang temanku terlihat makan dengan lahap sekali. Ternyata beliau juga menyukai menu ini, setelah di korek informasi yang mendalam, rupanya beliau mempunyai suami orang Jogjakarta. Pantas saja lidahnya sudah terbiasa dengan yang manis. Akupun juga begitu, suamiku juga berasal dari tanah jawa, dan setiap hari kami masak dengan menu yang begini, jadi sudah tidak asing bagiku. Dan aku berfikir dalam hati, kalau begini ceritanya otomatis programku bisa bubar.

Selama 10 hari kami menemukan menu yang seperti itu. Jadi betul apa yang dikatakan oleh temen-teman yang pernah mengikuti diklat disini. Bukan menunya yang tidak enak, namun menunya tidak sesui dengan selera orang minangkabau. Menurut ku menunya enak banget. Selera nusantara. Dan aku begitu menikmati suap demi suap menu yang aku makan saat itu. Dan hasilnya, ketika mau pulang, kami sempat mampiri ke klinik untuk menimbang berat badan, dan apa yang terjadi, aku dan temenku yang suaminya juga orang Jawa naik sebanyak 2 kg. Wadduuuh. Kebalikan dengan temen-temen yang lain, mereka mengalami penurunan berat badan karna menu yang kurang cocok dengan selera mereka.

Selesai pelaksanaan diklat kami pulang menuju kampung halaman. Sepanjang perjalanan menuju Bandara cerita kembali bergulir seputar makanan. Mereka ingin nanti sesampai di Padang akan mencari tempat makan yang bisa melepaskan selera makan mereka. Aku hanya tersenyum simpul. Dan ternyata benar, sesampai kami di Bandara kami langsung ke mobil yang sudah disiapkan untuk mnjemput kami. Tujuan utama kami adalah rumah makan Padang. Emang ada ya rumah makan Padang di Padang? Pokoknya begitulah. Sesampai dirumah makan tersebut, semua hidangan khas kita di hidangkan. Aku memandangi temenku yang 3 oarang itu sambil berkata selamat meniknati makan malam Bapak-bapak dan Ibu ibu...

Selesai memuaskan selera akan mereka, kami melanjutkan perjalanan pulang, sambil mendekap ridu pada orang-orang yang tercinta yang sesaat lagi akan di lampiaskan juga. Dan ternyata pernyataan yang mehatakan masakan di Pusdiklat tidak enak itu terjawab sudah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post