Udin dan Kain Sajadah
Pagi yang cerah, tak biasanya Udin cepat bangun dari tempat peraduan mimpinya. Ya...hari ini Udin sudah niat untuk melamar pekerjaan, sebelum tidur tadi malam dia sudah menghitung, ada enam tempat yang hendak dimasuki lamaran pekerjaan. Ada clening service, jaga toko pakaian, pengantar paket sampai jadi satpam (ini yang terakhir yang nggak memungkinkan, Udin jadi satpam....badan kurus, rambut gondrong tak terawat, muka tak seram, artinya sih bahwa si Udin nggak ada pantasnya jadi satpam dah...)
“mau kemana Din?” atau
“pagi-pagi udah rapi, ada gerangan apa Din?” bahkan ada yang lebih seram lagi
“tumben udah Rapi Din? Bisa runtuh tuh langit” Udin yang dibicarai hanya senyum dikit aja, kebetulan dia belum serapan jadi agak menahan perutnya yang lagi minta diisi lontong kak Atiek.
“wow...pagi-pagi nongrong di warung ni Din? Pakai rapi segala lagi” kata Kak Atiek keheranan melihat Udin pagi-pagi sudah nongol di warungnya.
“ada acara kak” jawab Udin, “lontong nggak pakai separuh...full” kata Udin sambil membetulkan meja makan.
“banyak duitmu Din”
“nggak kak...persiapan sampai sore”
“maksudmu apa Din”
“aku lagi masukkan lamaran kerja kak, jadi kalau langsung kerja kan belum tentu nanti bisa makan siang”
“ah...alasan aja, bilang aja duitmu pas-pasan Din” kata kak Atiek sambil tersenyum.
“ah...kakakku ini tahu aja masalahku” kata Udin menghibur diri.
“kamu mau cari kerjaan, subuh tadi udah doa Din?” Tanyak Kak Atiek
“doa...sholat subuh aja tak dikerjakannya tuh kak” kata si Boy sambil melirik si Udin yang lagi melahap lontongnya.
“Udin-Udin....kalau mau berusaha jangan lupa sholat dan doa Din” kata kak Atiek menasehati Udin.
Udin hanya tersenyum kemudian berkata ”nanti kak...kalau sudah tua baru giat beribadah” jawab Udin
“sok kali kau Din, belum tentu kau mati tua, bisa aja hari ini kamu akan mati” kata kak Atiek agak jengkel atas jawaban Udin.
“ia lah kak, nanti ku pikirkan nasehat kak tuh” kata Udin sambil membayar lontongnya.
Jam sembilan pagi Udin sudah berada di kantor perusahaan seluler, ia hendak melamar jadi cleaning service, namun “tak ada lowongan kerja” kata pimpinan perusahaan tersebut. Agak lunglai si Udin berjalan keluar dari perusahaan tersebut, namun dia semangat kembali karena masih banyak tempat yang ia dapat masukan lamaran kerja.
Satu, dua, tiga sampai enam tempat yang Udin masukan, tak ada satupun yang menerima Udin masuk kerja, semuanya beralasan:
“belum ada lowongan kerja”
“maaf ya, pemilik toko nggak datang, lagi di Jakarta”
“apa...lu mau kerja, saya saja mau memberhentikan beberapa orang yang kerja disini”
Atau belum masuk ke dalam kantor saja sudah ada tulisan “maaf, tidak ada lowongan kerja disini”
Ataupun “ya...silakan masukkan aja lamarannya, nanti kalau ada lowongan kerja kami hubungi”
Semuanya menolak, Udin berjalan gontai, sudah jam tiga siang, perut sudah lapar, tak ada uang, semuanya diluar mimpi si Udin tadi malam sebelum tidur.
“hati-hati berjalan nak” kata seorang lelaki tua kepada Udin yang berjalan tak tentu arah. Dilihatnya ada sungai yang beraliran deras, Udin langsung saja pergi ke tepi sungai untuk istirahat, “capek juga berjalan, haus...lapar” batin Udin.
Udin yang terduduk, tak sadar mulai terasa ngantuk berat, tiba-tiba...jeburrrrr....up...up...uppp...tolong...tolongggg....
Udin terjebur kesungai yang beraliran deras, dan ternyata Udin nggak pandai berenang....orang-orang berlarian kesungai mencoba menolong Udin, tetapi mereka takut karena arus sungai yang deras, sementara itu Udin terus menggapai-gapai tangannya ke seberangan tempat, tertangkapnya sebuah kain yang tersangkut di batang kayu, Udin berusaha sekuat tenaga untuk memegang kain tersebut, sampai orang datang menolongnya dengan memberikan tali kepadanya.
Udin memegang tali yang diberikan orang-orang dipinggir sungai, sementara itu kain yang dipegangnya terlepas dari batang kayu tersebut, tanpa sadar Udin tetap memegang kain tersebut dengan kuat. Sampai di tepi sungai Udin ditolong dengan memberikan air minum. Beberapa menit kemudian Udin sudah mulai tenang dan terasa dapat berjalan kembali. Orang-orang yang menolongnya pun mulai bubar.
Ketika Udin hendak beranjak berdiri, terlihat olehnya kain yang menolongnya tadi, ternyata sebuah sajadah. Udin kemudian menangis, “aku selamat atas kain sajadah ini” kata Udin sambil terisak.
“Engkau ingatkan aku ya Allah, bahwasannya aku bisa mati hari ini” Udin teringat kata-kata kak Atiek tadi pagi, ya...kesombongannya telah membuatnya hampir mati, dan diselamatkan nyawanya dari kain sajadah.
“ampuni aku ya Allah, yang telah menjauh dari-Mu” kata Udin meminta ampunan,
“mulai hari aku akan sholat, ya...sajadah ini membuatku sadar bahwa aku sudah melupakan sholat” kata Udin berniat untuk melakukan sholat lima waktu sehari. Udin...diingatkan dari kain sajadah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar