Tantangan Menulis 30 Hari di Gurusiana (11) Lampu Cogok
Kalau listrik sudah mati, keluarlah si lampu cogok alias lentera kecil. Dulu ketika belum ada listrik masuk ke kampungku, lampu cogok inilah yang menjadi alat penerang dikala gelapnya malam.
Kemana-mana bawa lampu cogok, pergi ke warung beli kopi pakai lampu cogok, pergi buang hajat pakai lampu cogok. Bahkan untuk belajar pakai lampu cogok. Supaya bisa melihat dan membaca buku. Tapi kalau tudak hati-hati, hidung bisa berubah warna menjadi hitam. Lha, kok bisa? Karena asap yang dikeluarkan lampu cogok. Kamu pernah tidak seperti itu? Kalau aku yang tinggal di pedesaan mah udah biasa atuh. Dengan penerangan seadanya masih ada motivasi untuk belajar. Tapi sebagian anak zaman now sudah terang benderang dengan lampu LED, philips, dan lain sebagainya. Masih ogah untuk belajar. Apanya yang salah yah kalau begitu? Aku juga tak tau.
Jika kamu ingin membuat lampu cogok. Membuatnya sangatlah mudah, tak perlu peralatan mahal. Cukup botol sirup obat batuk, di masukkan minyak tanah, di kasih sumbu kompor atau sejenis itu. Jreng..jreeng. udah jadi lampu cogok pengganti bola lampu litrik.
Di zaman era teknolgi ini hampir tidak ada kampung atau desa yang tidak di aliri listrik. Jika pun ada, mungkin di daerah pedalaman, atau desa terpencil. Tapi kalau bisa memanfaatkan barang bekas menjadi berdaya guna seperti lampu cogok ini kan lebih bagus, daripada membeli lilin yang tahannya cuma sebentar.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjuuttt
Mantap