Keadilan sebuah keniscayaan. Apakah keadilan hanya sebuah hayalan semata di negara tercinta? Atau hanya sebuah kata yang mudah diucapkan namun sulit untuk di aplikasikan dalam kehidupan. Bagi sebagian mereka yang memegang tampuk kekuasaan tanpa memiliki akar keimanan yang kokoh. Adil bisa mereka pelintirkan tanpa menghadirkan sisi kemanusiaan. Lantas apa yang menyebabkan demikian? Wallahu a’lam.

Sang guru yang mendidik dan mengajarkan nilai-nilai luhur. Menanamkan rasa cinta alam dan kedisiplinan. Hanya karena kekhilafan, kelalaian, mereka samakan dengan para kriminal pelaku begal yang tak beradab. Kepala digunduli, dipertontonkan layaknya orang yang tak bermoral. Mereka adalah gurumu. Pahlawan tanpa tanda jasa. Kalaulah bukan karena jasanya, tentu kamu tak akan berhasil, tak akan sukses.

Koruptor yang merampas hak-hak rakyat saja kok tidak ada kau perlakukan seperti itu? Bahkan para koruptor bisa santai menikmati hukumannya tanpa ada rasa tertekan, tidak digiring dan di gunduli. Dimana rasa kemanusiaan itu? Dimana rasa penghormatanmu terhadap sang guru?

Guru bukanlah malaikat yang tidak punya salah dan khilaf. Guru adalah manusia biasa. Manusia yang memiliki tabiat lupa, dan salah. Karena itu fitrahnya yang Tuhan berikan. Maka ketika mereka lupa dan lalai, ingatkan dan berikanlah hukuman yang sesuai. Hukuman yang memanusiakan manusia.

Untukmu sang guru, hukuman di dunia tidak lah ada apa-apanya dibandingkan pengadilan Allah yang Maha Adil di akhirat kelak. Jadi jangan sedih, kami selalu mendoakanmu wahai sang guru.

Solok Selatan, 26 Februari 2020