GENERASI MUDA BERINTEGRITAS UNTUK INDONESIA BEBAS KORUPSI
Maraknya kasus korupsi di Indonesia, menimbulkan akibat jangka pendek dan jangka panjang yang masif. Korupsi tidak hanya merugikan negara tapi juga menyengsarakan rakyat. Dampak korupsi terhadap pembentukan karakter generasi muda Indonesia juga mengkhawatirkan. Besar kemungkinan mereka menjadi antisosial dan menganggap bahwa korupsi adalah umum dan sudah menjadi budaya.
Satu dari sekian cara memberantas korupsi hingga akarnya adalah melalui jalur pendidikan. Pemerintah mencanangkan Pendidikan antikorupsi di tingkat pendidikan terendah sampai tertinggi. Berdasarkan rumusan yang ditetapkan oleh KPK, ada sembilan nilai dasar yang harus ditanamkan pada diri siswa melalui pendidikan antikorupsi di sekolah, yaitu nilai kejujuran, adil, berani, hidup sederhana, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, hemat dan mandiri.
Sebagai usaha sadar sekolah menanamkan nilai-nilai antikorupsi, di tempat saya mengajar yaitu SMP Negeri 232 Jakarta, nilai-nilai antikorupsi diintegrasikan melalui kegiatan pembelajaran dan pembiasaan seperti tadarus, sholat dhuha, sholat Dzuhur berjamaah dan sholat Jumat dimana siswa bergiliran menjadi pemimpin tadarus, muadzin, khotib sehingga tertanam nilai disiplin, bertanggung jawab, adil dan berani. Pada kegiatan Saat teduh (Bagi siswa beragama Kristen) guru berusaha mengembangkan nilai-nilai yang sama dengan nilai yang ditanamkan lewat kegiatan siswa muslim. Pada kegiatan literasi, siswa dibentuk karakternya untuk disiplin dan mandiri. Sementara Kegiatan amal Jumat memberi kesempatan siswa untuk menginternalisasi nilai peduli, hemat dan sederhana dalam diri mereka. Sekolah kami menargetkan siswa untuk bersifat peduli, kerja keras dan bertanggung jawab lewat kegiatan Jumat Bersih.
Pembentukan karakter antikorupsi dengan menanamkan 9 (Sembilan) nilai dasar pada siswa bukan sesuatu yang mudah. Menurut taksonomi Krathwohl, tahapan penanaman nilai adalah receiving (attending), responding, valuing, organization, dan characterization. Untuk membekali siswa dengan nilai antikorupsi, Sebagai guru sekaligus role model, upaya saya menanamkan nilai adalah dengan memberi contoh. Pada kasus siswa yang terlambat masuk sekolah di sekolah kami, saya mencontohkan untuk hadir di kelas sesuai dengan kesepakatan yang di awal tahun pelajaran dibuat, yaitu paling lambat 10 menit setelah bel untuk memberi kesempatan siswa untuk naik ke kelas mereka setelah selesai istirahat. “Toleransi 10 menit” yang kami sepakati bersama itu juga memberi kesempatan siswa untuk mengatur mood mereka pada setiap peralihan pelajaran. Saya berusaha keras memberikan contoh bahwa saya menaati apa yang menjadi kesepakatan kami tentang “toleransi 10 menit” tadi. Upaya saya ini sesuai dengan tingkatan pertama dalam penanaman nilai yaitu receiving (attending) dimana siswa secara kontinyu menyaksikan nilai disiplin dan tanggung jawab akan waktu. Pembentukan karakter antikorupsi pada siswa supaya memiliki nilai kepedulian, kedisiplinan dan tanggung jawab bisa diwujudkan lewat tugas membersihkan ruang kelas. Agar siswa melihat contoh nilai tanggung jawab, disiplin dan peduli tentang kebersihan dan kerapihan kelas, saya membersihkan dan merapikan kelas bersama siswa, serta menatanya supaya indah dan nyaman. Penanaman nilai disiplin, tanggung jawab dan peduli pada diri siswa di kelas dimana saya menjadi walinya sudah berada di tingkatan responding ketika menjelang lomba kebersihan kelas, siswa-siswa berinisiatif untuk mengecat ulang dan menghias ruang kelas mereka. Siswa-siswa juga menggagas disain pojok literasi dan mengatur tampilan buku-buku di dalam rak bukunya. Saya memperhatikan nilai adil juga sudah mulai terbentuk saat siswa berbagi tugas tentang siapa yang bertugas mengecat, memasang hiasan kelas dan menata meja kursi siswa.
Penanaman 9 (Sembilan) nilai antikorupsi pada sebagian besar siswa di sekolah kami mungkin belum sampai pada tingkatan characterization, mengingat proses ini tidaklah instan. Tapi ungkapan “The duty of youth is to challenge the corruption” (Tugas pemuda adalah menghadapi atau menuntaskan korupsi) menjadi penyemangat bagi kami sebagai guru bahwa mempersiapkan pemuda yang kelak menjadi generasi penerus bangsa yang bersih dari korupsi adalah tanggung jawab kami dalam rangka menyelamatkan bangsa ini. In shaa Allah kami akan selalu semangat membersamai siswa-siswa kami, sehingga suatu saat Indonesia akan bebas dari segala bentuk korupsi.
Bersama siswa-siswa hebat kelas 9.4 SMP Negeri 232 Jakarta
Profil Penulis:
Retno Sulistyowati, anak kedua dari pasangan Alm. H. Sardjono dan Hj. Sri Maryuni, lahir di Jakarta pada 8 Februari 1975. Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Karangsari 1 Kendal, Jawa Tengah, dan melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Kendal dan SMA Negeri 1 Ciawi, Bogor Jawa Barat. Menyelesaikan program S1 di Universitas Negeri Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Pengalaman berorganisasi di kampus sebagai Pengurus Majalah Dinding jurusan Bahasa Inggris “What’s Up?” dan saat ini mengajar di SMP Negeri 232 Jakarta. Penulis bisa dihubungi di [email protected] dan No Whatsapp: 087878671300.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Bu Sulis...terus berkarya salam.literasi
Terima kasih, Bu Nov. Ayo semangat menulis bersama!
Keren Bu Sulis...terus berkarya salam.literasi