Renny Oktarina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
TULISAN REFLKETIF KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3
Program Yang Berdampak Positif Bagi Murid

TULISAN REFLKETIF KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3

Modul 3.3 mengajarkan saya bagaimana mampu mengkolaborasikan pemahaman yang telah saya dapatkan untuk melaksanakan program sekolah baik yang bersifat intrakurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler yang berpihak pada murid. Pembelajaran yang sangat menarik bagi saya. Menjadi tantangan untuk aksi di masa yang akan datang untuk dapat mengaplikasikan ilmu tersebut dan turut andil bersinergi mencapai tujuan pendidikan. Menghubungkan setiap pengetahuan sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara tentang maksud dari pendidikan itu sendiri, yakni menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang tinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Banyak hal menarik yang saya dapatkan dan bisa saya simpulkan dari pembelajaran modul 3.3 ini. Pembelajaran yang membuat saya merasa tercerahkan dan terantang, membuat saya bercermin sudah sejauh mana saya sebagai pendidik memberikan pembelajaran yang bermakna untuk tumbuh dan kembangnya potensi murid saya. Sebagai pendidik saya telah mulai melaksanakan program yang disebut berpihak pada murid ini terutama pada program ko-kurikuler dan ekstra kurikuler, seperti pelaksanaan kegiatan syi'ar dan sya'ir di sekolah, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler paskibra binaan sekolah, dan kegiatan lainnya namun ternyata saya belum meaksimalkan setiap potensi murid dalam kegiatan intra kurikuler. Setelah mempelajari modul ini,tentu saya akan memperbaiki bagaimana program yang berpihak pada murid ini dapat dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran intra kurikuler agar tercapainya student agency pada murid. Pembelajaran pada modul ini melengkapi pemahaman saya sebagai seorang pendidik untuk dapat berkontribusi dengan sebaik-baiknya dalam mencapai maksud pendidikan itu sendiri.

Modul 3.3 menjadi muara dari semua pemahaman dalam pendidikan guru penggerak. Modul 3.3. menjelaskan bagaimana sebuah program yang akan dilaksanakan di sekolah dapat berpihak dan berdampak pada murid. Program ini di rancang dengan paradigma yang sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, mengandung nilai-nilai kebajikan, melibatkan peran pendidik yang sesuai dengan peran guru penggerak serta mengandung budaya positif dalam pelaksanaannya. Program tersebut adalah program yang melibatkan suara (voice), pilihan (choice dan kepemilikan (ownership) dari murid-murid sehingga menjadi pembelajaran yang bermakna dan berharga bagi tumbuh dan kembangnya setiap potensi yang ada pada murid.

Pada akhirnya saya memahami bahwa setiap modul dalam pendidikan guru penggerak ini mengandung keterkaitan untuk mewujudkan suatu tujuan pendidikan. Banyak perubahan yang telah saya rasakan setelah memahami modul 3 ini dimulai terjadinya perubahan paradigma dalam pengambilan keputusan. Perubahan ini dari pendekatan yang terkadang berbasis masalah (defisit based) sekarang bergeser ke pendekatan berbasis aset, bahwa setiap aspek dapat menjadi aset dan peluang sebagai modal untuk menjalankan sebuah program yang berpihak pada murid. Sebagai salah satu pendidik dalam ekosistem sekolah saya harus mampu mengidentifikasi kemudian mengelola sumber daya dan aset yang dimiliki oleh sekolah sebagai kekuatan / potensi untuk mencapai tujuan pendidikan. Sehingga adanya kekurangan atau masalah tidak lagi menjadi hambatan untuk bertindak dan bersinergi dalam mewujudkan visi misi dan tujuan sekolah yang berpihak pada murid.

Hal menarik kedua yang saya temukan adalah modul Dalam mengambil keputusan yang bijak, hendaknya menerapkan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Selain itu, perlu perencanaan program sekolah yang berdampak pada murid secara matang dengan menerapkan manajemen perubahan dengan model BAGJA serta menerapkan manajemen resiko dan untuk keberlanjutan program perlu menerapkan MELR (Monitoring, Evaluation, Learning dan Reporting ). Dengan demikian, program diharapkan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Keterkaitan yang dapat saya lihat dari modul 3.3 dengan modul-modul sebelumnya antara lain; Modul 1.1 tentang Filosofi Ki Hajar Dewantara, bahwa guru mempunyai peran untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai individu masyarakat. Adapun keterkaitannya dalam mengelola program sekolah yang berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan memperhatikan pengembangan potensi atau kodrat murid. Dalam modul ini juga dibahas bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga setiap program yang di rancang oleh guru baik yang bersifat intra, ko ataupun ekstrakurikuler dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya.

Selanjutnya keterkaitan dengan modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak. Nilai-nilai tersebut antara lain mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan profil pelajar pancasila pada murid. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid.

Modul 1.3, tentang Visi Guru Penggerak. Program yang dirancang dan dilaksankan di sekolah hendaknya sesuai dengan visi dan misi yang juga berpihak pada murid. Agar Visi tersebut terwujud dengan pelaksanaan yang efektif dan efisien. Untuk itu dalam merencanakan dan mengelola program dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid.

Modul 1.4, tentang budaya positif, mewujudkan lingkungan yang mendukung perkembangan potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Seperti yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewanara, seorang guru diibaratkan seperti petani, maka guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang berdampak pada murid.

Modul 2. tentang praktik pembelajaran yang berpihak pada murid. Dimulai terkait dengan Modul 2.1 dan Modul 2.2, tentang Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan murid dan Pembelajaran sosial emosional. Pembelajaran berdiferensiasi adalah solusi untuk mengakomodir seluruh kebutuhan belajar murid. Setiap muri adalah anak yang unik dengan ragam minat dan bakat yang hendaknya dapat terakomodasi, sehingga bakat menjadi terasah dan murid belajar dengan rasa senang. Maka dari itu, guru hendaknya mampu merancang pembelajaran di kelas sebagai program intrakurikuler sekolah yang juga melibatkan suara, pilihan dan rasa memiliki dari murid. Salah satu langkah yang dapat ditempuh sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui potensi yang dimiliki murid. Selanjutnya program sekolah tersebut juga mengandung pembelajaran sosial emosional agar terwujudnya kondisi wellbeing di lingkungan sekolah.

Modul 2.3, tentang coaching yang merupakan sebuah tehnik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak. Coaching juga memberikan keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya.

Terkait dengan Modul 3, sebagai perwujudan modul 3.3 hal yang dapat saya simpulkan adalah Program yang berpihak pada murid hendaknya di rancang dan diputuskan dengan pendekatan berbasis aset, mempertimbangkan seluruh potensi yang ada di sekolah.

Setelah melihat keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya menurut saya program yang berdampak positif pada murid harus direncanakan dengan berdasarkan filosofi KHD, disusun dengan pendekatan berbasis aset, memanfaatkan dan memaksimalkan modal yang ada di sekolah, dilaksanakan dengan melibatkan seluruh peran dengan nilai-nilai guru penggerak, melibatkan komunitas yang disebubt tri sentra pendidikan, serta perlu menerapkan MELR (Monitoring, Evaluation, Learning dan Reporting ). Dengan demikian seluruh aspek sebagai penunjang terwujudnya student agency murid akan saling bersinergi serta maksud dari pendidikan itu sendiri dapat di capai. Saya sebagai pendidik yang telah dibekali dengan ilmu pendidikan guru penggerak akan memulai dari diri sendiri, merancang dan melaksanakan program sekolah yang berpihak pada murid dengan pendekatan berbasis aset, pembelajaran yang melibatkan voice, choice dan rasa kepemilikan murid, menjadi bagian sebagai pelaksana dalam mencapai tujuan pendidikan di masa yang akan datang.

Salam dan Bahagia Bapak Ibu Guru Hebat

-Renny Okta-

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post