Ada yang selalu menggelitik dalam hati saya ketika terbayang seorang anak usia golden age itu menangis meronta-ronta untuk memintak piala yang sedang dibagikan oleh panitia lomba pada rekan-rekan yang lain saat itu. Miris sekali melihatnya sedih juga hal tersebut berulang dan berulang saya saksikan terutama pada akhir tahun ajaran di komunitas pendidikan nak usia dini. Hal lain yang juga sering saya amati adalah semangat untuk menang pada para pendidik dan wali murid menghancurkan rasa bahagia anak –anak, rasa berteman anak didik, kemandirian anak didik. Ada lagi pemandangan yang juga sangat miris saat kegiatan lomba berlangsung ada sebahagian majelis guru dan wali murid mengerjakan materi lomba yang sedianya ditujukan pada anak didik akan tetapi dikerjakan oleh wali murid dan para guru karena sekolahnya ingin menang di event tersebut. Kalau ini dibiarkan tentu guru sebagi model akan memberikan contoh karakter yang menyesatkan anak didik yang berdampak permanen terhadap perkembangan anak didik di masa depan nya. Out come nya kelak anak didik yang etape emas ini akan tertanam dalam memorinya bahwa dalam sebuah kompetisi sesuatu pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kita dapat dikerjakan oleh orang lain yang penting kita menang. tentunya kalau ini dibiarkan terus berkembang akan berdampak yang tidak baik terhadap anak usia dini dalam penanaman karakternya.