Hidup dijalani aja. Menunggu panggilan yang pasti. Kepastian yang tidak bisa ditolak. Kematian. Kalauau tertawa dan manis saja, itu bukan dunia namanya. Yakin saja kalau kita sudah berusaha jadi hambanya yang mengejar akhirat, insha Allah beratnya hidup akan jadi pembersih dos-dosa kita. Allah tahu yang terbaik. Bersabar. Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolong mu.

Semalam, makan nasi goreng sekitar jam 9 malam bersama anak gadisku. Tak jauh dari rumah. Saat sedang menunggu masaknya nasi goreng, tak sengaja memandang punggung salah satu asisten yang membantu Abang tukang nasi goreng. Kaos yang dipakainya berwarna hitam, bertuliskan " Ahli ibadah banyak, namun sedikit orang yang menjaga lidahnya. Tajamnya lidah inilah yang menggugurkan ibadah yang sudah diperjuangkannya. Lidah yang tak terjaga. Menyakiti banyak orang.

Lidah yang tak bertulang, dengan mudahnya mengeluarkan kata-kata yang disebabkan emosi yang meluap. Kata-kata yang tajam pedas dan menyakitkan. Berulang-ulang dan menjadi terbiasa. Menyakiti orang-orang terdekat yang selalu siaga dan siap membantu lahir bathin dan kapan saja. Itulah keluarga.

Kenyamanan keluarga dan seisinya menjadi kunci dan gerbang dari ketentraman lahir dan batinnya di luar sana. Keluarga yang tersakiti yang rusak akan menimbulkan luka, trouma dan ancaman kerusakan. Kalau dalam keluarga sudah tidak nyaman dengan kata-kata pedas dan menyakitkan, itu sebagai bahan koreksi kita seisi rumah khususnya kedua orang tua, adalah kita mendahulukan dunia dari akhirat kita ? Hilangnya Rahmat Allah dari rumah kita. Semoga kita bercermin dari kesalahan yang telah kita perbuat dan dibimbing agar Rahmat Allah selaluenaungi rumah kita, sehingga rumah menjadi tempat yang nyaman dan aman buat keluarga.