Tagur ke-74

# Perasaan Tak Puas #

Pembelejaran sekarang karena dimadrasah kami banyak anak yang tak punya sinyal dilampungnya pembelajaran yang dilaksanakan adalah luring. Dengan jalan anak membuat tugas dirumah, tugas tersebut diantar satu kali satu minggu. Sambil menjeput tugas baru. Untuk anak-anak yang punya HP dan sinyal terjangkau anaka-anak tersebut, bisa melihat gurunya menerangkan pelajaran lewat VIDIO yang dikirim ke WA. Bagi anak-anak yang tak punya HP mereka harus belajar mandiri, kalau kurang paham harus bernyanya pada tetangga, atau teman-teman yang setingkat lebih tinggi darinya.

Yang jadi permasalahan anak, guru guru harus hadir di sekolah, sementara anak-anaknya belajar dirumah. Anak pintar kesadarananya tinggi untuk belajar, ini tidak masalaalh, Tapi bagi anak-anak yang kemauan belajarnya rendah, siapa yang tahu apa yang akan dikerjanya. Siapa yang mengontrol kegiatannya dirumah. Bisakah kita menjamin anak-anak tersebut tidak meyelewengkan paket yang diberikan oleh oang tuanya untuk melihat hal-hal yang tidak bermamfaat.

Dari segi kesehatan, berapa idealnya anak-anak bisa melihat gajet dalam satu hari? Beruntunglah ibu-ibu yang hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, kegiatan belajar anaknya bisa ia pantau setiap saat. Tapi bagai mana dengan ibu/ bapak yang pedagang, Petani, guru atau pekerja kantoran siapa yang bisa mendampingi anak-anak mereka ketika belajar dirumah.

Sebelum Covid melanda memakai HP sangat kita larang dengan berbagai alasan Menurut saya belajar daring/luring saat ini sebenarnya sangat tidak efesian. Namun ketika kita tinjau balik, yang diutamakan sekarang adalah Hak Hidup Anak dan hak kesehatan anak. Hak belajar anak menjadi kurang efesien.

Tanjung Pati, 08 Agustus 2020