HITAM PUTIH
Hari itu, Minggu 23 Desember 2018, teman-teman di grup wa TNGP (Temu Nasional Guru Penulis) 2018 ramai ribut tentang tsunamii... karena kemarin malam (22 Desember 2018) Lampung kena tsunamii, sebetulnya bukan murni gempa tsunamii tapi diduga erupsi gunung anak Krakatau.
Ramai di chatingan wa karena salah satu anggota TNGP, bu Erlina bercerita. Ketika tsunami di Aceh dia kehilangan segalanya cuma dia sendiri yg tersisa dari keluarga. Suami, ayah, mertua serta adik ipar semuanya tidak pernah ditemukan mayatnya bahkan yang paling menyakitkan saat buah hatinya harus terlepas dari gendongan bersama gelombang yang maha dasyat.
Tapi dengan beraninya kita malah mendatangi Lampung.
Bukan ... bukan saya berani menantang bahaya, tapi karena pertama memang sudah rencana walaupun rencana dadakan. Kedua dilihat cuaca memungkinkan pergi. Dan ketiga sudah kadung nyewa mobil. Akhirnya bismillah kami berangkat jam 9 pagi dari cimahi. Terdiri dari 5 keluarga kakak adik, beserta anak-anaknya. Jangan bayangkan anak2 kecil... ini anak2 sudah besar yang paling kecilpun sudah kuliah, dan ternyata ketika mereka bertemu ribut semua ingin bicara. Percis suasana dongeng petualangan Lima Sekawan oleh Enyd Billton yang sudah kubaca puluhan tahun lalu.
Jam 4 kita naik ke ferry, alhamdulillah lancar tidak seperti pengalaman pertama antri ferrynya yang lama. Setengah lima sudah hampir mendekat pelabuhan, tapi akhirnya kami sadar kalau ternyata kapalnya kok tidak jalan, kabarnya antri dermaga. Alhamdulillah setengah 9 ada pemberitahuan supaya penumpang masuk ke mobil masing-masing. Oh Berarti kapal hampir merapat. Tunggu tinggal tunggu kok belum juga pergi malah kapal ferry seolah berputar-putar seperti mencari tempat parkir. Berputar-putarpun sampai 3 jam ternyata.
Alhamdulillah ... akhirnya jam setengah 12 lebih 5 menit menepi ke darat.
Hari kedua acaranya hanya jalan-jalan disekitar Lampung, mencoba kuliner tidak lupa Duren dan mencari oleh-oleh. Tadinya memang rencana awalnya liburan ini ingin menikmati pantai tapi karena kejadian erupsi gunung anak krakatau maka dihimbau untuk menjauhi pantai sampai tanggal 25 Desember.
Pada hari ketiga kami pulang, dijalan ramai berceloteh anak-anak, kami menganalisa kenapa kami tidak bertemu dengan yang kena bencana. Padahal kejadian di Lampung Selatan, sedangkan yang kita kunjungi adalah Bandar Lampung, pertama jauh dari tempat kejadian kedua Kita dari pelabuhan lansung masuk tol baru, otomatis tidak melalui daeran yang kena banjir.
Ini jadi seperti hitam putih, saya datang ke Lampung ingin bersilaturahmi sekalian liburan alhamdulillah Allah mengabulkan semuanya. Sedangkan melihat liputan di TV, berita itu begitu mengenaskan, memprihatinkan kami semua sedih.Inilah sisi hitan putih kehidupan.
Lampung, 25 Desember 2018
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar