Lesson study berbasis TIK
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan dan proses pembelajaran pada diri peserta didik dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, mendewasakan sikap dan perilaku serta kesempurnaan motorik. Untuk itu perlu sekali agar pembelajaran yang berjalan sangat ditunggu dan selalu diharapkan kehadirannya oleh peserta didik. Bagaimana caranya? Pendidik dituntut untuk terus melakukan berbagai inovasi dan kreatifitas dalam melaksanakan tugas kesehariannya di sekolah. Diantaranya dengan menggunakan berbagai cara yang akan menarik minat peserta didik, dimulai dengan pembagian kelompok menggunakan gambar tempel, menggunakan benda-benda yang mudah ditemui/dicari, dan dengan cara berhitung. Kemudian pembelajaran yang dinamis memerlukan situasi pembelajaran yang kondusif di dalam kelas dengan menciptakan suasana yang ceria, bersemangat dan tidak kehilangan senyum.
Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah anak didik secara aktif dan kreatif mengambil bagian dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam hal ini pendidik atau pendidik hanya bertugas sebagai fasilitator dan motivator dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan anjuran dalam kurikulum yang sedang berjalan di tanah air.
Dalam penerapan pembelajaran, kualitas pendidik ditentukan oleh dua segi,yaitu dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses pendidik dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Disamping itu dapat pula dilihat dari gairah dan semangat mengajarnya, serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, pendidik dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikannya mampu mengadakan perubahan perilaku pada sebagian besar peserta didik ke arah yang lebih baik. Untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan berbagai kemampuan mengajar yang harus dimiliki dan dikuasai oleh pendidik. Kemampuan mengajar yang dimiliki oleh pendidik akan berpengaruh pada bentuk pembelajaran yang tercipta dan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Yang utama peserta didik akan bersemangat mengikuti pelajaran dan tidak merasa terpaksa mengikutinya.
Salah satu bentuk pembelajaran yang diyakini bisa sejalan dengan berbagai tuntutan tersebut di atas adalah dengan menerapkan Lesson Study Berbasis TIK. Model pembelajaran ini terpusat pada peserta didik (student center) dalam pembelajaran yang dilaksanakan.
B. Permasalahan
Merujuk pada latar belakang yang sudah dikemukakan, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: Bagaimanakah hakikat, prosedur dan manfaat dari pembelajaran melalui Lesson Study Berbasis TIK?
II. PEMBAHASAN
A. Hakikat Lesson Study
Lesson Study merupakan terjemahan dari bahasa Jepang jugyou (instruction =pengajaran,atau lesson = pembelajaran) dan kenkyuu (research = penelitian atau study = kajian). Lesson study, yang dalam bahasa Jepangnya jugyou kenkyuu, adalah sebuah pendekatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang. Perbaikan-perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses-proses kolaborasi antar para pendidik. Lewis (2002) mendeskripsikan proses-proses tersebut sebagai langkah-langkah kolaborasi dengan para pendidik untuk merencanakan (plan), mengamati (observe), dan melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran (lessons).
Lesson study adalah suatu proses yang kompleks, didukung oleh penataan tujuan secara kolaboratif, percermatan dalam pengumpulan data tentang belajar peserta didik, dan kesepakatan yang memberi peluang diskusi yang produktif tentang isu-isu yang sulit. Lesson Study pada hakikatnya merupakan aktivitas siklikal berkesinambungan yang memiliki simplikasi praktis dalam pendidikan.
Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh para pendidik pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo. Adalah Makoto Yoshida, orang yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyo di Jepang. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran peserta didik, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi.
Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial. Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Sementara itu, Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa:
“lesson study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative goal setting, careful data collection on student learning, and protocols that enable productive discussion of difficult issues”.
Dari pendapat tersebut dapat diartikan secara bebas bahwa Lesson Study merupakan suatu ide sederhana dengan proses yang rumit. Mulai dari perumusan tujuan pembelajaran, mengumpulkan data tentang pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik, dan mendiskusikan hasil dan kesulitan-kesulitan belajar yang terjadi.
B. Prosedur Lesson Study
Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2012) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:
1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri pendidik yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study.
2. Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada peserta didik sebagai hasil dari Lesson Study.
3. Plan the Research Lesson: pendidik-pendidik mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para peserta didik akan merespons.
4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang pendidik tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran peserta didik.
5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar peserta didik
6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada.
Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study
1. Tahapan Perencanaan (Plan)
Dalam tahap perencanaan, para pendidik yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan peserta didik, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.
Pada tahap ini pendidik memulai dengan memanfaatkan multimedia atau komputer untuk meringankan beban pekerjaan. Seiring dengan perkembangan teknologi, diperlukan penyedia media yang akan mengembangkan program pembelajaran. Hasil riset telah membuktikan bahwa komputer merupakan media penyampaian materi pembelajaran yang efektif (Thompson, 1980). Agar materi pembelajaran yang disajikan melalui komputer sesuai dengan kebutuhan, maka diperlukan adanya analisis kebutuhan. Tujuan melakukan analisis kebutuhan itu sendiri adalah untuk mengetahui topik-topik materi pelajaran yang benar-benar dibutuhkan pengguna, format materi sajian yang dibutuhkan, model sajian materi pelajaran yang efektif, dan topik materi pelajaran yang tepat untuk disajikan melalui program pembelajaran berbasis multimedia.
2. Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang pendidik yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: pendidik, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
1. Pendidik melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.
2. Peserta didik diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.
3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi pendidik maupun peserta didik.
4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi peserta didik-peserta didik, peserta didik-bahan ajar, peserta didik-pendidik, peserta didik-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi pendidik.
6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar peserta didik selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi peserta didik dan diusahakan dapat mencantumkan nama peserta didik yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman peserta didik melalui aktivitas belajar peserta didik. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar peserta didik yang tercantum dalam RPP.
Pada tahap ini, penggunaan perangkat multimedia sebagai media pembelajaran sangat disarankan.Hal ini sejalan dengan proses pembelajarn yang menghindari verbalisme pembelajaran. Selain itu, pembelajaran berbasis multimedia/TIK memiliki banyak keunggulan, diantaranya mempermudah peserta didik dalam memahami materi pembelajaran.
3. Tahapan Refleksi (Check)
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan pendidik yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun.
Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap pendidik yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
Pada tahapan ini, penggunaan multimedia berupa rekaman video pembelajaran sangat membantu. Hal ini untuk meninjau kembali pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Juga untuk melihat kembali strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik, aktivitas belajar peserta didik dan kesulitan-kesulitann belajar yang dihadapi oleh peserta didik yang luput dari catatan para pengamat/observer.
4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)
Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun menajerial.
Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para pendidik, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.
Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh pendidik dan peserta didiknya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.
C. Manfaat Lesson Study
Terdapat 8 (delapan) peluang manfaat yang dapat diperoleh oleh pendidik, apabila dia melaksanakan LS secara berkesinambungan. Ke-8 peluang tersebut sangat erat kaitannya dengan pengembangan profesionalisme pendidik (Lewis, 2002), yaitu (1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi, (2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan, (3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan, (4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai yang berkaitan dengan peserta didik, (5) merancang pembelajaran secara kolaboratif, (6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku peserta didik, (7) mengembangkan 8 pengetahuan pedagogis yang kuat penuh daya, dan (8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata peserta didik dan kolega.
III. KESIMPULAN
Lesson study merupakan alternatif pembinaan profesi pendidik melalui aktivitas-aktivitas kolaboratif dan berkelanjutan. Prinsip kolaborasi akan memfasilitasi para pendidik untuk membangun komunitas belajar yang efektif dan efesien, sedangkan prinsip berkelanjutan akan memberi peluang bagi pendidik untuk menjadi masyarakat belajar sepanjang hayat. Dua hal ini sangat penting bagi pendidik dalam menjalankan perannya sebagai sosok panutan dan yang dipercaya oleh peserta didik di sekolah.
Implementasi lesson study secara berkelanjutan akan membantu pendidik mempercepat peningkatan profesionalismenya. Indikator-indikator peningkatan profesionalisme pendidik melalui implementasi lesson study, adalah pengembangan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang selalu menuntut dilakukannya inovasi pembelajaran dan asesmen, siklus plan-do-see yang memungkinkan pendidik untuk dapat mengembangkan pemikiran kritis dan kreatif tentang belajar dan pembelajaran, proses sharing pengalaman berbasis pengamatan pembelajaran memberi peluang bagi pendidik untuk mengembangkan keterbukaan dan peningkatan kompetensi sosialnya, dan proses-proses refleksi secara berkelanjutan adalah suatu ajang bagi pendidik untuk meningkatkan kesadaran akan keterbatasan dirinya.
Lesson study dapat diimplementasikan dalam pembelajaranmelalui siklus plan-do-see dengan enam tahapan, yaitu membentuk kelompok lesson study, menentukan fokus kajian, merencanakan research lesson, pelaksanaan pembelajaran dan observasi
aktivitas pembelajaran, mendiskusikan dan menganalisis hasil observasi, dan refleksi dan penyempurnaan. Tahapan-tahapan kegiatan lesson study tersebut dapat memfasilitasi peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.
.
DAFTAR PUSTAKA
Catherine Lewis (2004) Does Lesson Study Have a Future in the United States?. Online: http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm/Diunduh tanggal 20 Nopember 2012.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/22/lesson-study-untuk-meningkatkan-pembelajaran/Diunduh tanggal 20 Nopember 2012.
Indonesia .2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Indonesia.2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional.
Indonesia.2009. Lesson Study-Materi PLPG Rayon 9. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Lewis, C., Perry, R., Hurd, J., & O’Connel, M. P. 2006. Teacher collaboration: Lesson study comes of age in North America. Tersedia pada http://www.Lesson research.net/LS_06Kappan.pdf. Diunduh pada tanggal 20 Nopember 2012..
Santyasa, I Wayan. 2009. Implementasi Lesson Study (Makalah Seminar).Nusa Penida: Universitas Pendidikan Ganesha. http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/Implementasi Lesson Study.Pdf/ Diunduh tanggal 20 Nopember 2012.
Slamet Mulyana. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat.
Wikipedia.2012. Lesson Study. Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study/Diunduh pada tanggal 20 Nopember 2012.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar