KUNANG-KUNANG
Dalam suatu kumpulan bocah. “Ayo lepaskan kunang-kunang itu!” teriak seorang anak laki-laki yang berbadan bongsor. “Tidak mau! Udah susah nangkepnya, ngapain dilepas?” ujar seorang bocah perempuan. “Kamu ga takut gitu sama kunang-kunang itu?” Si bongsor sepertinya akan menakut-nakuti. “Kenapa takut? Kecil gini. Ga bakal gigit!” Mata sang bocah perempuan menatap tajam wajah si bongsor. “Ih, kamu ya. Kata nenekku, kunang-kunang itu kuku orang yang sudah meninggal. Dia mau balik lagi sama yang punya. Ini kan sudah sore.” Cerocos si bongsor. Sontak bocah perempuan itu agak merinding dan dengan berat hati melepaskan hasil tangkapannya. Kumpulan bocah itu pun bubar menuju rumah masing-masing. Senja semakin menua. Hari menjadi gelap. Binar berpendar kunang-kunang semakin terlihat. Sensasinya memukau. Itulah secuil penggalan kisah indah semaasa bocah. Dimanakah lagi bisa kutemukan binar indah kunang-kunang? Rindu serindu-rindunya melihat binar indah itu. Apakah alam sudah mulai enggan bersahabat dengan kita?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kunang-kunang bercahaya indah...