Enola Holmes, Perempuan Cerdas Abad 19
"The choices are always yours, whatever the society make a claim, it can't control you"
-Sherlock Holmes
Kata-kata itu telah menyihirku, seolah mantra yang mudah dihafal, kata-kata itu hampir selalu kurapal. "Pilihan selalu ada di tanganmu, bagaimanapun orang akan berkata apa, tidak akan ada yang bisa mengendalikanmu". Baiklah, saya termasuk orang yang gampang disugesti. Oleh apapun. Oleh film misalnya, yang salah satu dialognya entah bagaimana bisa langsung kuhafal sedetik setelah si aktor membawakannya. Henry Cavill, berperan sebagai Sherlock Holmes di film Enola Holmes yang rilis di netflix tanggal 23 September 2020 lalu. Sejak dikabarkan akan rilis, saya memang sudah tidak sabar menanti. Kecintaanku pada tokoh cerita detektif Sherlock Holmes memang bisa dibilang sudah mendarah daging. Mau dibilang fangirl garis keras pun tak masalah. Nyatanya memang banyak yang mengklaim dirinya sosiopat karena terinspirasi dari karakter ini.
Berbicara tentang Enola Holmes, rupanya film ini adalah adaptasi dari novelnya yang berjudul Enola Holmes The Case of The Missing Marquess dan bukan lagi ditulis oleh penulis serial Sherlock Holmes yaitu Sir Arthur Conan Doyle. Melainkan, ditulis oleh penulis wanita yang hidup sekitar satu abad setelah karakter Sherlock Holmes dibuat. Penulis wanita itu bernama Nancy Springer. Nancy Springer merilis karya pertamanya ini pada tahun 2006, lalu dibuat film 14 tahun kemudian. Jika serial Sherlock Holmes ditulis oleh pria berkebangsaan Inggris dan bernuansa Inggris, Enola Holmes ditulis oleh wanita berkebangsaan Amerika, namun tetap bernuansa Inggris,
Sherlock Holmes, Enola Holmes. Mereka berdua memang kakak beradik. Menyandang nama keluarga yang sama, dan tentunya membawa gen kecerdasan di atas rata-rata. Singkatnya, film Enola Holmes ini mengambil sudut pandang dari Enola Holmes sendiri. Berbeda dari kakak-kakaknya, Sherlock dan Mycroft, gadis berumur 14 tahun ini tidak pernah jauh dari kampung halamannya. Ia belajar hanya dengan ibunya, Eudoria Holmes. Mulai dari belajar membaca hingga jujitsu. Ya, jujitsu. Seni bela diri yang mengandalkan tangan dan kaki. Tapi tenang, lanjutkan saja membaca ulasan ini karena tidak mengandung spoiler.
Tampak dari segala dialog, skenario, dan alur cerita film ini, Enola bukan gadis yang angkuh dan sosiopat seperti kedua kakaknya. Enola bisa dibilang lebih "manusiawi" tapi tetap secerdas Holmes-Holmes yang lain. Saya rasa film ini mengangkat isu feminism karena membawa Enola sebagai tokoh utama. Enola Holmes digambarkan sebagai perempuan yang cerdas, kuat, dan mandiri. Ibunya, Eudoria Holmes memberinya nama Enola karena jika nama itu dibaca terbalik, maka muncullah kata "Alone" yang artinya sendiri. Oh ya, Enola dan ibunya sangat menyukai permainan kata, yang nantinya di film ini akan menjadi salah satu petunjuk terbesar.
Saya sendiri sangat terinspirasi oleh film ini. Sebagai perempuan tidak seharusnya saya membenarkan budaya patriarkal yang tidak bisa dipungkiri masih tetap ada. Perempuan seharusnya bisa berdiri di atas kaki sendiri. Perempuan adalah manusia, yang memiliki kesempatan yang sama sesuai bidangnya. Siapapun kita bisa memilih, menjaga, dan sepatutnya berhak berbicara. Siapapun kita adalah manusia, hanya rupa yang berbeda.
Silakan menonton film ini. Film ini layak dinanti dan dihayati. Sebagai teman kopi di sore hari, juga pembawa kabar baik di malam hari.
Jember, 7 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Eh...panjang banget bun.....wes pokoknya keren loh.....
Aku ko ngga bisa komen di tulisannya bu ika, kenapa ya?
Apakah saya perlu melihat? Hmmm...
Boleh, jika berkenan :)
Luar biasa ulasannya bu. Salam sukses selalu.
Terimakasih.. semoga menginspirasi
Ulasannya bikin kepo dengan filmnya
Sangat layak ditonton, sinematografinya juga seru..
Menarik sekali..apakah anda juga suka cerita horror?
Maap saya penakut