Rani Juliani Putri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kohesi Leksikal. Apa tuh?

A. Kohesi Leksikal

1. Pengertian Kohesi Leksikal

Sebelum mulai dengan pengertian kohesi, terlebih dahulu kita akan diingatkan kembali pengertian tekstur. Setiap teks mengandung tekstur, dan hal inilah yang membedakannya dengan realisasi kebahasaan yang bukan teks. Tekstur ini berfungsi menyatukan unsur-unsur bahasa itu, menjadikannya sesuatu yang padu tanpa mengabaikan konteksnya.

Unsur terjalin atau berkaitan dengan unsur yang yang lain menjadikan sesuatu yang padu, tanpa mengabaikan konteksnya disebut kohesi. Halliday dan Hasan (dalam Zaimar & Ayu, 2011: 119) menyatakan, bahwa kohesi adalah suatu konsep semantik yang menampilkan hubungan makna antarunsur teks, dan menyebabkannya dapat disebut sebagai teks. Jadi kohesi merupakan keterkaitan semantis antarunsur pembentuk wacana.

Halliday dan Hasan (dalam Ali, 2010: 45) menyatakan, bahwa ”This (lexical cohesion) is the cohesive effect achieved by the selection of vocabulary”. Jadi, kohesi leksikal adalah ikatan kohesi yang muncul dalam wacana karena pilihan kata. Ikatan kohesi unsur leksikal lebih sulit diidentifikasi dengan segera karena sistem leksikal bahasa bersifat terbuka. Sedangkan, sistem gramatikal bersifat tertutup, sehingga ikatan kohesi unsur gramatikal terlihat lebih nyata dan konsisten.

Oleh karena itu, hal terpenting yang harus diperhatikan dalam mengana-lisis ikatan kohesi unsur leksikal adalah dengan apa yang oleh Halliday dan Hasan disebut sebagai akal sehat dan tingkat penguasaan kosa kata. Unsur leksikal wacana yang membentuk ikatan kohesi biasanya dinyatakan lewat tingkat hubungan itu sendiri. Dalam hal ini, Halliday dan Hasan menyebutnya sebagai Relatedness of the lexical item. Tingkat hubungan yang lebih kuat menyatakan bahwa unsur-unsur leksikal yang dimaksud membentuk ikatan kohesi.

Berkaitan dengan pengertian di atas, Sumarlam (2008: 35) menjelaskan, bahwa kohesi leksikal adalah hubungan antarunsur dalam wacana secara semantis. Untuk menghasilkan wacana yang padu pembicara atau penulis dapat menempuh-nya dengan cara memilih kata-kata yang sesuai dengan isi kewacanaan yang dimaksud. Hubungan kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan pilihan kata yang serasi, yang menyatakan hubungan makna atau relasi semantik antara satuan lingual yang satu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana.

Untuk menghasilkan wacana yang padu menurut Sumarlam, diperlukan pilihan kata-kata yang sesuai dengan isi kewacanaan yang sesuai konteksnya. Sehingga dapat terjadi hubungan antarunsur wacana secara semantis.

Senada dengan pendapat Sumarlam, Zaimar & Ayu, (2011: 146) menge-mukakan bahwa kohesi leksikal adalah keterpautan atau keterjalinan makna di dalam suatu wacana dapat dilihat pada segi kosakatanya. Tekstur yang terdiri dari jalinan kata-kata ini akan menjadikan suatu teks padu, tanpa mengabaikan konteksnya, yang berperan disini adalah konteks semantik. Jadi, yang berperan dalam kohesi leksikal berdasarkan pendapat Zaimar & Ayu, terletak pada segi kosakatanya.

Sedangkan menurut Djajasudarma (2012: 53) menjelaskan, bahwa hubu-ngan antara tanda berupa lambang bunyi ujaran dengan hal (peristiwa) atau barang yang dimaksudkan disebut arti. Arti leksikal adalah arti kata yang sesuai dengan apa yang kita jumpai di dalam leksikon (kamus). Secara operasional di dalam kalimat, arti-arti leksikal dapat bergeser, berubah, atau menyimpang. Karena hal tersebut beberapa ahli bahasa berpendapat bahwa arti (bahasa inggris: meaning) dibedakan dari makna (bahasa inggris: sense).

Dilihat dari segi pengertian, kohesi leksikal memiliki tujuan diantaranya ialah untuk mendapatkan efek intensitas makna bahasa, kejadian informasi, dan keindahan bahasa lain (Mulyana 2005: 55).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pengertian kohesi leksikal adalah hubungan antarunsur yang terjalin sehingga membentuk wacana yang padu. Hubungan ini tanpa mengabaikan konteksnya dengan cara memilih kata-kata yang sesuai serta konsep yang diterapkan di sini adalah konsep semantik. Memiliki tujuan guna mendapatkan efek intensitas makna bahasa, kejadian informasi, dan keindahan bahasa.

2. Unsur-unsur Kebahasaan Kohesi Leksial

Ada beberapa unsur yang terdapat di dalam kohesi leksikal. Zaimar & Ayu (2011: 148) menjelaskan, bahwa terdapat lima unsur kohesi leksikal, yaitu:

Repetisi atau pengulangan, sinonim, hiponimi dan hiperonim, leksem generik, dan isotopi.

a. Repetisi atau pengulangan

Repetisi adalah pengulangan kata yang sama, biasanya dengan acuan yang sama juga.

Contoh: Dalam kehidupan demokrasi, rakyat harus berani. Berani menyatakan pendapat...

b. Sinonim

Sinonim adalah alat kohesi yang berupa hubungan dua leksem atau lebih. Contoh:

1) Berita surat kabar sekarang penuh dengan pertentangan elit politik.

2) Berita koran sekarang penuh dengan pertentangan elit politik.

c. Hiponimi dan Hiperonim

Hiponimi adalah hubungan yang memperlihatkan pencakupan makna beberapa unsur leksikal tertentu. Hubungan itu dapat bersifat vertikal, yaitu superordinat (hiperonim) dan subordinat (hiponim).

Contoh: kursi, meja, lemari, bufet, tempat tidur, tercakup dalam hiperonimnya, yaitu mebel.

d. Leksem Generik

Prinsipnya, leksem generik ini sama dengan hiperonim, hanya saja cakupannya lebih luas.

Contoh: beo > burung > binatang > mahluk.

e. Isotopi

Isotopi menunjukkan kohesi makna dalam suatu wacana.

Contoh :

Mangga ini masih muda, warnanya pun masih hijau dan daging buahnya masih keras. Kalau diperam, belum tentu enak rasanya. Lebih baik dibuat rujak saja.

Pendapat di atas menekankan, bahwa kohesi leksikal komponen makna dalam kata, dapat dilihat dari perbedaan kata-kata dalam konteksnya. Meskipun demikian sifat kohesif suatu kata dalam teks sangat tergantung dari acuannya.

Sedangkan menurut Djajasudarma (2012: 55) kohesi leksikal dapat dibedakan menjadi tujuh macam, sebagai berikut.

a. Sinonimi

Sinonimi digunakan untuk menyatakan sameness of meaning (kesamaan arti). Dengan demikian kita dapat mencari makna misalnya kata pandai bersinonim dengan cerdas dan pintar; ringan dengan enteng; dan seterusnya.

b. Polisemi dan homonimi

Polisemi menunjukkan bahwa suatu kata memiliki lebih dari satu makna. Misalnya, kata bisa berarti “dapat” dan “racun”. Sedangkan homonimi hubungan makna dan bentuk bila dua buah makna atau lebih dinyatakan dengan sebuah bentuk yang sama.

c. Hiponimi

Hubungan makna yang mengandung hubungan hierarki. Perhatikan hierarki berikut

Hiponim: binatang warna bunga

Hipernim: kuda anjing kucing hijau merah kuning ros mawar melati

d. Antonimi

Antonimi adalah oposisi makna dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan.

Contoh yang berkenaan dengan antonim:

besar : kecil

tinggi : pendek

gemuk : kurus (langsing)

tenteram: gelisah

terang : kabur (mata)

gelap (lampu)

redup (cuaca)

muram (muka)

taram-temaram (cahaya)

asli : palsu (mutu)

dst.

e. Varietas polisemi

Polisemi menunjukkan bahwa suatu kata memiliki lebih dari satu makna.

f. Meromini

Meromini merupakan hubungan inklusi, unsur leksikal menggambarkan hubungan bagian-keseluruhan.

g. Semantik kognitif dan Gramatika Kata (Word Grammar)

Bentuk kata dapat dibedakan baik dari segi fonologis maupun grafis, sedangkan leksem dapat juga dianggap sebagai kelompok dari satu bentuk kata atau lebih yang dipisahkan oleh akarnya dan atau afiks derivasional.

Pada dasarnya unsur-unsur kohesi leksikal yang dikemukakan oleh Djajasudarma hampir serupa dengan unsur-unsur kohesi leksikal yang dikemukakan oleh Zaimar & Ayu. Hal yang membedakan adalah berkenaan dengan adanya varietas polisemi, meromini serta adanya semantik kognitif dan gramatika kata (word grammar).

Sumarlam (2003: 35), kohesi leksikal dapat dibedakan menjadi enam macam, sebagai berikut.

a. Repetisi (pengulangan)

Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi suku kata, kata atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

b. Sinonimi (padan kata)

Fungsi dari sinonimi adalah untuk menjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana.

c. Antonimi (lawan makna)

Istilah antonimi dipakai untuk menyatakan lawan makna sedangkan kata yang berlawanan disebut antonim.

d. Kolokasi (sanding kata)

Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan.

e. Hiponimi (hubungan atas-bawah)

Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain.

f. Ekuivalensi (kesepadanan)

Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma.

Haryanti (2012) dalam jurnal Language Vol.6, No. 2, Oktober 2012 menjelaskan, bahwa alat kohesi leksikal dalam sebuah wacana oleh Halliday dan Hasan (1979 dan 1989) dibagi menjadi enam, yaitu perulangan, kesinoniman keantoniman, kehiponiman, kemeroniman, dan kolokasi. Namun, dalam tulisan ini hanya akan dibicarakan empat dari enam kohesi leksikal tersebut, yaitu perulangan, kesinoniman, keantoniman, dan kehiponiman.

a. Perulangan

Perulangan merupakan usaha penyebutan kembali satu unit leksikal yang sama yang telah disebutkan sebelumnya. Perulangan yang terdapat dalam sebuah wacana dapat perulangan seluruhnya atau sebagian. Untuk itu, kedua bentuk perulangan tersebut dapat berupa kata, frasa, atau kalimat.

1) Perulangan Seluruhnya

Perulangan seluruhnya dapat berupa kata, frasa, ataupun klausa.

(a) Kata

Perulangan kata yang terjadi dalam sebuah wacana dapat berupa perulangan nomina, verba, atau kategori lain. Untuk itu, misalnya dalam wacana olahraga ditemukan perulangan berikut: Basecamp Warung Cicih dan Pitsstop dibilangan Ciangsana, tempat start dan finish setelah menggowes. (b) Di tengah trek pun tersedia beberapa basecamp Mang Asep sebagai koordinator perawatan jalur sepeda Jatiasih. (c) Di basecamp-basecamp itu menyediakan kebutuhan logistik pejalanan dengan menu masakan khas, nasi uduk, semur jengkol, urap ketan dan minuman teh jahe.

(b) Frasa

Data berikut ditemukan dalam wacana olahraga yang berupa perulangan frasa:

Tentu saya sangat menantikannya. Sudah enggak sabar nih buat balik ke Inggris dan belatih keras. Saya benar-benar ingin memenangkan World Cup, kamu tahu? Kerjaan saya dibidang sepeda gunung belum lengkap kalau saya belum menang World Cup.

2) Perulangan Sebagian

Pada uraian berikut akan ditampilkan perulangan sebagian.

(a) Frasa Nomina

Berikut adalah contoh dalam frasa nomina yang diulang sebagian:

Lomba berjalan seru dengan live timing (waktu langsung diketahui begitu finish) dengan digunakannya kembali timing chip yang dipinjamkan Shimano Singapura

b. Kesinoniman

Kesinoniman adalah dua butir leksikal yang memiliki makna hampir sama atau mirip. Berkaitan dengan hal itu Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI; 2008: 41) disebutkan bahwa sinonimi adalah dua istilah atau lebih yang maknanya sama atau mirip, tetapi bentuknya berlainan.

1) Kesinoniman Murni

Kesinoniman sinonim murni adalah dua leksem yang memiliki makna sama persis. Kata yang bersinonim dapat berupa nomina, verba, atau mungkin kategori yang lain. Misalnya:

Audax, bisa kita anggap lahan berprestasi baru di dunia sepeda kompetisi. Namun tidak dibutuhkan persaingan kecepatan, fisik dan stamina, atau masuk ke dalam club sepeda untuk mencetak prestasi.

2) Kesinoniman Mirip

Kesinoniman mirip dalam bagian ini adalah kesinoniman tidak persis sama atau tidak sama betul. Untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan pada wacana seperti ini biasanya dilakukan dengan subtitusi. Perbedaan di antara keduanya kalau substitusi biasanya kata yang diganti maknanya berbeda, sedangkan sinonim yang mirip makna kedua kata yang digantikan hampir mirip perbedaannya pada nuansa makna.

Trek ini memiliki rute berputar, sehingga titik start dan finish-nya menjadi satu. Selain itu hamparan tanah yang dikelilingi semak-semak pohon khas muara, dapat menjadi lokasi foto bersama.

c. Keantoniman

Halliday dan Hasan (1989: 90) menjelaskan, bahwa keantoniman sebagai relasi semantik antara suatu konstituen dan konstituen yang lain bersifat kontras. Sejalan dengan pendapat itu Cruse (1986: 197-262) membagi keantoniman menjadi lima, yaitu (1) oposisi mutlak, seperti jantan dan betina, (2) antonim, seperti besar dan kecil, (3) oposisi kesebalikan, seperti guru dan murid, (d) oposisi hierarkis, seperti Minggu, Senin,,... Sabtu, dan (e) oposisi majemuk berdiri dan duduk.

d. Kehiponiman

Kehiponiman adalah hubungan yang terjadi antara kelas yang umum dan sub kelasnya. Bagian yang mengacu pada kelas yang umum disebut superordinat, sedangkan bagian yang mengacu pada subkelasnya disebut hiponim. Cruse (1986: 86) memperlihatkan hubungan kehiponiman pada makhluk seperti berikut:

Sejalan dengan pendapat tersebut, Ma’wa, Firdaus & Miraha (2010) dalan jurnal An Analysis of Lexical Cohesion in W. Somerset Maugham’s Two Short Stories Mr. Know-All and The Outstation menjelaskan, bahwa kohesi leksikal tidak berurusan dengan koneksi gramatikal dan semantik tetapi dengan koneksi berdasarkan kata yang digunakan dalam teks. Halliday dan Hasan (1976: 275) mengusulkan dua jenis kohesi leksikal: pengulangan dan kolokasi.

a. Pengulangan

Pengulangan termasuk sinonim juga. Hal ini juga dapat terjadi melalui penggunaan kata yang sistematis terkait dengan sebelumnya, misalnya, dekat dan jauh. Berdasarkan definisi di atas, pengulangan dapat dibagi menjadi empat jenis: (1) pengulangan, (2) sinonim, (3) atasan, dan (4) kata umum. Item menegaskan mungkin pengulangan, sinonim, atasan, atau kata umum; dan dalam kebanyakan kasus itu disertai dengan item referensi, biasanya. Setiap jenis pengulangan dibahas di bawah ini, seperti yang digambarkan oleh Nunan (1993: 29).

1) Pengulangan

Pengulangan adalah tindakan yang menyatakan dan menulis ulang item dalam elemen sebelumnya dalam bentuk yang sama persis dan makna unsur berikut. Kata koran diulang persis di kalimat kedua dalam contoh berikut:

Apa kita kekurangan di koran adalah apa yang harus kita dapatkan. Singkatnya, sebuah surat kabar 'populer' mungkin menjadi tiket menang.

2) Sinonim

Hal ini penting untuk dicatat bahwa gagasan "kesamaan makna" yang digunakan dalam membahas sinonim belum tentu "total kesamaan", seperti yang digambarkan oleh kata-kata lereng dan miring dalam contoh berikut: Anda bisa mencoba membalikkan mobil di lereng. Miring itu tidak semua curam.

3) Atasan

Kata ‘atasan’ adalah nama untuk kelas yang lebih umum. Hal ini hampir sama dengan kata yang umum; perbedaannya hanya dalam arti umum.

Pada contoh berikut, kata penyakit adalah atasan dari pneumonia kata:

Pneumonia telah tiba dengan kondisi dingin dan basah. Penyakit ini menyerang semua orang dari bayi hingga lansia.

4) kata umum

Kata umum adalah kelas umum kata-kata. Di bawah, kata hal adalah kata kelas umum kata roti kukus.

A: Apakah Anda mencoba roti kukus?

B: Ya, saya tidak suka hal-hal yang banyak.

b. Kolokasi

Kolokasi adalah jenis lain dari kohesi leksikal. Hal ini dicapai melalui asosiasi item leksikal yang secara teratur terjadi. Dengan kata lain, berhubungan dengan hubungan antara kata-kata atas dasar fakta bahwa ini sering terjadi di sekitarnya yang sama. Barang-barang berikut adalah contoh kolokasi leksikal karena mereka semua milik bidang ilmiah biologi: tanaman ... mensintesis ... organik ... anorganik ... tanaman hijau ... energi ... sinar matahari ... pigmen hijau ... klorofil ... fotosintesis ... sintesis cahaya ... makan diri ... autotrophic. (Nunan, 1993: 29).

Kolokasi dianalisis palung hubungan leksikal (hubungan item leksikal) atau lingkungan leksikal. Lingkungan leksikal dari setiap item meliputi tidak hanya kata-kata yang dalam beberapa cara atau lainnya yang terkait untuk itu, tetapi juga semua kata lain di bagian persidangan. Dalam jangka lain, kolokasi dianalisis dengan menghubungkan satu item leksikal dengan orang lain atau lingkungan leksikal atau hubungan leksikal.

Keterkaitan dari item leksikal meliputi: 1) complimentaries seperti: pemuda .... gadis, berdiri ... duduk; 2) antonimi adalah ketika item lawan dalam arti dengan lainnya, seperti: seperti ... benci, basah ... kering; 3) sepasang kata yang diambil dari yang sama memerintahkan seri seperti: Selasa ... Kamis; Dolar .... persen; Utara selatan; basement ... atap; jalan ... kereta api; 4) bagian yang terkait dengan seluruh seperti: mobil ... rem; kotak ... tutup; 5) bagian terkait untuk berpisah seperti: mulut ... dagu; Ayat ... chorus; 6) kedekatan hubungan kedekatan satu item leksikal dengan lainnya seperti: tertawa ... lelucon, dokter ... sakit, pisau ... dipotong; 7) co-hyponyms istilah atasan yang sama, baik anggota dari kelas yang lebih umum yang sama, seperti: kursi ... meja (hiponim mebel).

Brno (2008: 46) “There are, according to Halliday and Hasan, two kinds of lexical cohesion: reiteration and collocation. Reiteration means “repetition of lexical items [such as] an early mentioned item, a synonym or near-synonym, a super-ordinate, or a general word”. On the other hand, collocation means “a pair of lexical items that are associated with each other in the language in some way.

Menurut Halliday dan Hasan (dalam Brno 2008: 46), dua jenis kohesi leksikal yaitu pengulangan dan kolokasi. Pengulangan berarti "pengulangan item leksikal seperti item awal disebutkan, sinonim atau dekat-sinonim, superordinat, atau kata umum". Di sisi lain, kolokasi berarti "sepasang item leksikal yang berkaitan satu sama lain dalam bahasa dalam beberapa cara".

Berbeda dengan pendapat Brno, Rustono & Sri (2011: 29) dalam Lingua Jurnal Bahasa dan Sastra menjelaskan, bahwa kohesi dibagi menjadi dua yakni kohesi leksikal dan kohesi gramatikal. Kohesi leksikal adalah kohesi yang terbentuk oleh kosakata. Sarana kohesi leksikal meliputi (1) ekuivalensi leksikal, (2) antonim, (3) hiponim, (4) sinonim, (5) kolokasi, (6) penyebutan kata yang menjadi fokus, (7) kesamaan verbal, keadaan, atau jumlah denganpun, pula, juga.

Senada dengan pendapat Rustono & Sri, T., Ismail (2010) dalam jurnal Literary Stylistics: Lecture Notes No. 18 (D) menjelaskan, bahwa kohesi leksikal menurut Halliday dan Mattthiessen dibagi ke dalam hubungan paradigmatik dan sintagmatik, dengan kolokasi menjadi satu-satunya kategori sintagmatik, dan sinonim diperlakukan secara terpisah dari hyponymy dan meronim, dan tidak bersama-sama di bawah kategori yang lebih umum dari sinonim (pp. 570-8). Pilihan ada di tangan Anda: Anda dapat melanjutkan untuk mengobati hiponim dan meronim sebagai yang umumnya terhubung ke sinonim, atau mengikuti konfigurasi baru dalam edisi ketiga buku.

a. Pengulangan

Pengulangan yang melibatkan pengulangan item leksikal, adalah bentuk sederhana dari kohesi leksikal. Misalnya Halliday di sini cukup mengesankan:

Algy bertemu beruang. beruang itu bulgy

Item leksikal yang memberikan kontribusi untuk kohesi di sini tentu saja kata 'beruang' (tidak Algy dan bulgy!).

b. Kesinoniman

Bentuk berikutnya kohesi leksikal melibatkan penggunaan item leksikal yang dalam arti tertentu identik. Contoh sinonim diberikan oleh Halliday adalah 'suara' kata terkait / 'kebisingan' dan 'kavaleri' / 'kuda' dalam ekstrak singkat di bawah ini:

. . . ia dikejutkan oleh sebuah suara dari belakangnya. Itu suara berlari kuda. . . . Suara kavaleri tumbuh pesat lebih dekat ...

c. Referensi

Ada dapat berupa identitas referensi atau tidak ada identitas referensi dalam konsepsi Halliday dari sinonim sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kohesi leksikal.

1) Identitas referensi

Dalam sinonim yang melibatkan identitas referensi, kami merujuk baik untuk sinonim dalam arti biasa kata, atau item leksikal yang terkait dalam arti referen mereka berdasarkan berada di tingkat yang lebih tinggi umum.

Arti biasa sinonim kata harus jelas untuk sebagian besar dari Anda. Kata 'sarjana' dan frase 'tunggal laki-laki', misalnya, adalah sama; begitu kata-kata santai dan santai di 'Dia berjalan di jalan santai' dan 'Dia berjalan di jalan santai'.

Halliday juga menganggap makna sebagai sinonim yang berada pada tingkat yang lebih tinggi dari umum. Sebuah konsep yang dari tingkat yang lebih tinggi dari umum juga dikenal sebagai konsep superordinat, sedangkan yang berada pada tingkat yang lebih rendah dikenal sebagai konsep bawahan.

Kita dapat melihat bagaimana konsep super dan sub-ordinat ini terkait dalam contoh Halliday untuk 'burung hitam → burung → makhluk → mereka', yang dapat direpresentasikan dalam diagram di bawah ini,

Seperti yang kita lihat, mereka adalah atasan untuk 'makhluk', yang pada gilirannya atasan untuk 'burung', dan yang akhirnya atasan untuk 'burung-burung hitam'. Semua ini konsep superordinat dapat digunakan untuk merujuk pada 'burung-burung hitam'; masing-masing dari mereka akan dianggap sebagai sinonim untuk 'burung-burung hitam'.

Dalam analisis item leksikal yang memiliki identitas referensi, konsep sinonim, menurut Halliday, juga dapat berlaku untuk kata-kata yang tidak termasuk ke dalam kelas kata yang sama, seperti dalam 'bersorak' dan 'tepuk tangan' dalam 'Semua orang bersorak. Pemimpin mengakui tepuk tangan '; dan 'menangis' dan 'air mata' di 'Saya berharap saya tidak menangis begitu banyak! Saya harus dihukum untuk itu ... dengan menjadi tenggelam dalam air mata saya sendiri!

2) Tidak ada Identitas Referensi

Dalam sinonim tanpa identitas referensi, kami merujuk baik untuk hiponim, di mana hubungan kohesif didirikan antara konsep umum (atasan) dan (biasanya lebih dari satu) tertentu (atau bawahan) konsep; atau meronim, di mana hubungan kohesif didirikan antara konsep dan bagian-bagiannya. Kita berhadapan dengan hubungan hyponymous ketika hubungan kohesif didirikan antara 'pohon' dan ek, pinus, elm dll seperti pada gambar a) di bawah ini; dan dengan meronim mana ada hubungan kohesif didirikan antara batang, cabang, daun dll dan 'pohon' seperti pada gambar b) di bawah ini:

a) Pohon

ek pinus elm ...

b) Pohon

batang cabang daun ...

Hiponim dan meronim sering dianggap sebagai kiasan atau kiasan, di mana mereka secara kolektif diklasifikasikan dalam sinekdoke, atau lebih umum, di bawah metonimi.

d. Antonimi

Dalam analisis sinonim, kami akhirnya memiliki antonimi, di mana hubungan semantik kohesif didirikan antara item leksikal makna berlawanan.

e. Sanding kata

Bentuk akhir dari kohesi leksikal adalah kolokasi. Halliday mendefinisikan kolokasi sebagai kecenderungan item leksikal tertentu untuk bersama-terjadi. Ilustrasi Halliday dari kolokasi melalui contoh dari pantun jenaka 'Seorang pria gemuk pendek dari Bombay' adalah baik khas dan mudah diingat:

Seorang pria gemuk pendek dari Bombay

Merokok satu hari yang sangat panas.

Tapi burung disebut snipe

Terbang jauh dengan pipanya,

Yang jengkel si gemuk dari Bombay.

Halliday mencatat di sini bahwa ada 'ikatan sanding kata kuat antara asap dan pipa' dalam puisi di atas.

Jangan terlalu khawatir jika Anda tidak dapat selalu membuat perbedaan yang tepat antara kolokasi dan beberapa contoh sinonim. Halliday mencatat bahwa 'bahkan di mana ada hubungan sinonim antara item leksikal, efek kohesif mereka cenderung lebih bergantung pada kolokasi, kecenderungan sederhana untuk terjadi' (hlm. 313, 333, 577). Jadi dua jenis kohesi leksikal cenderung tumpang tindih.

catatan akhir

1) Perhatikan bahwa ada tumpang tindih di sini: 'mereka' dan 'burung hitam' juga dapat dianalisis dari segi kohesi referensial.

2) Sekali lagi di sini, tampaknya ada tumpang tindih, meskipun saat ini, itu adalah dalam kohesi leksikal sendiri: kata-kata seperti 'bersorak' dan 'tepuk tangan' atau 'menangis' dan 'air mata' juga dapat diperlakukan sebagai kolokasi.

Berdasarkan uraian unsur-unsur kohesi leksikal di atas, dapat disimpulkan secara keseluruhan jenis-jenis kohesi leksikal yang diteliti sebagai berikut.

Repetisi adalah pengulangan kata yang sama, biasanya dengan acuan yang sama juga. Sinonim digunakan untuk menyatakan sameness of meaning (kesamaan arti). Antonim adalah oposisi makna dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan. Hiponim dapat diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. Varietas Polisemi terjadi karena hubungan motivasi antara makna yang bersifat polisemis dan homonis. Meronimi, menggambarkan hubungan bagian keseluruhan, dan Semantik Kognitif dan gramatika kata merupakan makna leksikal kata atau leksem.

i. Indikator Kohesi Leksikal

Tabel 2.1

Indikator Kohesi Leksikal

No.

Pokok Analisis

Unsur Kohesi Leksikal

Indikator

1.

Analisis unsur kohesi leksikal pada cerita pendek

1. Repetisi adalah pengu-langan kata yang sama, biasanya dengan acuan yang sama juga.

1. Menetukan repetisi kata.

2. Menetukan repetisi frasa.

3. Menetukan repetisi kalimat.

2. Sinonim digunakan untuk menyatakan sameness of meaning (kesamaan arti).

1. Memahami pronomina persona.

2. Mengetahui kata-kata dengan rasa nilai yang berbeda.

3. Menjelaskan kemiripan makna.

3. Antonim adalah oposisi makna dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan.

1. Mengetahui antonimi, pertentangan yang dapat dikur dan dibandingkan.

2. Memahami kejangkapan (complementary), pertentangan yang tidak dapat dikur dan dibandingkan.

3. Memahami kebalikan

(converseness), pertentangan yang terdapat dalam hubunga kata yang berlaku timbal balik.

4. Hiponim dapat diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain.

1. Mengklasifikasi makna berdasarkan komponen makna

2. Mengumpulkan kata yang memiliki kesamaan arti atau bidang makna yang sama dalam satu kelompok.

3. Membedakan hiponim dan hipernim.

5. Varietas Polisemi terjadi karena hubungan motivasi antara makna yang bersifat polisemis dan homonis.

1. Membedakan hubungan polisemi linear

2. Membedakan hubungan polisemi non linear

6. Meronimi, menggambarkan hubungan bagian keseluruhan.

7. Semantik Kognitif dan gramatika kata merupakan makna leksikal kata atau leksem.

1. menjelaskan makna semantik

2. menjelaskan makna pragmatik

3. menjelaskan makna sosiolinguistik.

Sumber referensi dimodifikasi dari Djajasudarma, (2012: 55)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post