Masih Cerita Hujan..

Kami tak membenci hujan. Ketika semua kondisi bisa kita dan berdamai dengannya, tidak ada yang memberatkan. Punggawa Techno sampai di Puncak Bidadari Payo lepas Asyar stelah menempuh perjalanan oebih kurang dua jam jalan kaki dari Pincuran Tujuah Tanah Garam Kota Solok.

Bukan tak bermaksud kita berjalan dari SMK negeri 2 Solok melewati jalanan aspal, menjejali rel kereta api dan persawahan. Semua memang jalanan datar dan baru menanjak di jalur track perbukitan melewati ladang milik warga hingga sampai ke padang rumput yang menghampar hijau. Kegiatan ini kita namakan dengan Safary camp atau perkemahan berpindah selama tiga hari dua malam perjalanan.

Awal keberangkatan sampai dengan istirahat siang langit memang tak cerah tetapi juga tidak mendung . Bersahabatlah sehingga tak membuat keringat mengalir menganalsungai. Sayangnya sesampai di camp 1 awalnya cerah berawan berubah aura. Angin kencang berputar-putar seakan ingin mencabut pancang tenda dan menerbangkan tenda-tenda yang sudah berdiri rapi. Hujan pun seakan ikut meramaikan dari rintik menjadi gerimis dan hujan yang lumayan lebat.

Apakah kondisi ini membuat kita harus merutukinya? Tentu tidak...Hujan membuat nuansa dan cerita berbeda. Kayu bakar basah tapi api harus nyala karena memasak jadi daftar tunggu berikutnya. Hujan-hujanan pakai mantel hujan plastik berwarna-warni digunakan untuk mengambil air sumber air yang berupa bak penampungan. Sholat magrib berjamaah di bawah lindungan terpal biru dan lanjut makan malam bersama. Hujan pun masih menyisakan rintiknya sampai angin oembali menguasai alam sekitarnya. Beruntung setelah Isya suasana tenang menghampiri sehingga briefing dan evaluasi hari pertama pun mengalir sesuai jadwalnya.

Dari ketinggian cahaya kerlipan lampu mewarnai malam langit Kota Solok. Keheningan malam pun menyapa dan kita pun harus beristirahat mengumpulkan tenaga ekstra untuk melanjutkan perjalan besok pagi....

Puncak Bidadari, 25 Januari 2025

Tantangan menulis hari keenam...