Tiada Daya dan Upaya
Dalam pekan terakhir di bulan Februari 2022 ini, kota kami selalu basah oleh hujan jika sore hari. Tak jarang pula berlanjut hingga malam dan pagi hari keesokannya. Puncak dari rangkaian hujan ini terjadi pada Minggu sore 27 Februari 2022. Seakan dicurahkan dari langit, air hujan terus saja bersusulan tanpa henti.
Saat itu, yang kebetulan ada rutinitas pengajian bakda maghrib di lingkungan perumahan kami, diurungkan. Melihat hujan yang sangat deras, Kami sempat saling berkomunikasi karena jalan-jalan sudah dipenuhi air. Sebagian rumah warga pun sudah ada yang kebanjiran dimasuki air.
Walau ada rasa sungkan di hati jika mengingat bagaimana tuan rumah sudah bersusah payah mempersiapkan segala sesuatunya. Namun memang hujan tak bisa ditembus. Curahnya semakin deras, sementara debit air di jalanan pun semakin tinggi. Masing-masing warga bersiap-siap berjaga karena terlihat air sudah berada di ambang pintu masing-masing.
Malam pun merambat, hujan tak jua berhenti, air terus mengalir menuju ke rumah-rumah warga. Penulis bersama suami pun melakukan beberapa usaha agar air tak masuk ke dalam rumah kami. Namun curahan dari langit yang terus saja bersusulan, akhirnya membuat pertahanan kami jebol. Tanpa salam, tamu yang tak diundang itu berdesakan masuk bahkan dari celah yang paling kecil sekali pun.
Saat itu, sepenuhnya aku menyadari berlakunya kalimat suci “Laa haulaa wala quwwata illa billaah.” Menyaksikan aliran air yang masuk dari segala celah di penjuru rumah, benar-benar tiada daya dan upaya yang dapat dibuat. Siapa yang dapat menghentikan hujan dari-Nya? Tidak ada yang dapat dilakukan kecuali hanya pasrah dan berdoa penuh harap agar hujan segera berhenti. Kami pun hanya diam menyaksikan aliran air yang terus saja bersusulan masuk setelah usaha menghambatnya tak membuahkan hasil.
Membasahi lisan ini dengan zikir adalah jalan satu-satunya yang dapat dilakukan sambil menyelamatkan barang-barang dari serbuan air. Karena menguras air yang masuk pun belum bisa dilakukan sementara di luar dan di dalam rumah masih dipenuhi dengan air. Ya...Allah, melalui banjir yang Kau kirimkan ini, kiranya hamba belajar bahwa tak ada yang berlaku kecuali kehendak-Mu.
Sejatinya, ketika hujan turun hendaklah membaca doa seperti yang diajarkan Rasulullah SAW:
Doa ketika turun hujan
اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
“Allahumma shayyiban nafi’an."
“Ya Allah, curahkanlah air hujan yang bermanfaat.” (HR Bukhar dari Aisyah RA).
#edisikuatkanhatiretiga3#
#asyikbacalingkungan#
#menulismengikatilmu#
Baiti Jannati, Perisai Pribumi, Penghujung Februari 2022.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar