Literasi si Buah Hati
Melakukan perjalanan ke kampung halaman dengan empat buah hati (baca: cucu) sungguh menghadirkan sensasi rasa yang berbeda. Dengan keunikannya masing-masing membuat rangkaian perjalanan ini menjelma menjadi jelajah literasi yang menyenangkan hati.
Alhamdulillah, puji syukur kupanjatkan ke hadirat Allah SWT karena dikaruniai cucu-cucu yang membuat hati bahagia. Masya Allah tabarakallah. Tiada doa yang paling indah kecuali berharap sepenuh jiwa kiranya mereka menjadi generasi qurrota a’yun yang membawa kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat. Aamiin yaa Robbal alaamiin.
Sejak perjalanan dimulai sekitar pukul 15.00 WIB dari Medan menuju ke Desa Bahung Kahean Kabupaten Simalungun, celoteh kegembiraan sudah terasa kental. Mereka merasa sangat bahagia sekali karena diizinkan ikut serta dalam kunjungan ke rumah uyut (orang tua mbahnya). Memang sudah diagendakan dalam setiap bulannya untuk mengunjungi orang tua di kampung halaman. Menjenguk ladang pahala yang semoga membawa pada mardhatillah.
“Uthi...uthi..., itu apa?” Belum sempat terjawab pertanyaan Faiz (3 tahun), perhatiannya sudah beralih. “ Itu...teloletnya besar kali. Itu lagi...itu lagi.” Suaranya terdengar heboh sambil menunjuk ke sana kemari ketika kami berpapasan dengan mobil tangki minyak Pertamina dan beberapa bus pariwisata yang besar.
Sementara itu lagu Atuna Tufuli mengiringi perjalanan kami karena permintaan Fakhril (5 tahun) yang terobsesi dengan penderitaan anak-anak Palestina. Penulis kewalahan menjawab pertanyaannya mengenai negara-negara mana yang membantu dan memusuhi Palestina. Butuh kehati-hatian agar tak keliru memberi jawaban. Ditambah lagi bocah yang duduk di TK kelas Nol Besar ini sangat bernalar kritis dan tak pernah puas dengan sebuah jawaban. Setelah dijawab, selalu berbuntut dengan pertanyaan : “Kok bisa gitu, Thi?”
Penulis merasakan keberhasilan guru di sekolahnya menanamkan aqidah akhlak ke dalam diri cucu ke -3 ini. “Uthi.., saya sesak uuk,” bisiknya. Uuk adalah bahasa halus cucu-cucu penulis untuk menyebutkan buang air besar. “O..iya. Sebentar lagi kita sampai di rest area. Nanti kita sekalian sholat Ashar. Masih bisa ditahan kan, Bang?” Penulis menyahuti sambil mengukur kekuatannya. Hehehe. Fakhril mengangguk pasti.
Suasana di rest area sangat ramai. Penulis segera mengajak Fakhril ke masjid dan antrean di toilet wanita. Salah satu pintu toilet terbuka, bergegas kami masuk ke dalamnya. “Uthi di luar aja.” Ucap Fakhril. Haa..., Aku memandang heran ke wajahnya. “ Uthi di sini aja. Nanti abang nggak bisa.” Sambungku khawatir. “Bisa, Thi. Abang bisa sendiri kok.” Fakhril kembali meyakinkanku bahwa dia bisa melakukannya sendiri.
Melihat kesungkanannya menunaikan hajat karena neneknya ada di dalam toilet, aku pun melangkah ke luar sambil bersimulasi bagaimana istinjak, menutup dan membuka pintu toilet. “Iya, Thi. Abang bisa.” Ucapnya dengan penuh keyakinan. Nyatanya, dia memang melakukannya dengan benar.
Saat berada di mobil kembali, penulis pun menceritakan apa yang terjadi di rest area tadi. Tak disangka, Fakhril mengomentari ceritaku. “Iya thi. Aurat.” Jawabnya. Lhaa..., jadi maksudnya tadi itu dia sungkan menunaikan hajatnya karena malu auratnya terlihat olehku.
Masih dipenuhi keheranan, cucu pertama (Fahira, 10 tahun) dan cucu ke-2 (Faihana, 8 tahun) berdiskusi masalah batasan aurat laki-laki dan perempuan. “Pake jilbab klen,” sambung Fakhril lagi karena melihat kakak-kakaknya belum mengenakan jilbab sementara akan keluar mobil membeli jajanan. “Iya..lo.” Ada nada kesal dari kakaknya karena diingatkan oleh adiknya.
Masih keheranan dengan "pintarnya" Fakhril, namun penulis ingat tutorial membonsai tumbuhan yang indah. Untuk membentuk bonsai sesuai keinginan kita, dilakukan pada saat usia tumbuhan masih muda. Tumbuhan yang sudah tua dan keras batangnya tentu sangat sulit dibentuk. Begitu pun membentuk karakter anak. Dimulai sejak usia dini dan terus konsisten melakukannya. Mendampinginya hingga tumbuh dengan indah menjadi generasi qurrota a’yun.
#edisikuatkanhati115#
#generasiqurrotaayun#
#literasisepanjangjalan#
#membacamenambahilmumenulismengikatilmu#
Bahung Kahean, Kabupaten Simalungun, 4 Februari 2024
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih ulasannya Bunda. Luar biasa cucu shalih-shalihah yg cerdas nan pandai.
Alhamdulillah. Terima kasih untuk kunjungan dan apresiasinya, Bunda.Salam literasi dari Medan. Semoga bunda sehat, bahagia dan sukses selalu. Barakallah.