GURU BIOLOGI MENCOBA MERAJUT HIFA MEMBENTUK MISELIUM LITERASI
Pada bulan Juli 2015 , Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI saat itu Anies Baswedan resmi menerbitkan Permendikbud no. 23 tahun 2015 yang memberikan terobosan penting dengan mewajibkan setiap hari ada 15 menit waktu membaca sebelum kegiatan belajar berlangsung sebagai bagian dari program menumbuhkan karakter baik. Bersamaan dengan itu dicanangkan pula Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Literasi Sekolah yang selanjutnya disebut GLS dikembangkan berdasarkan Permendikbud no.21 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Permendikbud terebut adalah sebuah upaya untuk menumbuhkan budi pekerti anak. Diluncurkannya GLS sebagai “Bahasa Penumbuh Budi Pekerti” 2015 merespon pedoman dalam pengembangan literasi dari UNESCO tahun 2003. UNESCO melansir indeks tingkat membaca orang Indonesia hanya 0,001. Artinya dari 1000 orang , hanya satu orang yang memiliki minat baca tinggi. Sangat miris sekali.
Dengan indeks tingkat membaca yang sangat rendah, dikhawatirkan Indonesia sulit akan maju seperti negara-negara lainnya. Padahal sebagai negara muslim terbesar di dunia, seharusnya Indonesia memiliki indeks tingkat membaca yang sangat tinggi karena di dalam Al Qur’an Allah memerintahkan untuk membaca yaitu dalam surat Al alaq ayat 1.

Gerakan Literasi Sekolah secara nasional dilaksanakan dalam 3 kegiatan yaitu :
1. Pembiasaan, kegiatan rutin membaca setiap hari tanpa tagihan. Kegiatan ini dilakukan 15 menit sebelum pengajaran Tetapi kelihatannya belum mencapai sasaran karena beberapa faktor, antara lain :
a. Tidak adanya perpustakaan yang menyediakan bahan bacaan untuk dibaca setiap harinya.
b. Ada perpustakaan tetapi buku-bukunya masih kurang.
c. Tidak dirutinkan atau tidak adanya evaluasi pelaksanaan baik dari guru ataupun kepala sekolah.
d. Tidak adanya minat baca dari guru ataupun orang tua yang dapat diteladani oleh anak-anak.
2. Pengembangan, kegiatan pendidikan literasi di sekolah sebagai ekstrakurikuler dengan tagihan tertentu.
3. Pembelajaran kegiatan pendidikan literasi terintegrasi ke dalam proses pembelajaran di kelas.
Menurut Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Mahsun bahwa, "Kegiatan literasi ini tidak hanya membaca tetapi juga dilengkapi dengan kegiatan menulis yang harus dilandasi dengan keterampilan atau kiat mengubah , meringkas, memodifikasi, ataupun menceritakan kembali."
Berdasarkan hal tersebut di atas, aku mencoba merajut hifa menjadi miselium literasi di sekolahku. Perlu kuperkenalkan kata hifa dan miselium, karena tidak semua kita mengetahui nama ini. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang merupakan penyusun tubuh jamur. Kemudian hifa bercabang cabang dan beranyaman membentuk susunan yang disebut miselium.
Bagiku gerakan literasi sekolah harus dimulai dari hal-hal yang sangat kecil layaknya hifa-hifa yang ada pada jamur. Kelak ketika hal-hal kecil sudah dibiasakan maka berikutnya akan berkembang seolah membentuk anyaman seperti anyaman miselium. Penggunaan istilah inipun menegaskan bahwa aku jurusan biologi.
Di tengah membuminya GLS, walau banyak bagian bumi ( baca : sekolah) yang belum menjalankan program ini sebagai budaya sekolah, aku mencoba ikut ambil bagian di dalamnya. Meski kecil (seperti hifa), kuberharap kelak suatu saat hifa-hifa halus itu akan teranyam membentuk miselium dan berubah menjadi tubuh buah yang besar. Untuk berikutnya GLS akan tumbuh seperti jamur di musim hujan.
Untuk kegiatan pembiasaan yaitu kegiatan rutin membaca setiap hari tanpa tagihan, ini memang menjadi kewajiban yang harus dilakukan semua sekolah. Perlu ada monitoring dan evaluasi apakah kegiatan ini sudah terlaksana dengan baik atau belum. Karena untuk bisa melangkah pada kegiatan selanjutnya, pembiasaan ini memiliki peranan penting sebagai dasar budaya literasi yang akan diciptakan.
Melangkah pada tahap pengembangan, dimana pendidikan literasi sekolah sebagai ekstrakurikuler dan memiliki tagihan tertentu, aku melakukan praktikum di luar jam belajar dan membentuk komunitas “pencinta lingkungan” bagi para siswa. Dalam pelaksanaan praktikum pastinya dituntut kegiatan literasi yang sangat tinggi karena para siswa harus membaca referensi terlebih dahulu. Berikutnya siswa harus mampu merencanakan, melakukan dan mengaplikasikan serta mengkomunikasikan hasil percobaannya dengan baik.
Dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh komunitas pencinta lingkungan hidup ( Kami beri nama Green And Clean Club ), semuanya memiliki atmosfir literasi yang tinggi. Dari mulai mereka harus bisa membedakan sampah organik dan an organik , peranan tumbuhan dalam kehidupan sampai pada mengetahui jenis-jenis tanaman yang cocok ditanam pada lahan sempit, semuanya harus mereka peroleh dari membaca referensi. Tidak cukup hanya membaca, mereka pun membuat majalah dinding khusus untuk anggota club yang berisikan beranekan ragam tulisan tentang lingkungan hidup. Kelompok ini pun sudah dibiasakan membuat daftar petugas pemeliharaan tanaman dan pengumpul sampah setiap harinya.
Disamping itu aku pun mulai mengajak mereka agar mau menuliskan apa yang mereka alami setiap harinya. Karena dengan menulis membuat mereka gemar “membaca” apa yang terjadi di sekitar mereka dan melatih ketajaman cara berpikirnya. Meskipun sehalus hifa, semoga apa yang kulakukan dapat membuat geliat GLS menjadi kuat dan nyata.
Wallahu a’lam bishawab.
#edisimenyemangatidirisendiri#
Rumahku, Menggapai Mardhatillah, 26 April 2018.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luar biasa ....Ibu Tulisan yang menginspirasi .... Terima kasih ...
Yes.Semsngat Bu Nana Saya suka artikel ini
Alhamdulillah..,jazakillah khoir...bunda. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
bun, boleh to guru PJOK ikutan.
Alhamdulillah...,jazakillah khoir. Monggo pak, silahkan ikutan merajut asa literasi. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
Luar biasa GLS nya..boleh copas ya
Alhamdulillah...jazakillah khoir. Aduuh...bucan.., dengan segala senang hati boleh copas. jarang-jarang ada mau copas...hehehe. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
mantap bun...bisa ditiru ide2nya
mantap bun...bisa ditiru ide2nya
Alhamdulillah...jazakillah khoir...bunda Farida. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
Luar biasa Bunda, runtut dan mengalir. Terima kasih pencerahannya ..
Alhamdulillah..,jazakillah khoir...jika demikian. Salam sehat dan sukses selalu. #edisimenyemangatidirisendiri#. Barakallah.
Luar biasa, ide-ide Ibu seperti jamur yang tumbuh di musim hujan. Bermula dari satu ide, muncul ide lainnya yang melengkapi. Hebatnya lagi, ide tidak sekedar ide tapi langsung dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Benar Bu, literasi harus nyata bukan wacana. Guru punya peran penting dalam mewujudkannya. Perlu perhatian, kontrol, dan evaluasasi juga dalam pelaksanaannya. Kondisi seperti itu, juga terjadi di tempatku. Itu, makanya aku getol menulis, setidaknya bisa memberi contoh siswa, mengajak rekan guru, sekaligus untuk pengembangan diri. Hanya kiprahku berbeda dengan Ibu, aku melalui ekskul jurnalistik. Salam literasi.
Alhamdulillah...jazakillah khoir. Betul..ibu, ini hanya untuk menyemangati diri sendiri yang terkadang melemah di tengah situasi yang membuat benih-benih literasi terkadang tidak mau tumbuh. Salam sehat dan sukses selalu...ibu. Barakallah.
Luar biasa bun,, benar apa yang bunda sampaikan "Dengan menulis dapat membuat kita gemar membaca" Semangat !!!
Alhamdulillah.., jazakillah khoir. Semangat...semangat. Salam sehat dan sukses selalu. Salam imut buat buah hatinya...bunda. Barakallah.
Filosofinya eksklusif Bu...makasih atas inspirasi pagi ini...Barakallah...