Ingin membuat cerpen yang baik? Caranya mudah. Pertama, ya...mulailah menulis. Bagaimanapun hebatnya kita menguasai teori tentang penulisan cerpen yang baik, semua itu tidak ada gunanya jika tidak dimulai dengan menulis.

Dengan memulai menulis, artinya kita telah membuka kran huruf-huruf agar keluar berbaris, bersusun membentuk kata, dan tertata menjadi kalimat.

Penerapan teori membuat cerpen yang baik, dapat diaplikasikan seiring bersamaan dengan mengalirnya cerita yang dituliskan. Hal ini dipastikan akan beri dampak lebih baik ketimbang mengumpulkan teori sebanyak-banyaknya, tetapi kemudian bingung akan memulainya dari mana.

Sebuah cerpen yang baik memiliki dua unsur dalam penulisannya, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Di mana kedua unsur ini tidak boleh terlepas satu sama lain.

Unsur intrinsik terdiri dari tema, alur, latar, perwatakan, tokoh, dan nilai. Unsur ini sangat penting dalam sebuah cerpen karena menentukan pembentukan cerpen itu sendiri

Sedangkan unsur ekstrinsik dapat berupa latar belakang penulis dan situasi atau kondisi saat cerpen tersebut ditulis.

Meski unsur ekstrinsik berada di luar penulisan cerpen namun memberi pengaruh pada cerpen itu sendiri.

Dibandingkan dengan karya tulis lainnya, cerita pendek (cerpen) cenderung lebih padat dan langsung pada tujuan.

Ada yang mendefinisikan bahwa cerpen harus dapat dibaca dalam waktu sekali duduk. Ada pula yang mengatakan bahwa panjang cerpen tidak lebih dari 20.000 kata dan tidak kurang dari 1000 kata.

Setelah memahami unsur-unsur yang harus ada di dalam sebuah cerpen, langkah berikutnya mulailah dengan menentukan tema.

Untuk pemula, dianjurkan untuk mencari tema yang sangat berdekatan dengan kehidupan sehari-hari penulis.

Tema-tema yang dekat dengan kehidupan kita, akan sangat membantu dalam pengembangan jalan cerita itu sendiri. Karena tema merupakan ide pokok sebuah cerita dan sumber pada cerita yang akan ditulis. Jadi, untuk menulis sebuah cerpen harus memiliki tema ataupun ide tertentu.

Selanjutnya, tentukanlah jalan cerita yang akan dibuat dan apa yang akan terjadi di dalamnya.

Ketika tema sudah didapatkan, kita pun bisa menentukan tokoh dan watak yang ada di dalam cerpen.

Dalam hal ini, tokoh dibedakan menjadi 3 karakter, yaitu tokoh protagonis yang merupakan tokoh utama pada cerita, tokoh antagonis yang menjadi penentang atau lawan dari tokoh utama. Di antara kedua tokoh tersebut, ada pula tokoh tritagonis yaitu penengah dari tokoh utama dan tokoh lawan.

Mendeskripsikan watak tokoh, dapat disampaikan melalui dialog, penjelasan narasi, atau penggambaran fisik tokoh tersebut.

Langkah selanjutnya adalah menentukan alur cerita yang merupakan jalan cerita yang akan dikembangkan hingga menjadi sebuah cerpen.

Alur cerita berisi susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.

Alur dibagi menjadi 3 yaitu:

- Alur maju, yang merupakan rangkaian peristiwa dengan urutan sesuai urutan berjalannya waktu yang bergerak terus ke depan.

- Alur mundur, adalah rangkaian peristiwanya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian melainkan bergerak mundur (flashback).

- Alur campuran, merupakan penggabungan antara alur maju dan alur mundur.

Pada praktiknya, penulisan alur cerita meliputi beberapa tahap, yaitu:

- Pengantar, pada bagian ini dapat menceritakan waktu ataupun tempat kejadian. Di sinilah awal cerita.

- Penyampaian konflik, yaitu bagian yang menceritakan masalah yang dihadapi tokoh di dalam cerita.

- Klimaks, adalah bagian di mana konflik dalam cerita mencapai puncaknya.

Bangunlah konflik sebaik mungkin karena konflik inilah yang akan membuat sebuah cerita menjadi hidup.

- Antiklimaks, pada bagian ini masalah telah berangsur–angsur dapat diselesaikan.

- Penyelesaian, merupakan bagian yang menampilkan bahwa masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.

Hal lain yang juga paling penting untuk diingat adalah membuat judul yang menarik. Upayakan membuat judul yang dapat memantik rasa ingin tahu pembaca hingga tanpa sadar akan menyeret pembaca pada akhir cerita.

Lakukan proses penyuntingan dengan membaca kembali cerita yang telah selesai ditulis. Hal ini untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang mungkin saja terjadi. Sehingga perbaikan dapat dilakukan untuk menghasilkan tulisan yang baik.

Jangan lupa, meskipun kita dapat menggunakan gaya bahasa sehari-hari agar pembaca mudah memahami isi cerita, namun tetap saja dalam penulisan harus mengikuti kaidah penulisan bahasa Indonesia yang benar.

Sekarang, mulailah menulis. Ketentuan-ketentuan di atas dapat diikuti namun jangan terlalu kaku. Biarkan tulisan itu mengalir apa adanya seperti apa yang kita pikirkan. Itu akan lebih baik, ketimbang kita terpaku memikirkan hal mana yang harus lebih dulu dilakukan, yang justru akan membuat bingung untuk memulai menulis.

Sesungguhnya, syarat utama untuk membuat cerpen yang baik adalah MENULISLAH.

Wallahu a’lam bishowab

#edisibelajarmenulis#

SMA Negeri 14 Medan, Langit Biru di Sekolahku, 12 Oktober 2019