MIMPI SEDERHANA
Mimpi Sederhana
Sore itu bel sekolah berbunyi menandakan waktu belajar telah usai. Kami bergegas merapikan buku dan bersiap untuk pulang. Kami harus gunakan langkah seribu agar kami tak ketinggalan angkutan umum, maklum SMA kami adalah sekolah paling ujung dari kota kecil nan indah Bukittinggi. Sesampai di luar gerbang ternyata tak ada lagi angkot yang biasanya berbaris menunggu kami, dan ini artinya kami harus berjalan menyusul angkot.
Dengan langkah gontai aku dan beberapa temanku mulai berjalan menyusuri tepi jalan panorama baru. Berstatus anak kelas tiga SMA maka hal paling menarik untuk kami bahas tentu tentang kelanjutan masa depan, alias mau kuliah dimana. Aku memiliki beberapa teman yang punya rencana indah dalam melanjudkan perkuliahannya. Bagi teman-temanku pilihan kampus untuk kuliah adalah sebuah gengsi tersendiri. Maka bagi mereka target paling rendah adalah berkuliah di luar kota kami setidaknya di kota Padang.
Aku tak terlalu bersemangat ketika mereka membahas ini, karena target ku tak setinggi mereka, dan mimpiku tak sehebat mereka. Aku hanya seorang gadis kecil yang punya mimpi menjadi seorang guru.
“ami mau nyambung kuliah kemana?” ujar nanda. Dia adalah salah seorang temanku penggila korea. kami berteman sejak kelas dua SMA. Sebenarnya ini pertanyaan yang tidak terlalu aku dambakan. “ami mau nyambung ke UNP Belakang Balok aja, ambil PGSD” ujarku. Dan spontan semua temanku tertawa, “ ngak ada cita-cita yang lebih tinggi?” dengan sedikit nada merendahkan. “cita-cita yang tinggi dong” ujar pita menyambut perkataan nanda. Hatiku seperti terhenyak, malu dan merasa direndahkan. Aku hanya mendeguk dengan lirih dan diam.
Aku bertanya tanya dalam hati, kenapa cita-citaku menjadi seorang guru SD harus dianggap begitu sepele bagi mereka. Padahal menjadi seorang guru adalah cita-cita yang tak tergoyahkan dalam hatiku. Aku bangga ingin menjadi guru. Bagi seorang anak petani dan pedagang kali lima sepertiku menjadi guru adalah cita-cita yang tinggi. bisa berkuliah saja di kota Bukittinggi saja membanggakan bagiku.Tapi kenapa mereka seolah menghina cita-citaku?. Aku tak terima tapi lidahku juga kaku untuk menjawab mereka.
Kami terus melangkah menyusuri jalan, hati kecilku berbisik “aku akan buktikan kalau aku bisa lebih baik dari mereka yang mencibir cita-citaku”. selain bicara mau kuliah dimana, hal lain yang paling hits untuk dibahas dikalangan anak kelas 3 SMA pasti tentang dimana bimbingan belajar. Sebagian besar teman-temanku sudah mulai mendaftar bimbel di beberapa tempat favorit di kota padang. Ada juga yang bimbel sendiri dirumah termasuklah salah satunya aku.
Waktu ujian UN semakin dekat. Tiga hari paling berharga dalam hidup itu akan segera tiba. waktu itu sekolah di indonesia masih menggunakan kurikulum KTSP, maka UN adalah penentu hidup dan mati kami. Aku sebagai anak jurusan IPS ada lima matapelajaran yang kami UN kan. Dan mata pelajaran yang paling menghantuiku adalah bahasa inggris. Bahasa inggris itu horor sekali bagiku. Entah ada apa dengan bahasa ingris. Aku punya percaya diri mengahdapi matapelajaran lainya, kecuali yang satu ini, karena memang dari smp aku punya nilai yang terlalu cantik untuk mata pelajaran ini. Kalau ada daftar nama remedial ujian, namaku tak pernah lolos dari daftar.
Kabar-kabar angin bisa beli kunci jawaban mulai mewabah disekolah. Salah seorang teman pun bertanya padaku apakah aku mau ikutan beli kunci. aku sebenarnya bukan karakter yang suka mencoktek, tapi sesekali ada. Hehehehe... tpi karena rasa ngak percaya diri mau ujian bahasa inggris pun aku ikutan deh.. “ini adalah sebuah dosa” aku menyadarinya.
Malam sebelum UN hp ku berdering, mulai lah masuk sms kunci jawab hari pertama. Tapi karena hari pertama adalah ujian bahsa indonesia, aku yakin bisa menjawabnya dan aku tak peduli dengan sms yang aku terima. Hari kedua matematika aku juga ujian dengan jujur. nah, pada hari ketiga bahasa ingris, mata pelajaran yang bikin aku ngak percaya diri. Kunci jawaban yang aku dapat pada malam hari aku salin ke secarik kertas kecil. Dan aku bawa ke sekolah. Benakku sebenarnya berpikir kalau kunci jawabannya sudah beredar malam hari, sementara ujiannya besok, apakah kunci ini bisa ku percaya?.
Ujian berlangsung, aku masuk ruangan dengan hati yang sangat gelisah. Di dalam kantong rokku ada secarik kertas kecil yang ku harap bisa menolong hidupku. Soal ujian ku buka dan ku baca, beberapa soal sudah aku jawab, beberapa soal sulit membuat tangan ku mengeluarkan kunci secara perlahan dari kantong. Jantungku berdetak sangat keras saat melakukan kebohongan ini. Kuletakkan kertas kunci itu di bawah lembaran soal dan mataku sekilas melihat ke arah pengawas ujian. Otakku mulai berfikir tak waras, soal-soal yang sebenarnya aku sudah yakin jawabnya benar kuganti sesuai isi kertas harapan tersebut . Hatiku berkata “ apa yang aku lakukan benar?” hampir dua puluh nomor soal aku melihat kunci.
Waktu ujian tinggal setengah jam lagi, aku masih ragu dengan jawabanku, aku angkat jari tangan kananku dan permisi pada pengawas ujian. Aku permisi ke kamar mandi karena ada temanku yang sudah berjanji akan mengirimkan kunci jawaban, usaha ini sia sia lagi, karena tak ada sms yang masuk dalam hp ku.
Aku masuk ke ruang ujian dan menyelesaikan jawabanku dengan masih terpaku pada kunci jawaban. Bel berbunyi dan ujian selesai. Hatiku tambah tak tenang, karena aku merasa ujianku barusan sangat kacau, bergegas kutemui temanku yang sudah janjian denganku. Aku memperlihatkan kunci yang aku contek untuk dibandingkan dengan kunci darinya. dan ternyata ini dari limapuluh soal hanya sebelas kunci jawaban yang sama.
Aku benar-benar stres tingkat dewa dan menangis “ kalau aku tidak lulus bagaimana, kalau nilaiku tak mencapai kkm bagaimana?”. Rasanya ingin ku putar waktu dan tak akan kulihat kunci jawaban itu. Keresahan ini harus kurasakan sampai hari pengumuman lulus. Dalam setiap sholat ku selalu berdoa “ ya Allah semoga nilaiku bisa mencapai kkm”. Tak bisa kubayangkan bagaiamana perasaan orang tua ku seandainya aku tak lulus. Bagaimana aku menghadapi dunia. Rasa penyesalan melihat contekan sangat membebaniku. Tapi nasi sudah jadi bubur, yang bisa kulakukan hanya berdoa dan memohon ampun pada Allah.
Salah satu kebodohan terbesar pada manusia adalah ketika dia tidak percaya dengan kemampuannya sendiri.
Hari kelulusanpun tiba, aku sungguh tak bisa tenang, perutkusakit dan jantungku berdebar, tanganku berkeringat dingin. Aku tak siap pergi kesekolah. Aku mulai menghubungi beberapa temanku, menanyakan jam berapa tanda kelulusan keluar. Untuk menghindari aksi coret-coretan maka sekolah memutuskan pengumuman kelulusan dulakukan sore hari. Jangankan menunggu sampai sore, setiap menit yang barlalu sudah membuat jantungku seperti gendang yang dipukul, aku mondr mandir dirumah, sakit perutku semakinmenjadi, karena asam lambungku meningkat. Hari sudah menunjuka pukul 12 siang, tanda tanda berita baik belum ku dengar. Aku berdoa, duduk dan bersujud agar segera mendapat kabar baik, selang beberapa menit handphone ku berbunyi salah seorang teman baik dari sma lain menelphon ku.
“ami bukittinggi tahun ini lulus 100%, jadi ami juga lulus”.
Sontak ku meloncat dari kursi dan bersujud syukur. Ini sebuah kabar surga yang kutunggu. “Alhamdulillah ya Allah, kau kabulkan doaku”. Satu hal kecil terbersik dihatiku, kira-kira nilai bahasa inggris ku berapa? Apakah pas kkm? Hehehe.. tapi tak apa yang penting lulus.
Sore hari ku pergi kesekolah untuk melihat nilai, waktu itu nilai keluar dalam kertas print yang berisi semua nama murid, semua temanku berebut untuk melihat nilainya, aku tak mau kalah aku ingin sekali melihat nilai bahasa inggrisku, dengan sedikit rebutan, akhirnya kubisa melihat nilai yang ku tunggu... 4,4 itulah nilai yg tertera pada kolom nilai bahsa inggrisku. Itu artinya aku hanya belul satu soal diatas kkm yang waktu itu 4,00.
Pengalaman ini mengajarkanku akan kerugian membuat jimat, apa lagi bagi yang tak berpengalaman sepertiku, bersyukur Allah masih memberi kesempatan bagiku. Ini sebuah teguran untukku, karena mencontek jimat adalah sebuah dosa.
Persiapan untuk masuk universitas dimulai. Teman-temanku sudah mulai ngekos di kota padang untuk mengikuti kegiatan bimbel. Aku juga ikutan bimbel, tapi bimbel gratis yang diadakan oleh pemerintah, Alhamdulillah bisa ikutan bimbel juga walaupun kegiatan ini hanya seminggu.
Siang itu aku dan temanku isil sama-sama berangkat ke kota padang. Besok adalah hari seleksi SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru), aku datang dengan tekad yang kuat agar bisa diterima di jurusan PGSD yang aku inginkan. Ini hanya satu-satu seleksi yang aku ikuti, dan aku berharap sekali untuk lulus. isil menginap di tempat kosnya dan dia mengajakku, tapi aku menolak. Karena aku punya rencana untuk tidur di rumah tanteku yang ada di padang, walaupun sebenarnya rumah saudaraku jauh dari lokasiku ujian.
Aku sampai dirumah tanteku, dia mulai bertanya-tanya aku mau ambil jurusan apa dan mau kuliah dimana. Tanteku mempunyai suami seorang guru di SMK di kota padang, suaminya lah yang mengantarku hari pertama ujian, perjalan kelokasi ujian hampir butuh waktu 40 menit dengan motor. Ujian pertama dalah tes potensi akademik, ini lebih banyak mengarah pada soal-soal logika. Aku bisa melaluinya dengan cukup baik(menurutku). Isil temanku ujian bersebelahankelas denganku. Kami pulang sama-sama, dia menawarkan lagi padaku,
“mament lu tidur di kos gw aja, ntar lo telat”, merayuku agar tidur dikosnya. “ngak enak sama tante gw mament, lagiankan besok ujian siang, gw bisa pergi sendiri kok” dengan sedikit bimbang aku menjawab.
Aku pulang kerumah tanteku, badanku sudah dibasah keringat, maklumlah kota padang kan panas bingiit... setelah mandi aku aku makan siang.
“ami besok ujian jam berapa, pak etek besok ngak bisa nganter karena ngajar pagi” ucap tanteku. “ami masuk siang nte, aman kok nte, kan bisa naik angkot” jawabku dengan santainya. “ia jangan sampai telat, lokasi ujian ami jauh” ujar tanteku menegaskan. “ia nte, biar nanti ami lihat jadwal ujiannya” jawabku menenangkan tanteku.
Matahari terus bergerak dan langit mulai gelap, kamipun makan malam bersama, lagi-lagi tanteku bertanya “ ami besok ujian jam berapa?”. Aku tersentak dan terpikir aku besok ujian jam berapa?. “ia nte ami lihat dulu”, aku melangkah ke kamar dan melihat jadwalku. Dalam jadwal itu ada tiga kolom, untuk Indonesia barat, Indonesia tengah, dan Indonesia timur. Entah ada malaikat dari mana, maka mataku terarah pada indonesia timur tapi aku tak menyadarinya. “ami masuk jam 12 tante” aku menjawab dengan yakin.
Pagi hari datang, aku sedikit santai karena ujian masih lama. Rumah tanteku cukup bagus, disana aku tidur dikamar adek sepupuku yang waktu itu masih sekolah SMP. Hanya ada satuhal yang membuatku kurang nyaman, yaitu kamar mandinya yang moderen, jadi menggunakan wc duduk, jujur saja itu baru bagiku, jadi aku sangat tak nyaman. Waktu aku duduk di ruang tamu aku baru tau tenyata di bawah tangga menuju atas, ada wc biasa dirumah tanteku, aku bahagia sekali mendengarnya, karena memang perutku sudah sakit sekali. Aku lega sekali, karena pikiran yang sudah mulai lega, terlintaslah di otakku “apa benar aku masuk pukul 12, kalau aku salah lihat bagaimana?”. Keluar dari kamar mandipun aku langsung ke kamar dan melihat lagi jadwal ujianku
“ya ALLAH aku ternyata masuk jam 10.00 dan yang aku lihat semalam untuk indonesia timur alias untuk orang papua”. Aku langsung panik dan melihat jam, “ ya Allah jam sudah pukul 09.45” itu atinya aku hanya punya waktu 15 menit menuju lokasi ujian. “tante ternyata ami masuk jam 10.00 nte, gimana nte?” aku benar- benar panik. “kok bisa salah?” jawab tanteku dengan wajah yang juga panik.
Aku belum mandi, tapi juga tak mungkin mandi, ku langsung ganti baju secepat kilat. Mata ku mulai berkaca-kaca, aku sangat shok. Masalah paling parah adalah, aku harus pergi kelokasi dengan siapa, pak atek ku sudah pergi ke sekolah. dan komplek perumahan tanteku tak dilalui angkot. Aku harus berjalan 10 menit agar bisa naik angkot, bersyukur ada tukang bangunan yang sedang bekerja di samping rumah tanteku, ia mengantarkanku sampai ke simpang, untuk naik angkot.
Rumah tanteku ada di anduriang, dan aku ujian di lubuk buaya. Itu kalau dengan angkot hampir satu jam perjalanan. Tapi aku tak punya daya apa-apa. Tukang bangunan hanya bisa mengantarkanku sampai simpang untuk naik angkot. Seandainya waktu itu ada pintu kemana sajanya doraemon, mungin aku aku akan bersyukur sekali, Tapi ini adalah abad 21. Aku naik angkot dan rasanya ingin sekali angkot ini lari dengan kecepatan 200km/jam. Di atas angkot aku sangat gelisah, mataku tak tahan menahan bendungan air, ku tahan dan ku teguk tangisan ku kedalam, tapi aku tak mampu, air mata ku jatuh juga, ku berusaha memalingkan wajahku keluar. Perjalan menuju lokasi ujian terasa sangat lama, sekarang sudah menunjukan pukul 10.30 dan aku masih setengah jalan menuju lokasi.
Satu persatu penumpang mulai turun, dan tinggalah aku bersama pak supir di dalam angkot, akhirnya pak supir beratanya padaku,
”mau kemana nak” seraya menatapku dari spion didepannya. “mau ikut tes SPMB pak” ujarku dengan nada tersedu-sedu.
“terlambat nak?” . “ia pak, salah lihat jadwal” ujarku. Mataku terus meneteskan air dan aku berusa untuk mengusapnya.
Bapak supir tak bisa bertanya banyak, ia hanya berusah untuk mempercepat laju mobilnya. Jarum panjang hampir menunjukan angka 10. akhirnya aku sampai dilokasi ujian, aku turun dan membayar ongkosnya. Ku berlari kedalam menuju ruangan, dari jauh ku dengar “ kok telambat sekali” seorang satpam menegurku. Aku tak peduli dan terus berlari ruang ujian. Nafasku sesak, mataku merah dan jantungku berdetak kencang sekali. Ku tarik nafas panjang “ permisi buk” ujarku ke pengawas ujian. Semua mata dikelas itu menatapku dengan tatapan yang terpesona, betapa terlambatnya aku. “iya, silahkan masuk” jawab salah seorang pengawas.
Aku menuju ke kursi sambil menundukan kepala, betapa malunya aku. Pengawas menghampiriku dan memberikanku lembar soal dan jawaban. Waktu sudah pukul 11.00 siang, so,, aku hanya punya waktu 30 menit untuk mengisi data dan mengerjakan semua soal. Kuambil pensil dan mulai mengisi tapi tanganku gemetaran, dan keringatku bercucuran.
Pengawas ujian menghampirku, dan bertabnya “kenapa terlambat sekali?” bertanya dengan rasa iba. “salah naik angkot buk” jawabku berbohong, karena rasanya tak mungkin ku katakan kalau aku salah melihat jadwal ujian. “ nyasar kemana?” pengawas itu bertanya lagi. “ngak tau nama daerahnya buk” aku berbohong lagi. Pengawas itu diam dan pergi.
Untuk mengisi data peserta saja itu hampir 15 menit. Jadi seluruh soal harus kukerjakan dalam waktu 15 menit yang tersisa. Soal yang aku baca, tak bisa aku cerna lagi dengan baik. Semua hanya kutebak dan ku kira-kira saja. Aku sudah kalah berperang, itulah yang terucap di hatiku. Semua telah usai, harapanku ingin kuliah di PGSD tidak akan terkabul. Semua pemikiran ini memenuhi pikiranku.
Waktu tanda ujian sekesai berbunyi, aku berharap pengawas ujian akan memberiku waktu lebih, dan ternyata tidak, dia langsung mengumpulkan semua lembar jawaban, termasuk punyaku. Semua peserta keluar ruang ujian, dan aku masih terpaku dikursi itu, “apa yang telahku lakukan, apa ada orang sebodohku?”. Aku sangat menyesal, aku melangkah keluar dan sesampai di pintu ruang ujian, aku tak tahan lagi, air mataku jatuh. Aku duduk di teras di depan kelas dan menangisi kebodohanku. Sahabatku isil datang dan heran kenapa aku menangis. Aku menceritakan semua, dan temanku berusaha menenangkanku.
Aku masih menangis, temanku mengajakku untuk segera pulang. Aku berjalan dan menelpon ibuku, aku tak tahan lagi ingin bercerita pada ibu. “ibu, ami terlambat datang ujian, ami salah lihat jadwal” ucapku terisak-isak pada. Ibu ku langsung terkejut medengarnya “telat kenapa?”. Aku terus menangis dan menjelaskan semuanya. Ibuku berusaha menenangkanku walau aku tau dia sangat kecewa “yang penting ami sudah berusaha” ujar ibuku.
Hari itu aku sangat kecewa pada diriku, kenapa aku bisa sebodoh itu, kesempatanku satu-satunya aku sia-siakan. Hari itu tak pernah bisa kulupakan. Aku kembali ke kotaku dengan rasa kecewa.
bersambung...
(Mohon maaf bahasanya masih sederhana dan EYDnya juga masih berantakan)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Saya ikut deg - degan bacanya mb..
hehehe.. makasih mbak.. tapi waktu itu memang kenyataannya seperti itu mbak..
Kronologis.. Sip. Kisah sendiri bisa lho jadi inspirasi pembaca. Salam
Iya pak.. ini kisah sendiri pak. isyaallah semoga bisa segera bisa menyiapkan bukunya pak..