Pendidikan Bukan Budak?
Melahirkan pendidik yang berkarakter diperlukan usaha yang berkelanjutan dan terencana. Berapun bagusnya kurikulum yang akan diterapkan, kalau elemen-elemen pelaksana utama kurikulum masih berkarakter pengikut maka kurikulum itu tidak akan banyak memberikan efek dalam dunia pendidikan.
Kurikulum kita hari ini sudah sangat mumpuni dan diharapkan dapat membawa perubahan kearah baru dunia pendidikan kita. Namun kalau kita lihat kehebatan kurikulum kita masih dalam tataran para elit pembuat kebijakan kurikulum itu, capaian-capaian dari kurikulum itu sudah mereka bayangkan, sekolah-sekolah yang dianggap dapat melaksanakan dijadikan sebagai pilot project kemudian hasilnya itu diseminarkan dan dengan bangga mengatakan bahwa kurikulum ini telah berhasil kita laksanakan dan akan kita terapkan diseluruh sekolah-sekolah yang di Indonesia.
Kajian mendalam mengenai kurikulum telah dikaji dari berbagai aspek, mulai dari filosofi, sosial, budaya dan teoritis setelah kajian usai dilakukan maka mereka sepakat menamai kurikulum ini dengan kurikulum Merdeka. Walaupun masih banyak kritikan sana sini, itu sudah pasti dan yang pasti pelaksanaan kurikulum ini akan serentak diterapkan di tahun 2023 pada semester ganjil.
Akan seperti apa hasilnya layak untuk kita tunggu 5-10 tahun kedepan, atau mungkin akan dirubah lagi sebelum kita melihat hasilnya, seperti nasib K.13, kita belum sepenuhnya melihat hasil dari K.13 karena keburu disempurnakan oleh kurmer.
Kembali kita pada persoalan pendidik yang ketinggalan kereta? Pendidik yang Mengajar masih dengan cara-cara lama, peningkatan kualitas pendidik harus sama bagusnya dengan kualitas kurikulum yang telah gambarkan oleh para pembuat kurikulum. Kurikulum tidak bisa lepas dari guru, dia ibarat dua sisi mata uang, maka pendidik mesti menjadi perhatian utama, mulai rekruitmen, penempatan sesuai kemampuan sampai pada kesejahteraannya.
Sebab kita melihat masih banyak pendidik yang belum mengajar sesuai dengan keahliannya, keprofesionalan pendidik dalam mengajar perlu menjadi perhatian serius terutama di daerah-daerah pinggir kota.
Semua orang pasti bisa mengajar, namun tidak semua orang yang dapat menjadi pendidik, sebab menjadi pendidik adalah pilihan hidup. Hidup jauh dari kemewahan, lebih dekat dengan kesederhanaankesederhanaan itulah ciri khas utama seorang pendidik.
Dalam hal ini teladan kita adalah Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik utama umat IsIam. Saat ini dunia pendidikan kita tidak kekurangan teori, dan tidak pula kekurangan berbagai fasilitas, bahkan sudah sangat modern, namun tetap juga jauh dari keberhasilan. Lalu di mana kekurangannya? Kita kehilangan Ruh pendidikan, kekeringan ruh pendidikan berakibat nilai-nilai yang diajarkan hanya sampai pengetahuan belaka.
Pembentukan karakter pendidik yang mampu menanamkan nilai-nilai ketuhanan harus lebih diprioritaskan oleh pengambilan kebijakan kurikulum. Ibarat kata pepatah "jika ingin pohon itu buah yang lebat dan rindang, maka siang dan pupuklah batangnya....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar