Rahmat Nurdin, M. Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Biografi Ustadz Tasrizal, BA (1953-2020)

Biografi Ustadz Tasrizal, BA (1953-2020)

Oleh: Rahmat Nurdin

Saat ini ustadz Tasrizal adalah satu-satunya guru tua laki-laki MTI Pasir sekaligus alumi yang masih eksis mengajar di MTI Pasir sampai sekarang. Beliau masuk MTI Pasir pada tahun 1965 dan tamat pada tahun 1972.

Beliau dilahirkan di Bukik Batabuah 1 Februari 1953, sekolah dasar di SD Pasanehan, setelah tamat SD beliau melanjutkan pendidikan ke MTI Pasir pada Tahun 1965 selama 7 tahun. Tamat di MTI pasir pada tahun 1972, keinginan untuk menyambung pendidikan ketingkat yang lebih tinggi sebenarnya sangat kuat dalam diri beliau, tapi itu tidak beliau lakukan, karena ingin mencoba rasa susahnya menjadi seorang petani.

Setahun mencoba menjadi seorang petani dan telah merasakan susah senangnya menjadi petani. Maka pada tahun 1973 beliau mintak izin untuk kuliah pada orang tua, dan kuliah di ABA Aur kuning selama 4 tahun.

Sebenarnya beliau hampir gagal untuk tidak kuliah, karena rata-rata kampus sudah tidak lagi menerima mahasiswa baru. Maka beliau pergi menemui Buya Husin Amin, menceritakan persoalan yang sedang beliau hadapi, maka Buya Husin Amin membawa beliau ke ABA dan mendaftarkan ust Tasrizal sebagai mahasiswa di sana.

Sebagai mahasiswa yang peduli dengan kehidupan sosila. Beliau sering ikut berbagai demo, termasuk demo anti PKI pada tahun 1965, dari wawancara kami dengan beliau, "bahwa beliau pernah membakar poster Aidit di Balai Gurah, ketika itu demo diadakan di SMP Balai Gurah. Demo masalah maraknya kristenisasi beliau pernah juga ikut di Rumah sakit Imanuel Bukittinggi

Setelah tamat kuliah tahun 1978, sebenarnya beliau ingin merantau. Tapi karena Buya Husin Amin memanggil dan bertanya pada beliau "lah tamat kuliah?" Jawab ustadz Tasrizal alah Buya!!, Kalau sudah mengajarlah di Tarbiyah lai. Maka mulai saat itu, pada tahun 1978 sampai sekarang beliau tidak pernah absen mengajar di Tarbiyah. Beliau termasuk salah satu guru yang paling lama mengajar di MTI Pasir 42 tahun lebih kurang.

Pengalaman Jadi Santri

Semasa menjadi santri atau selama beliau menuntut ilmu di Madrasah Tarbiyah Islamiyah Pasir. Beliau termasuk salah seorang santri yang tidak banyak neko-nekonya, patuh pada guru dan rajin belajar. Sehingga tidak mengherankan kelak sewaktu beliau menjadi guru di MTI Pasir, termasuk salah satu guru yang paling dipercayai oleh Buya Husin Amin dan kepercayaan berlanjut pada masa Buya Awis Karni Husin.

Ketika kami bertanya kepada beliau tentang pengalaman sewaktu menjadi santri. Beliau menceritakan!!, Saya harus berjalan kaki dari rumah ke sekolah, dengan memakai sarung, karena pada masa itu santri pakai sarung, lucunya lagi, sesampai di sekolah sarung sudah basah, kaki sudah penuh dengan lumpur, karena melewati pematang sawah, Buya Husin hanya memandang kami dengan senyum-senyum kecil. Dan beliau tetap marah besar kalau kaji ndak dapek.

Nasehat penting yang beliau ingat selalu dari Buya Husin dalam belajar adalah; Tujuan setiap mata pelajaran itu untuk apa, untuk apa kita belajar nahu syaraf? Untuk apa kita belajar fiqih, tasawuf, tauhid. Kuasailah setiap tujuan mata pelajaran yang kamu pelajari"

Di Panggil oleh Buya Husin Amin untuk Jadi Guru

Setelah tamat dari kuliah Ust Tasrizal langsung di panggil Buya Husin untuk mengajar di MTI Pasir Tahun 1978. Sesuai dengan apa yang telah di sampaikan di atas tadi, beliau menjadi orang kepercayaan Buya Husin Amin dan Buya Awis Karni di MTI Pasir.

Jika ada pertemuan kepala dan pimpinan pondok, maka yang pergi mewakilinya adalah Ust Tasrizal. Ada History yang menarik yang kami dapatkan dari cerita Ust Tasrizal "bahwa MTI Pasir dulu pernah berubah menjadi SPI (sekolah Pendidikan Islam), perubahan nama ini berawal ketika Buya Husin Amin sedang sakit lebih kurang 15 hari, mengingat kenangan itu, entah sebab karena apa pada waktu itu Buya Awis menerima usulan perubahan nama MTI ke SPI?

Singkat cerita setelah Buya Husin Amin sembuh dan pulang dari rumah sakit dan Buya Husin Amin mengetahui perubahan nama itu, beliau langsung marah besar, tampa kompromi, beliau berkata "kembalikan nama MTI itu keasalnya. Sekolah saya bukan seenaknya saja kalian tukar namanya, kembalikan dia pada khittahnya"

Awal beliau mengajar di MTI Pasir, beliau tidak langsung mengajar kitab kuning, tapi beliau mengajar PMP (Pendidikan Moral Pancasila) kalau sekarang PPKN, KWN. Bisa dan mampunya beliau mengajar mata pelajaran umum itu, karena sering di utus oleh Buya Awis pergi kesana kemari untuk penataran. Kemudian lanjut mengajar bahasa Arab.

Beliau juga ditunjuk oleh Buya Awis sebagai wakil beliau di MTI Pasir, kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah, seperti perayaan pemberian ijazah, peringatan hari besar Islam. Semua itu serahkan oleh Buya Awis kepada Ustadz Tasrizal untuk mengurusnya, pekerjaan ini beliau lakoni dari tahun 1980-2008. Baru setelah habis tahun 2008 ini beliau mulai mengajar kitab-kitab kuning sampai sekarang

Ciri khas beliau dalam mengajar adalah, beliau memiliki suara yang vocal, dan lantang. Sampai saat ini alhamdulillah belum ada perubahan suara beliau dalam mengajar, sehingga sulit bagi siswa untuk tidak mendengarkan beliau dalam mengajar.

Guru Sekaligus Sebagai Da'i

Sudah jamak dalam pengetahuan kita, bahwa guru-guru pondok pesantren disamping sebagai guru, juga harus mempunyai keahlian dalam berdakwah. Awal Ust Tasrizal belajar menjadi seorang da'i tidak lepas dari didikan Buya Husin Amin, Ust Tasrizal dalam hal ini mengkisahkan pada kami...!!, Saya dipanggil Buya Husin,, gantikan saya mengajar Halaqah, spontan Ustadz menjawab "ndak pandai wak do buya", taruih sajolah nanti di doakan dari belakang, tidak banyak penolakan dari titah Buya Husin beliau lakasanakan dan memang pada akhirnya beliau bisa. Mungkin berkat di doakan oleh buya dan kepatuhan kepada guru.

Beliaupun pernah pergi berdakwah ke Solok, dan bahkan pernah ke Kampar Riau. Di kampung beliau sendiri, sangat di hargai oleh masyarakat terbukti dengan semenjak beliau tamat dari Tarbiyah telah diangkat jadi Anggku Katik sampai sekarang masih beliau yang menjadi Angku Katiknya.

Nasehat untuk Kita

Nasehat beliau pada kita berawal dari pertanyaan kita. Apa yang membuat Ust tetap bertahan di Tarbiyah selama 42 tahun? Jawab beliau sangat sederhana, ISTIQAMAH, kalimat memiliki makna sedalam lautan setinggi bintang di langit.

IKHLASLAH dalam bekerja, mengajar biarkan Allah saja yang akan membayar jerih payahmu, berikan ilmu yang bermanfaat.

Tetap Ulang-ulang kaji kitab kuning kita, karena dengan banyak belajar kita akan banyak tahu, contohlah bagaimana Buya Awis itu istiqamahnya beliau dengan kaji-kaji beliau.

Wallahu a'lam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren biografinya. Sukses selalu.

28 Aug
Balas



search

New Post