Beni yang Kepo
“Coba, Linda baca ini,” terdengar suara perempuan dari dalam rumah bersahut-sahutan dengan suara anak lainnya.
“Doni, kemari. Hari ini kita belajar mengenal huruf,” suara itu terdengar lagi.
Beni yang siang itu berencana bermain di lapangan desa mengendurkan niat kala melihat teman-teman seusianya tadi melintas di depan rumah sambil menenteng tas kresek. Sepertinya mereka hendak belajar. Tapi di mana?
Diam-diam Beni mengikuti teman-temannya, berjarak. Sengaja, Beni tidak mau ketahuan sedang mengikuti teman-temannya. Dan di sinilah Beni sekarang, di pintu rumah yang suara perempuan tadi terdengar. Ada empat pasang sendal ukuran anak-anak Beni hitung, berarti ada empat anak yang ikut belajar di dalam rumah itu. Rupanya mereka semua kakak beradik. Dua di antaranya Beni kenal, seumuran Beni hanya saja anak perempuan itu berbeda sekolah dengan Beni.
“Ayo, Ilham, PR nya dikerjakan dulu. Nanti saya jelaskan! Ican juga.”
Beni terus saja menyimak percakapan itu, tanpa terasa Beni malah berdiri di pintu masuk rumah tersebut. Sepintas tidak terlihat, namun ketika ibu guru tersebut menondongkan badan, terlihatlah bapan Beni menyembul di balik kusen pintu
“Ayo adik, silakan masuk,” ajak ibu guru tersebut.
Beni yang kaget mendengar suara itu tersentak dan berbalik badan. Beni ketahuan. Segera saja Beni berbalik badan dan berlari ke rumahnya.
***
bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren bu. Semoga sehat dan sukses selalu. Salam literasi