GELAS RETAK PART 2
#TAGUR13
Pada jam istirahat, hiruk pikuk terdengar lebih lantang, anak-anak berlarian saling mengejar, menangkap, tertawa dan berteriak bersamaan. Ada yang bermain perosotan, jungkat-jungkit, bolak-balik melewati papan titian, ada yang puas bermain sendirian, mengutak-atik balok dan lego menyelesaikan bangunan yang dibuat dengan tangan kreatifnya.
Tak terkecuali Faris, ia bermain dengan teman-temannya. Mereka berusaha menendang bola dengan tepat, tapi selalu hanya menyentuh gawang. Mereka menertawakan kegagalannya yang berulang. Faris mencoba menendang bola lagi ke gawang. Semua fokus, termasuk aku. Semoga kali ini masuk, batinku. Semoga mereka menghadiahiku lagi dengan tawa yang lebih lebar kali ini.
Faris memasang kuda-kuda, sekarang waktu yang tepat untuk menendang, tatapannya seperti laser yang siap melubangi jaring-jaring tipis gawang. Ia tampak berlari dan kaki kanannya menendang bola. Semua mata mengikuti arah bola yang kini melayang, melengkung, menukik tajam ke arah gawang daaannnn gooooolllllllllllll....
Bolanya masuk, semua kegirangan!... Tak dinyana guru lain yang berjaga di halaman sekolah melihat aksi Faris, mereka bertepuk tangan. Faris berlari menuju sang penjaga gawang, tangannya memegang bahu teman, agak menunduk ia seperti bertanya sesuatu. Kami para guru mengamati dari jauh. Kemudian Faris memeluknya, menangkupkan kedua tangan, ia sedang minta maaf pada sang penjaga gawang.
Tidak ada yang menyadari bahwa bola yang ditendang ke gawang tadi mengenai bahu temannya, Faris sedang memastikan temannya baik-baik saja di tengah keberhasilannya memasukkan bola ke gawang setelah usaha keras yang kesekian, yang seharusnya ia rayakan. Ia lebih memilih berlari menuju sang penjaga gawang.
Hatiku langsung hangat melihatnya. Sepertinya aku yang terlalu cepat menyimpulkan. Faris masih menjadi anak idaman semua orang, ia tau apa yang harus dilakukan pada situasi seperti itu. Tidak ada yang harus kukhawatirkan. Ah, kadang dunia bisa jadi sangat indah hanya dnegan melihat pemandangan seperti ini. Bahagianya.
---
Keesokan harinya, aku masih membereskan kelas sambil menunggu anak-anak yang belum menyelesaikan kegiatan bermainnya dengan tuntas. Ada Faris disitu, aku menatapnya. Senyumku langsung timbul, mengapa baru sekarang aku menyadari pesonanya. Fokusku terbagi, aku segera melihat anak-anak lain yang mungkin butuh bantuanku.
“Aduuuhhh, sakit Faris!”
Aku menoleh. Temannya terjatuh, Deo memegang lututnya. Teriakan Deo membuat semuanya beralih ke asal suara. Faris masih diam, tiga detik kemudian dia berlari, bukan ke arah Deo. Kali ini dia langsung berlari keluar tanpa menoleh sedikitpun pada sekitar.
Saat pulang sekolah tiba aku mampir ke kantor guru, hausku sudah tak tertahankan, lagi pula ada berkas yang harus ditandatangani Kepala Sekolah. Ada Faris disitu, lagi, bukan Kepala Sekolah. Kali ini dia berlari setelah guru lain memergokinya memegang beberapa gelas dekat dispenser air. Ia tertahan sebentar karena menabrakku, kemudian berlari lagi. Guru itu mengatakan bahwa gelasnya saat jam istirahat masih utuh sempurna, kali ini sudah retak dan Faris memegangnya.
“Apa mungkin Faris pelakunya, Bu Alya? Dia tidak mungkin berlari jika tidak melakukan apapun, bukan?” selidiknya.
Aku terdiam, di kelas tadi Faris melakukan hal yang sama. Tanya di kepalaku muncul lagi. Kali ini aku yang akan mendekatinya, gelas retak itu benarkah ulahnya?
Bersambung....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar