Rahmaizar Aljaswan

Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Tetaplah semangat.....

Selengkapnya
Navigasi Web
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN  BERDASARKAN NILAI-NILAI KEBAJIKAN

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERDASARKAN NILAI-NILAI KEBAJIKAN

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BERDASARKAN NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

OLEH : RAHMAIZAR, S.Pd

CGP ANGKATAN 6 DHARMASRAYA

(Fasilitator : Ibu Neni Iryani dan Pengajar Praktik : Ibu Siska Erliani)

A. Pendahuluan

Perhatikan kutipan berikut:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert

v Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Menurut pendapat saya kutipan tersebut ada kaitannya dengan dilemma etika, karena sebagai seorang guru kita sering sekali dihadangkan oleh dua hal yang sama-sama penting. Seperti yang dijelaskan pada kalimat di atas bahwa mengajar anak berhitung itu baik, ini kita umpamakan mengajarkan ilmu pengetahuan untuk mereka, namun mengajar mereka tentang sesuatu yang berharga/utama adalah yang terbaik, ini kita umpamakan membentukan karakter kepada anak didik kita. Dari kutipan itu bisa kita ambil kesimpulan bahwa guru hendaknya lebih mengutamakan mengajarkan karakter atau budi pekerti murid agar mampu menumbuhkan nilai-nilai kebajikan dalam dirinya. Karena dengan karakter yang positif, pembelajaran di kelas berlangsung dengan baik sehingga pengetahuan yang diberi akan mudah diserap oleh murid.

v Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Ketika kita mengambil keputusan terhadap kasus-kasus yang terjadi di sekolah, hendaklah kita berpegang pada tiga unsur yaitu berpihak pada murid, berdasakan nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggungjawab terhadap segala konsekwensi dari keputusan yang telah dibuat. Bila kita telah melakukan dengan berpegang kepada ketiga unsur itu, maka keputusan yang diambil akan memberi dampak pada lingkungan karena terbentuknya budaya positif di lingkungan kita. Dengan bertumbuhnya budaya positif di lingkungan kita maka dengan sendirinya terbentuklah Profil Pelajar Pancasila yang berkarakter dan beraklak mulia.

v Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Sebagai pemimpin pembelajaran saya harus mampu menerapkan pembelajaran yang berpihak kepada murid. Yaitu pembelajaran yang selalu memperhatikan kebutuhan murid. Seperti yang dipelajari pada modul 2.1 dan 2.2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Dengan menerapkan kedua pembelajaran ini maka murid dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Sebagai pendidik kita berkewajiban menyampaikan kebenaran dan keteladanan.

Perhatikan kalimat bijak berikut”

Education is the art of making man ethical. Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis. ~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Dari kalimat bijak tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa Pendidikan itu merupakan suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter, dan norma-norma sehinga menjadi generasi yang memiliki nilai moral, nilai-nilai kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupan. Di sini dituntut seni seorang guru dalam membentuk karakter siswa sehingga lahirlah profil pelajar Pancasila pada generasi muda. Generasi yang berprilaku etis dan sesuai dengan norma-noma agama.

B. Koneksi Antar Materi Dengan Merangkum Kesimpulan Pembelajaran Dengan Pertanyaan Panduan

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Berdasarkan filosofi Ki Hajar Dewantara ada tiga Pratap Triloka yang berkaitan denga penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Triga Pratap tersebut adalah Ing Ngarso sung Tulodo (menjadi teladan/inspirasi). Seorang pemimpin (guru) haruslah memberikan contoh teladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Baik tindakan maupun perkataannya agar bisa ditiru oleh orang lain sehingga keputusan yang diambil akan dipatuhi dengan kesungguhan hati. Ing Madyo Mangun Karso (seorang pemimpin harus mampu memberikan motivasi, memberdayakan, mengembangkan potensi dan kekuatan sehingga mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab), Tut Wuri Handayani (memberi dorongan/semangat), seorang pemimpin (guru) harus bisa menjadi motivator atau pemberi semangat bagi anak didiknya (murid). Misalnya mendorong kinerja murid untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Jadi, apabila seorang pemimpin dihadapkan pada sebuah kasus dilemma etika, maka untuk mengambil keputusan harus berpedoman pada Pratap triloka yang diajarkan oleh Ki Hajjar Dewantara ini.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai – nilai positif itu merupakan Nilai-nilai kebajikan universal bisa berupa: Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain. Nilai – nilai tersebut sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan seperti nilai keadilan (besikap adil dalam memutuskan sesuatu) bertanggungjawab (mampu mempertanggungjawabkan keputusan yang sudah diambil) kasih sayang (munculnya rasa kasihan saat mengambil keputusan) dan lebih berpihak kepada murid setiap keputusan yang diambil serta sabar dalam menghadapi setiap masalah yang terjadi sehingga melahirkan keputusan yang tepat.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’” (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching merupakan keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Melalui coacing kita juga mampu menggali potensi seseorang untuk menyelesaikan masalahnya. Dengan proses “coaching” maka akan terwujud pengambilan keputusan yang positif, adil serta berpihak pada kepetingan murid. Melalui “coaching” pengambilan keputusan lebih efektif karena menggali potensi, ide, dan gagasan yang bersumber dari potensi coachee.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kompetensi sosial emosional seorang guru tentu saja sangat berpengaruh terhadap kemampuan dalam pengambilan suatu keputusan khususnya yang menyangkut dilemma etika. Guru yang memiliki potensi sosial emosional yang baik yang meliputi kesadaran diri pengelolahan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, maka akan lebih mampu mengambil keputusan yang efektif.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pada pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, seorang pendidik harus tetap mengedepankan nilai-nilai kebajikan universal yaitu kebenaran, keadilan, persatuan, toleransi, cinta kasih, penghargaan, serta tanggungjawab. Dengan berpedoman kepada nilai-nilai tersebut, maka apapun keputusan yang diambil akan dapat dipertanggungjawabkan serta mampu mengatasi masalah yang ada.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Lingkungan yang posittif, konduktif, aman dan nyaman, adalah lingkungan yang membangun persepsi, bahwa setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda, dan orang lain adalah mitra bukan saingan. Lingkungan tersebut dapat dibangun dengan menciptakan budaya positif di sekolah. Budaya positif terbentuk dari pengambilan keputusan pimpinan yang tertuang secara efektif dan bijak dalam program-program sekolah melalui kesepakatan dan kolaborasi dengan semua warga sekolah. Juga dengan melaksanakan prinsip among dan pendekatan inkuiri apresiasif yang mampu mendorong untuk berfikir dan bertindak etis di kelas maupun di sekolah

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang ada saat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilemma etika adalah saat terjadinya perbedaan pendapat dalam memutuskan suatu keputusan. Untuk itu dibutuhkan sekali pimpinan yang bijak dalam menyingkapi perbedaan pendapat antara anggotanya yang dapat mempengaruhi keputusan yang diambil. Dan perlu sekali adanya komunikasi dan keterbukaan untuk memecahkan suatu masalah dilemma etika berdasarkan paradigmanya seperti individu vc kelompok, keadilan vs kasihan, kebenaran vs kesetiaan, jangka pendek vs jangka panjang.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan sangat berpengaruh sekali denga pengajaran memerdekakan murid kita. Untuk itu, perlu memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda yaitu dengan mempertimbangan kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid. Guru dapat memutuskan strategi, model dan Teknik pembelajaran yang sesuai yang selalu merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid seperti pembelajaran berdiferensiasi.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran harus mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana serta hati-hati. Keputusan yang diambil harus memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal, bertanggungjawab, dan berpihak pada murid. Keputusan seorang pemimpin akan berdampak besar pada kehidupan atau masa depan muridnya karena yang diputuskan tersebut akan menjadi pedoman hidup bagi murid tersebut.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang dapat ditarik tarik dari pembelajaran modul ini adalah bahwa pengambilan keputusan harus berlandasaskan kepada filosofi Ki hajar Dewantara (yang dikaitkan dengan pemimpin pembelajaran dan didasarkan pada tiga unsur yaitu berpihak pada murid, nilai – nilai kebajiban universal dan bertanggung jawab terhadap segala konsekwensinya.

Sebagai seorang pemimpin dalam mengambil suatu keputusan juga harus berlandaskan kepada nilai dan peran guru penggerak .Juga harus mampu melaksanakan pembejaran berdiferensiasi dengan meningkatkan Kompetensi Sosial Emosional serta memiliki kemampuan coaching yang baik.

Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.

Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dilema etika terjadi jika sebuah kasus terdapat pertentangan antara benar lawan benar. Sedangkan bujukan moral jika kasus terjadi pertentangan antara yang benar lawan yang salah.

Dalam pengambilan suatu keputusan maka harus memperhatikan 4 paradgma, tiga prinsip dan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Hal-hal di luar dugaan terjadi apabila sebuah kasus bujukan moral ada terdapat pelanggran hukum dan kode etik maka pengujian tidak perlu lagi dilanjutkan lagi. Silahkan diambil jalan lain dan di selesaikan sesuai jalur yang benar.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Saya sudah pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilemma. Namun, semua yang saya lakukan belum sepenuhnya mengacu pada apa yang disampaikan dalam modul ini. Bedanya yang saya pelajari di modul ini ada patokan yang jelas seperti 4 pradigma dilemma etika yang dipakai atau yang dipedomani, ada 3 prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan serta ada 9 langkah pengujiannya. Sehingga yang kita lakukan terarah dan jelas. Sementara selama ini saya mengambil keputusan seperti apa yang pikirkan saat itu saja dan tergantung dengan suasana hati.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak yang saya rasakan sangat luar biasa. Saya paham cara mengambil keputusan yang harus selalu memperhatikan, nilai – nilai kebajiban universal, berpihak kepada murid dan bertanggung jawab terhadap segala konsekwensinya. Dan saya akan selalu terapkan di sekolah. Apapun masalah dilemma etika maka keputusan yang saya ambil tidak boleh merugikan murid dan harus melalui 9 langkah uji pengambilan keputusan. Tentunya juga harus melalui musyawarah dengan kepala sekolah dan teman sejawat.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi ini sangat penting sekali bagi saya sebagai individu dan juga pemimpin. Karena modul ini telah mengajarkan saya cara mengambil keputusan yang tepat melalui uji 9 langkah dan 3 prinsip yang harus berpihak kepada murid, nilai-nilai kebajikan dan bertanggung jawab terhadap segala konsekwensinya. Saya adalah pemimpin pembelajaran yang selalu akan bersingungan dengan masalah murid. Dengan memahami modul ini tentunya saya akan lebih bijak lagi dalam mengambil keputusan yang akan saya ambil bila berhadapan dengan masalah dilemma etika di sekolah dan lingkungan saya.

Demikianlah koneksi antar materi pada modul 3.1. karena keterbatasan ilmu yang saya miliki, maka masih terdapat kekurangan dari tulisan saya ini. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca Budiman akan selalu saya harapkan untuk kesempurnaan tulisan saya pada masa akan datang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post