Hampir setiap anak-anak takut melihatku. Mungkin karena mataku yang tajam, wajahku yang tegas, suaraku yang lantang serta juga kumisku yang tebal . Itulah yang membuat mereka takut padaku. Terlebih saat sholat Maghrib berjamaah di masjid, anak-anak yang membuat gaduh pasti takut bila kutegur. Mereka diam tak berkutik sehingga suasana lebih tenang. Sementara bila ditegur yang lain selalu diabaikan dan tetap gaduh saat sholat.

Sebenarnya kumisku ini adalah andalanku , membuatku terlihat jantan sebagai lelaki sehingga banyak wanita yang tergoda padaku. Tentu saja… wanita mana di kampungku yang tak kenal dengan diriku. Si Pria berkumis nan menggoda. Aku sangat memperhatikan dan merawat kumisku dengan baik.

Satu lagi yang utama, istriku justru sangat menyukai kumisku ini. Kumisku inilah yang memikat hatinya sehingga dia mau menjadi istriku.

Bagiku kumis ini menjadi identitas diriku yang jantan. Pernah ibuku menyuruhku untuk mencukur kumisku saat menjelang wisuda Sarjana. Beliau membujukku merapikan atau membersihkan kumisku. Aku berulangkali menolaknya tapi ibu tetap saja berkeras hati merayu dan membujukku. Sungguh… bila bukan pinta Ibuku takkan kuhiraukan semuanya. Ohh kumisku akhirnya kurelakan … gundul....